بسم
الله الرحمن الرحيم
Tuntunan Islami Dalam Mencari Rezeki
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut
ini pembahasan tentang tuntunan Islami dalam
mencari rezeki, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Menghadirkan niat yang baik dalam
mencari rezeki
Imam
Thabrani meriwayatkan dalam Mu'jam Kabirnya dari Ka'ab bin Ujrah ia
berkata:
مَرَّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ، فَرَأَى أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مِنْ جِلْدِهِ وَنَشَاطِهِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ: لَوْ كَانَ هَذَا
فِي سَبِيلِ اللهِ؟، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنْ
كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ
خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ،
وَإِنْ كَانَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ
كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ»
"Pernah
ada seseorang yang melewati Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian para
sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat kemampuan dan
semangatnya, lalu mereka berkata, "Kalau sekiranya orang ini berada di
jalan Allah (tentu baik baginya)?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Jika ia keluar bekerja untuk anak-anaknya yang masih
kecil, tentu dia berada di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja untuk menafkahi
dua ibu-bapaknya yang sudah tua, tentu ia berada di jalan Allah. Jika ia
bekerja untuk dirinya, yakni untuk menjaga kesucian diri, maka dia di jalan
Allah, dan jika ia keluar bekerja untuk riya dan berbangga-bangga (di hadapan
manusia), maka dia berada di jalan setan." (Hadits ini dinyatakan shahih
oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 1428).
Termasuk
niat yang baik dalam bekerja adalah bekerja untuk menafkahi dirinya dan orang
yang ditanggungnya dari harta yang halal, bekerja untuk menjaga kesucian
dirinya, bekerja agar dapat bersedekah, dsb. Ini semua termasuk fii
sabilillah (di jalan Allah). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga
bersabda,
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً
تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي
فَمِ امْرَأَتِكَ
"Sesungguhnya
engkau tidaklah mengeluarkan sebuah nafkah karena mencari keridhaan Allah
melainkan engkau akan diberi pahala terhadapnya sampai (makanan) yang engkau
berikan ke mulut istrimu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Makan Dari Hasil Usaha tangannya
sendiri
عَنِ المِقْدَامِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَا
أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ
نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ»
Dari
Miqdam radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
Beliau bersabda, "Seseorang tidaklah memakan sebuah makanan yang lebih
baik dari hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Dawud
'alaihis salam makan dari hasil usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari)
Memulai pekerjaan di pagi hari
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdoa,
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُوْرِهَا
"Ya Allah,
berilah keberkahan kepada umatku pada pagi harinya." (HR. Ahmad, Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jami' no. 1300)
Semangat dalam bekerja
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي
كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا
وَلَكِنْ قُلْ قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ
الشَّيْطَانِ
“Orang mukmin
yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah,
namun pada keduanya ada kebaikan. Bersegeralah untuk mengerjakan yang
memberikan manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah. Janganlah
bersikap lemah, jika kamu tertimpa sesuatu maka jangan katakan, “Kalau
seandainya aku mengerjakan ini dan itu tentu akan jadi begini dan begitu,”
tetapi katakalah, “Allah telah takdirkan dan apa yang dikehendaki-Nya Dia
perbuat,” karena (kata) “Seandainya,” membuka pintu amal setan.” (HR. Muslim)
Tidak menunda pekerjaan
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ ، شَبَابَكَ قَبْلَ
هَرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ
قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah
lima perkara sebelum datang lima perkara; mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum
sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum waktu sibuk dan hidupmu
sebelum matimu.” (HR. Hakim dan Baihaqi dalam Asy Syu’ab, dishahihkan
oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1077)
Ibnu
Umar berkata, “Jika kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu tunggu hingga
pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari, maka janganlah kamu tunggu hingga
sore hari, gunakanlah waktu sehatmu untuk waktu sakitmu, dan hidupmu untuk
matimu.” (HR. Bukhari)
Mencari rezeki dari jalan yang halal
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ رَوْحَ الْقُدُسِ نَفَثَ
فِي رُوعِيَ أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلَهَا وَتَسْتَوْعِبَ
رِزْقَهَا فَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ وَلَا يَحْمِلَنَّ أَحَدَكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ
أَنْ يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلَّا بِطَاعَتِهِ
"Sesungguhnya
Ruhul Qudus (Jibril 'alaihis salam) menyampaikan wahyu ke dalam hatiku, yang
isinya, "Bahwa seorang jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan
terpenuhi rezekinya. Oleh karena itu, perbaguslah dalam mencarinya, dan
janganlah salah seorang di antara kamu karena keterlambatan rezeki membuatnya
mencarinya dengan jalan maksiat, karena apa yang ada di sisi Allah tidak dapat
dicapai kecuali dengan ketaatan kepada-Nya." (HR. Abu Nu'aim dalam Al
Hilyah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no.
