بسم الله الرحمن الرحيم
Sunah-Sunah Shalat
(8)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga
terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan pembahasan tentang sunah-sunah
shalat, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
13. Ukuran lamanya sujud dan bacaannya
Dianjurkan seorang yang sujud ketika sujud membaca “Subhaana Rabbiyal
A’laa.”
Dari Hudzaifah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sujudnya
berdoa, “Subhaana Rabbiyal A’laa.” (HR. Ahmad, Muslim, dan para pemilik
kitab Sunan. Tirmidzi berkata, “Hasan shahih.”)
Dan sebaiknya ucapan tasbih ini, baik dalam ruku maupun sujud tidak kurang
dari tiga kali. Imam Tirmidzi berkata, “Demikianlah yang diamalkan di
kalangan Ahli Ilmu, mereka menganjurkan agar seseorang dalam ruku dan sujudnya
tidak kurang dari tiga kali tasbih.”
Ucapan minimalnya yang sah baik dalam ruku maupun sujud menurut jumhur
(mayoritas ulama) adalah seukuran sekali tasbih. Dan sudah diterangkan
sebelumnya, bahwa thuma’ninah yang hukumnya wajib ini minimalnya seukuran
sekali tasbih.
Dalam riwayat lain ada tambahan, “Subhaana Rabbiyal A’laa wabihamdih”
3 x. Tambahan ‘wa bihamdih’ disebutkan dari beberapa orang sahabat
dengan sanad yang berbeda-beda, dimana satu sama lain saling menguatkan (Lihat Ashl
Shifat Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karya Syaikh Al Albani
2/658).
Adapun sempurnanya ucapan tasbih, maka menurut sebagian ulama adalah
sebanyak sepuluh kali. Hal ini berdasarkan hadits Sa’id bin Jubair dari Anas,
ia berkata, ”Aku belum pernah melihat seseorang yang shalatnya lebih mirip
dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dibanding pemuda ini –maksudnya
Umar bin Abdul Aziz-, kami perkirakan ia mengucapkan sepuluh kali tasbih ketika
ruku dan sepuluh kali tasbih ketika sujud.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, dan
Baihaqi dari jalan Wahb bin Manus, ia berkata, “Aku mendengar Sa’id bin
Jubair…dst.” Menurut Al Albani, bahwa sanad hadits ini dhaif, karena Wahb
menurut Ibnul Qaththan tidak diketahui keadaannya, Irwa’ul Ghalil 2/65).
Imam Asy Syaukani berkata, “Dikatakan, bahwa dalam hadits tersebut
terdapat hujjah bagi mereka yang berpendapat, bahwa ucapan tasbih (dalam ruku
atau sujud) sempurnanya sebanyak sepuluh kali, namun pendapat yang lebih shahih
adalah, bahwa seorang yang shalat sendiri boleh menambah ucapan tasbihnya
sesuai keinginannya, dan semakin banyak ucapan tasbihnya, maka semakin utama.
Hadits-hadits yang shahih yang menyebutkan tentang lamanya shalat Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam (ketika ruku dan sujud) menunjukkan demikian, dan
bahwa imam juga boleh memperlama tasbihnya jika makmum tidak merasakan
kesusahan karena lama.”
Ibnu Abdil Bar berkata, “Sepatutnya bagi setiap imam meringankan
shalatnya karena perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
melakukan demikian, meskipun ia mengetahui kemampuan orang yang shalat di
belakangnya. Hal itu, karena ia tidak mengetahui hal yang baru terjadi, adanya
keperluan yang baru, adanya hajat, dan hal lainnya.”
Ibnul Mubarak berkata, “Dianjurkan bagi imam bertasbih (dalam ruku dan
sujud) sebanyak lima kali agar makmum yang berada di belakangnya dapat membaca
tiga kali tasbih. Dan dianjurkan bagi seorang yang shalat tidak membaca tasbih hanya
sekali, bahkan hendaknya ia menambah dengan doa sesuai yang dia inginkan.”
Dalam hadits yang shahih disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
«أَقْرَبُ
مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ، وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ»
“Keadaan paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud,
maka perbanyaklah doa (ketika sujud).” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ
سَاجِدًا، فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ،
وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ، فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ
لَكُمْ
“Ingatlah! Sesungguhnya aku dilarang membaca Al Qur’an ketika ruku atau
sujud. Adapun ketika ruku, maka agungkanlah Allah Azza wa Jalla, dan ketika
sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, karena doamu patut dikabulkan.”
(HR. Ahmad dan Muslim).
Bacaan ketika sujud di samping ucapan tasbih
a. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam ruku dan sujudnya sering membaca,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِي
“Mahasuci
Engkau ya Allah wahai Rabb kami, sambil memuji-Mu. Ya Allah ampunilah aku.”
