Kumpulan Hadits Arba'in Nawawi dan kandungannya (1)


بسم الله الرحمن الرحيم
Kumpulan Hadits Arba'in Nawawi dan Kandungannya (1)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini kumpulan hadits Arba'in karya Imam Nawawi rahimahullah, kami sebutkan dalam risalah ini mengingat di dalamnya terdapat kaedah-kaedah penting dalam Islam. Kami pun membuatkan tarjamah (tema) terhadapnya yang insya Allah dapat mewakili kandungan hadits secara umum sekaligus kandungannya secara singkat.  semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Amal seseorang Tergantung Niatnya
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
Dari Amirul Mukminin Abu Hafs Umar bin Al Khattab radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tertuju kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya tertuju kepada apa yang diniatkannya.
[HR. Dua imam ahli hadits; Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi dalam kedua shahihnya, di mana keduanya merupakan kitab yang paling shahih yang pernah disusun].
Kandungan Hadits:
1.     Perintah berbuat ikhlas, karena Allah tidak menerima amal kecuali yang benar (sesuai Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) dan mencari keridhaan-Nya.
2.     Perbuatan baik, apabila dilakukan oleh mukallaf karena kebiasaan, maka tidak menghasilkan pahala karena semata-mata berbuat hal tersebut meskipun sah, sampai ia meniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
3.     Niat yang baik dapat menjadikan perbuatan yang menjadi kebiasaan  menjadi ibadah. Misalnya ketika dihidangkan makanan ia merasakan karunia Allah dan nikmat-Nya kepada dirinya, dimudahkan-Nya untuk memakan makanan tersebut sedangkan orang lain tidak, orang lain berada dalam ketakutan sedangkan dia berada dalam keamananan dan kenikmatan, dia pun memulai makan dengan nama Allah (bismillah) dan menyudahinya dengan memuji Allah, dia juga meniatkan dengan makannya itu agar bisa menjalankan ketaatan kepada-Nya.
4.     Keutamaan hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Telah terjadi hijrah dalam Islam dalam beberapa macam: Pertama, berpindah dari negeri yang penuh bahaya ke negeri yang aman sebagaimana dalam dua hijrah ke Habasyah. Kedua, hijrah dari negeri kufur (negeri yang tampak semarak syi’ar-syi’ar kekufuran dan tidak bisa ditegakkan syi’ar-syi’ar Islam, seperti azan, shalat berjamaah, shalat Jum’at, dan shalat ‘Ied) ke negeri iman. Ketiga, meninggalkan apa yang dilarang Allah.
5.     Sebagian ulama berkata, “Hadits innamal a’maalu bin niyyat adalah penimbang amalan batin, sedangkan hadits man ahdatsa fii amrinaa adalah penimbang amalan zhahir (yang tampak).
6.     Niat tempatnya di hati; bukan di lisan.
Tingkatan Agama (Islam, Iman, dan Ihsan) dan Rukunnya
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ . [رواه مسلم]
Dari Umar radhiallahuanhu, dia berkata: Suatu hari, ketika kami sedang duduk di dekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya, kemudian dia duduk di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menempelkan kedua lututnya kepada lutut Beliau dan menaruh kedua telapak tangannya di atas pahanya sendiri sambil berkata, “Wahai Muhammad, beritahukanlah aku tentang Islam?” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang berhak disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu.” Dia berkata, “Engkau benar“. Kami semua heran, dia yang bertanya, dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukanlah aku tentang Iman!” Beliau bersabda, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Dia berkata, “Engkau benar.”  Dia bertanya lagi, “Beritahukanlah aku tentang ihsan!” Beliau bersabda, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa begitu, maka (ketahuilah) Dia melihatmu.” Dia bertanya lagi, “Beritahukan aku tentang hari Kiamat (kapan terjadinya)?” Beliau bersabda, “Yang ditanya tidaklah lebih mengetahui dari yang bertanya.” Dia berkata,  “(Kalau begitu) beritahukanlah aku tentang tanda-tandanya!” Beliau bersabda,  “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika kamu melihat seorang yang tidak beralas kaki dan tidak berbaju, miskin lagi sebagai penggembala domba, berlomba-lomba meninggikan bangunannya,” Orang itu pun pergi dan aku berdiam cukup lama. Kemudian Beliau (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda, “Wahai Umar, tahukah kamu siapa yang bertanya?”. Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kamu untuk mengajarkan agama kamu.” (HR. Muslim)
Kandungan Hadits:
1.     Tingkatan agama itu tiga; Islam, iman, dan ihsan, dimana yang paling tinggi adalah ihsan.
2.     Anjuran bertanya tentang ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat, dan meninggalkan pertanyaan yang tidak bermanfaat.