2085)
Menjauhi usaha yang haram
Usaha
yang haram ini misalnya menjual minuman keras, narkoba, patung, babi, dan
barang haram lainnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ الْخَمْرَ
وَثَمَنَهَا، وَحَرَّمَ الْمَيْتَةَ وَثَمَنَهَا، وَحَرَّمَ الْخِنْزِيرَ وَثَمَنَهُ
"Sesungguhnya
Allah mengharamkan arak dan harganya, Dia mengharamkan pula bangkai dan
harganya, serta mengharamkan babi dan harganya." (HR. Abu Dawud, dan
dishahihkan oleh Al Albani)
Merapihkan pekerjaan
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا
عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
"Sesungguhnya
Allah suka jika salah seorang di antara kamu bekerja, lalu ia merapihkan
pekerjaannya." (HR. Baihaqi dalam Asy Syu'ab, dan dihasankan oleh
Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 1880)
Pekerjaannya tidak membuatnya lupa
beribadah
Allah
Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
رِجَالٌ لَّا
تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ
وَإِيتَاء الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ
وَالْأَبْصَارُ-لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُم مِّن
فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat.
Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang.-- (Meraka mengerjakan yang demikian itu) agar Allah memberikan balasan
kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan, dan agar Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi
rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. An Nuur: 37-38)
Oleh
karena itu, ketika azan dikumandangkan, maka mereka tinggalkan perniagaan dan
bisnisnya karena hendak mencari karunia Allah yang lebih besar di akhirat.
Husyaim
meriwayatkan dari Sayyar ia berkata: Aku mendapat berita dari Ibnu Mas'ud,
bahwa ia melihat orang-orang yang berada di pasar, ketika azan dikumandangkan,
maka mereka meninggalkan jual-beli mereka dan segera menuju shalat. Ibnu Mas'ud
berkata, "Mereka itu termasuk orang-orang yang disebutkan Allah dalam
kitab-Nya, ""Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah,…dst."
Menyisihkan hasil usaha untuk
bersedekah setelah
kebutuhan diri dan orang yang ditanggungnya terpenuhi
Dari
Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Ketika
seseorang sedang berada di tanah lapang tiba-tiba ia mendengar suara di awan
yang bunyinya, “Siramilah kebun si fulan.” Maka awan itu bergeser dan
menurunkan airnya ke tanah berbatu hitam sehingga salah satu selokan di antara
selokan yang ada penuh berisi air, maka ia menelusuri ke mana air mengalir,
tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya yang memindahkan air
dengan sekopnya, lalu ia berkata, “Wahai hamba Allah, siapa namamu?” Ia
menjawab, “Fulan.” Sesuai nama yang didengarnya di awan. Lalu orang itu kembali
bertanya, “Wahai hamba Allah, mengapa engkau bertanya tentang namaku?” Ia
menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang di sinilah airnya
(dialirkan) bunyinya, “Siramilah kebun si fulan,” menyebut namamu. Memangnya,
apa yang engkau lakukan dengan kebunmu?” Ia menjawab, “Jika kamu bertanya
begitu, maka sesungguhnya aku memperhatilkan hasil dari kebun ini, sepertiganya
aku sedekahkan, sepertiga lagi aku makan bersama keluargaku, dan sepertiga lagi
aku kembalikan ke kebun.” (HR. Muslim)
Tugas adalah amanah (kewajiban) yang
harus ditunaikan
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى
مَنْ ائْتَمَنَكَ، وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
"Tunaikanlah
amanah kepada orang yang mengamanahkan kepadamu, dan jangan mengkhianati orang
yang mengkhianatimu." (HR. Bukhari dalam At Tarikh, Abu Dawud,
Tirmidzi, Hakim, Daruquthni, Adh Dhiya', Thabrani dalam Al Kabir, dan
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 240)
Tidak menuntut hak sedangkan
kewajiban diremehkan.
Allah
Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
"Kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang curang,--(yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,--Dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi." (Terj. QS. Al Muthaffifin: 1-3)
Ayat
ini meskipun zhahirnya mengenai orang-orang yang mengurangi takaran dan
timbangan, namun terkena pula kepada mereka yang meminta dipenuhi haknya namun
kewajibannya dia tinggalkan.
Membayarkan upah kepada pekerja
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:
ثَلاَثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ القِيَامَةِ، رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ،
وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ، وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى
مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِهِ أَجْرَهُ
Allah
Ta'ala berfirman, "Ada tiga orang yang Aku menjadi musuh mereka pada hari
Kiamat; (1) seorang yang berjanji dengan nama-Ku lalu ia mengingkari, (2)
seorang yang menjual orang merdeka lalu ia memakan hasil penjualannya, dan (3)
seorang yang mengangkat pekerja, lalu ia meminta upahnya, namun tidak
diberikan." (HR. Bukhari)
Bertawakkal setelah berusaha
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ
كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا
"Kalau
sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu Allah akan
memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana burung yang diberi rezeki;
berangkat dengan perut kosong dan pulang dengan perut kenyang." (HR.
Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim, Tirmidzi berkata,
"Hasan shahih." Hadits ini dishahihkan pula oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami’ no. 5254)
Wallahu
a'lam, wa shallallahu 'alaa Nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa shahbihi wa
sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu'ah Haditsiyyah Mushaghgharah
(Markaz Nurul Islam Liabhatsil Qur'ani was Sunnah), Mausu'ah Usrah
Muslimah (www.islam.aljayyash.net), Tafsir Al Qur'anil
Azhim (Ibnu Katsir), Untaian Mutiara Hadits (Marwan bin Musa), dll.
0 komentar:
Posting Komentar