Beliau menta’wil (mengamalkan
perintah) Al Qur’an. “ (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan lain-lain).
b. Dari Ali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika sujud mengucapkan,
اللهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ
وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ، وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ
اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Ya Allah, kepada-Mu aku sujud, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku
berserah diri. Wajahku sujud kepada Allah yang telah menciptakan wajah ini,
membentuknya dalam keadaan sebaik-baik bentuk, serta membelah pendengaran dan
penglihatan, maka Mahasuci Allah sebaik-baik Pencipta.” (HR. Ahmad dan Muslim)
c. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma saat menyebutkan sifat shalat
tahajjud Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia berkata, “Kemudian Beliau
keluar untuk shalat, lalu melakukan shalat, dan dalam shalatnya atau sujudnya
Beliau membaca,
اللهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي سَمْعِي نُورًا، وَفِي
بَصَرِي نُورًا، وَعَنْ يَمِينِي نُورًا، وَعَنْ شِمَالِي نُورًا، وَأَمَامِي
نُورًا، وَخَلْفِي نُورًا، وَفَوْقِي نُورًا، وَتَحْتِي نُورًا، وَاجْعَلْنِيْ
نُورًا
“Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya pada pendengaranku,
cahaya pada penglihatanku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku,
cahaya di depanku, cahaya di belakangku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku,
dan jadikanlah aku cahaya.” (Syu’bah berkata, “Atau Beliau mengucapkan, “Waj’al
lii nuuraa” artinya: dan jadikanlah cahaya untukku). Hadits ini
diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, dan lain-lain.
Imam Nawawi berkata, “Para ulama berkata, bahwa Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam meminta cahaya pada semua anggota badannya dan pada semua
arahnya. Maksudnya adalah meminta ditunjukkan hidayah dan dibantu kepadanya.
Beliau meminta cahaya pada semua anggota badannya, pada badannya, pada semua
tindakannya, gerakannya, keadaannya, dan sebagian besarnya pada enam arah agar
satu pun daripadanya tidak ada yang menyimpang (dari petunjuknya). “
d. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa ia pernah kehilangan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dari tempat tidurnya, tiba-tiba ia menyentuh
Beliau saat Beliau sujud, ketika itu Beliau berdoa,
رَبِّ أَعْطِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ
زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
“Ya Rabbi, berikanlah kepada
jiwaku ketakwaannya. Bersihkanlah jiwaku, Engkau sebaik-baik yang membersihkan.
Engkau Pembimbing dan Pelindungnya.” (HR. Ahmad. Al Haitsami dalam Majma’uz
Zawaid berkata, “Para perawinya tsiqah.”)
e. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam sujudnya berdoa,
اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ، وَجِلَّهُ،
وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ
“Ya Allah, ampunilah dosaku semuanya; baik yang kecil maupun yang besar,
yang awal dan yang terakhir, yang terang-terangan maupun yang tersembunyi.”
(HR. Muslim, Abu Dawud, dan Hakim)
f. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Suatu malam aku pernah
kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku dapati Beliau sedang
berada di masjid, ternyata Beliau sedang sujud sedangkan kedua kakinya tegak.
Ketika itu Beliau berdoa,
اللهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ
عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا
أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
“Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, aku
berlindung dengan perlindungan-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu
dari azab-Mu. Aku tidak dapat menjumlahkan pujianku kepada-Mu; bahkan Engkau
sebagaimana yang Engkau puji Diri-Mu.” (HR. Muslim dan para pemilik kitab
Sunan)
g. Aisyah juga meriwayatkan, bahwa suatu malam dirinya pernah kehilangan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengira bahwa Beliau pergi mendatangi
istri-istrinya yang lain, lalu ia meraba-raba, ternyata Beliau sedang ruku atau
sujud sambil mengucapkan,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Mahasuci Engkau ya Allah, sambil memuji-Mu, tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Engkau.”
Aisyah berkata, “Biarlah ayah dan ibuku menjadi tebusanmu. Aku sedang
memikirkan suatu urusan, sedangkan engkau memikirkan urusan yang lain.” (HR.
Ahmad dan Nasa’i, dishahihkan oleh Al Albani)
h. Dari Auf bin Malik Al Asyja’iy ia berkata, “Suatu malam, aku pernah berdiri
(shalat) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau membaca surat
Al Baqarah...dst. Auf berkata, “Dalam rukunya, Beliau membaca,
سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ
وَالْعَظَمَةِ
“Mahasuci Allah pemilik
keperkasaan, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan.”
Selanjutnya Beliau sujud seukuran yang sama ketika Beliau berdiri, dan
dalam sujudnya Beliau mengucapkan seperti itu (sama seperti ketika ruku)…dst.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan
Nasa’i, dishahihkan oleh Al Albani).
i. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah kehilangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari tempat tidurnya, lalu aku mencari
Beliau, aku mengira bahwa Beliau mendatangi sebagian istrinya, lalu tanganku
menyentuh Beliau saat Beliau bersujud sambil berdoa,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ
“Ya Allah, ampunilah dosaku baik
yang aku sembunyikan maupun yang aku tampakkan.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Nashr,
dishahihkan oleh Al Albani).
Bersambung...
Wallahu a’lam wa
shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalhihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji’: Fiqhus Sunnah (Syaikh
S. Sabiq), Irwa’ul Ghalil (Syaikh M. Nashiruddin Al
Albani), Ashl Shifat Shalatin Nabi (M. Nashiruddin Al Albani), Maktabah
Syamilah versi 345, dll.
0 komentar:
Posting Komentar