3.     Perbedaan antara yang disebut sebagai Islam dengan yang disebut sebagai iman, dimana Islam dalam hadits tersebut dijadikan sebagai istilah untuk amal yang tampak, sedangkan iman dijadikan sebagai istilah untuk amal yang tersembunyi. Tetapi apabila disebutkan satu saja, maka yang lain ikut masuk ke dalamnya.
4.     Bahwa bergaul dengan manusia lebih utama daripada beruzlah (mengasingkan diri) selama ia tidak mengkhawatirkan bahaya terhadap agamanya. Jika ia khawatir terhadap agamanya, maka uzlah lebih utama.
5.     Waktu terjadinya hari Kiamat termasuk sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja.
6.     Bahwa di antara tanda Kiamat adalah terbaliknya keadaan, sehingga yang diasuh menjadi pengasuh, dan orang yang hina menjadi orang besar.
7.     Rukun Islam ada 5, rukun iman ada 6, dan rukun ihsan ada satu sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas.
8.     Seseorang jika ditanya tentang hal yang tidak diketahui, hendaknya mengatakan, "Wallahu a'lam," (Allah lebih mengetahui), dan bahwa ini separuh ilmu.
9.     Adab menuntut ilmu, yaitu mendekat kepada ulama.
Rukun (Tiang Penopang Bangunan) Islam
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ. [رواه الترمذي ومسلم ]
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al Khattab radhiyallahu 'anhuma dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Islam dibangun di atas lima (dasar); bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji ke Baitullah dan berpuasa Ramadhan.  (HR. Tirmidzi dan Muslim)
Kandungan Hadits:
1.     Agama Islam seperti sebuah bangunan, tiang-tiangnya adalah lima rukun di atas; dimana tanpa tiang-tiang tersebut bangunan Islam tidak dapat berdiri tegak. Adapun ajaran Islam yang lain ibarat penyempurna bangunan tersebut. Oleh karena itu, jika penyempurna itu tidak dikerjakan, maka bangunan masih tetap tegak meskipun kurang sempurna, berbeda jika yang ditinggalkan adalah rukun Islam di atas, maka bangunan Islam akan segera roboh, terutama sekali adalah jika tidak ada syahadat dan shalat, yang menjadi pondasi dan tiang utama bangunan tersebut.
2.     Seorang non muslim tidak menjadi muslim sampai ia mengucapkan dua kalimat syahadat.
Keadaan Seseorang Tergantung Akhir Hidupnya
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ  أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا . [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami, di mana Beliau adalah seorang yang benar lagi dibenarkan, "Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam keadaan setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi segumpal darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Selanjutnya diutus kepadanya seorang malaikat lalu meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan kepada malaikat itu untuk mencatat empat perkara; mencatat rezekinya, ajalnya, amalnya dan (apakah ia) celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya sehasta akan tetapi telah ditetapkan sebuah ketetapan baginya, dia pun melakukan perbuatan ahli neraka sehingga dia masuk ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada juga yang melakukan perbuatan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan sebuah ketetapan baginya, dia pun melakukan perbuatan ahli surga sehingga dia masuk ke dalam surga. (HR. Bukhari dan Muslim).
Kandungan hadits:
1.     Perkembangan janin dalam perut seorang ibu. Dan Allah Subhaanahu wa Ta'aala mampu menciptakan manusia secara langsung. Tetapi, hikmah menghendaki untuk mengubah kejadiannya dalam tahapan-tahapan yang disebutkan karena rahmat (kasihan) kepada seorang ibu.
2.     Jika terjadi keguguran setelah masa ditiupkan ruh, maka janin dimandikan, dikafankan, dishalatkan, dan dikuburkan.
3.     Di antara malaikat ada yang ditugaskan meniupkan ruh ke dalam janin dan diperintahkan mencatat empat hal; rezekinya, ajalnya, dan amalnya; apakah ia menjadi orang yang berbahagia atau celaka.
4.     Bersumpah terhadap berita yang benar untuk menguatkannya di hati pendengar.
5.     Barang siapa yang memperhatikan asal kejadiannya, tentu seharusnya beribadah kepada Allah Tuhannya dengan sebenar-benarnya, menaati-Nya dan tidak mendurhakai-Nya, serta tidak bersikap sombong.
6.     Menetapkan adanya qadar, dan bahwa semua yang terjadi dengan qadha’ Allah dan qadar-Nya; yang baik maupun yang buruk.
7.     Tidak pantas bagi seseorang tertipu oleh keadaan di luarnya karena tidak jelasnya akhirnya. Oleh karena itulah, disyariatkan berdoa agar diberikan keteguhan di atas agama dan husnul khatimah.
8.     Tobat menghapuskan dosa sebelumnya.
9.     Hendaknya seseorang membersihkan batinnya, sebagaimana ia membersihkan luarnya.
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Syarhul Arba'in An Nawawiyyah (Imam Nawawi), Syarhul Al Arba'in (Syaikh Sulaiman Al Luhaimid), Syarhul Al Arba'in (Syaikh Isma'il Al Anshari), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.35, dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger