بسم الله الرحمن الرحيم
Sunah-Sunah Shalat
(11)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga
terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan pembahasan tentang sunah-sunah
shalat, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
18. Berdoa setelah tasyahhud akhir dan sebelum
salam
d. Dari Hanzhalah bin Ali, bahwa Mihjan bin Al Adra’ pernah menyampaikan
kepadanya, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke
masjid, tiba-tiba ada seorang yang hampir menyelesaikan shalatnya, saat itu ia
dalam keadaan tasyahhud dan berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا اَللَّهُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ،
الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، أَنْ
تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu; ya Allah yang Mahaesa,
dimana semua makhluk bergantung kepada-Nya, Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya, agar Engkau
mengampuniku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Ketika itu, Beliau bersabda, “Telah diampuni dosanya, telah
diampuni dosanya,” Beliau mengucapkan kata-kata itu sebanyak tiga kali. (HR.
Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)
e. Dari Abu Mijlaz ia berkata, “Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma
pernah shalat bersama kami dan melakukannya secara ringan, maka para makmum
mengingkarinya, lalu Ammar berkata, “Bukankah aku telah menyempurnakan ruku dan
sujud?”… Mereka menjawab, “Ya.” Ia berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya aku
berdoa di dalam shalat dengan doa yang pernah dibaca Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, yaitu:
اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ وقُدرتِكَ على الخَلقِ أَحْيني مَا
عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا
لِي اللَّهُمَّ وَأَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَى وَالْغَضَبِ وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ
فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَنْفَدُ وَأَسْأَلُكَ
قُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ وَأَسْأَلُكَ الرِّضَى بَعْدَ الْقَضَاءِ
وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ
إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقِ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا
فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ اللَّهُمَّ زِيِّنَا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا
هُدَاةً مَهْدِيِّينَ
“Ya Allah, dengan pengetahuan-Mu terhadap yang gaib dan kekuasaan-Mu
terhadap semua makhluk, maka hidupkanlah aku jika Engkau ketahui bahwa
kehidupan lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika Engkau ketahui bahwa
wafat itu lebih baik bagiku. Ya Allah, aku meminta kepada-Mu rasa takut
kepada-Mu baik ketika tersembunyi maupun terang-terangan, aku meminta kepada-Mu
untuk mengatakan yang hak baik ketika ridha maupun ketika marah. Aku meminta
kepada-Mu pertengahan dalam hal kefakiran dan kekayaan. Aku meminta kepada-Mu
kenikmatan yang tidak habis, aku meminta kepada-Mu kesejukan pandangan yang
tidak henti-hentinya, aku meminta kepada-Mu sikap ridha terhadap qadha, aku
meminta kepada-Mu kehidupan yang menyenangkan setelah mati, aku meminta
kepada-Mu kenikmatan melihat wajah-Mu dan kerinduan untuk bertemu dengan-Mu
tanpa disertai kesengsaraan yang menyulitkan dan fitnah yang menyesatkan. Ya
Allah, hiasilah kami dengan perhiasan iman, dan jadikanlah kami para pembimbing
yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad dan Nasa’i dengan isnad yang jayyid).
f. Dari Abu Shalih, dari salah seorang sahabat ia berkata, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seseorang, “Apa yang
engkau baca dalam shalat (pada saat tasyahhud)?” Ia menjawab, “Aku
bertasyahhud, kemudian aku mengucapkan,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta surga kepada-Mu dan aku berlindung
kepada-Mu dari neraka.”
Sesungguhnya aku tidak mendengar suara engkau dan suara Mu’adz, maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seputar itulah kami bersuara.”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)
g. Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengajarkan kepadanya untuk mengucapkan doa ini,
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا،
وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي
أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا،
وَتُبْ عَلَيْنَا، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا
شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ، مُثْنِينَ بِهَا، قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا
“Ya Allah, satukanlah hati-hati kami, perbaikilah hubungan kami,
tunjukkanlah kami ke jalan-jalan keselamatan, selamatkanlah kami dari kegelapan
kepada cahaya, jauhkanlah kami dari perbuatan keji baik yang tampak maupun yang
tersembunyi, dan berikanlah keberkahan kepada kami baik pada pendengaran kami,
penglihatan kami, hati kami, istri kami, dan keturunan kami. Terimalah taubat
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Jadikanlah
kami sebagai orang-orang yang bersyukur kepada nikmat-Mu, memujinya, dan
menerimanya. Dan sempurnakanlah nikmat itu atas kami.” (HR. Ahmad dan Abu
Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)
h. Dari Anas bin Malik ia berkata, “Aku pernah duduk bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika itu ada seorang yang berdiri shalat. Saat
ia ruku dan bertasyahhud, maka ia berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لَا إِلَهَ
إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلَالِ
وَالْإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ، إِنِّي أَسْأَلُكَ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu karena Engkau yang berhak
mendapat pujian secara mutlak, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain
Engkau, Tuhan yang selalu memberi nikmat, Yang menciptakan langit dan bumi,
wahai Yang memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Mahahidup lagi Mengurus
sendiri makhluk-Nya, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya,
“Tahukah kalian dengan apa ia berdoa?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui.” Beliau bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الْعَظِيمِ،
الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ، وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى
“Demi Allah yang jiwaku di Tangan-Nya, sesungguhnya dia telah berdoa
kepada Allah dengan nama-Nya Yang Agung; yang jika seseorang berdoa dengannya
akan dikabulkan, dan jika meminta dengannya, maka akan diberi.” (HR. Nasa’i,
dan dishahihkan oleh Al Albani)
i. Dari Umair bin Sa’ad, ia berkata, “Ibnu Mas’ud mengajarkan kepada
kami ucapan tasyahhud dalam shalat, selanjutnya ia berkata, “Jika salah seorang
di antara kamu selesai dari tasyahhud, maka hendaknya ia mengucapkan,
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْتُ
مِنْهُ وَمَالَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ
وَمَالَمْ أَعْلَمْ ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ
عِبَادُكَ الصَّالِحُوْنَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَكَ مِنْهُ عِبَادُكَ
الصَّالِحُوْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu semua kebaikan, baik yang
kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari semua
keburukan, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Ya Allah, aku
meminta kepada-Mu kebaikan yang diminta oleh hamba-hamba-Mu yang saleh, dan aku
berlindung kepada-Mu dari keburukan yang hamba-hamba-Mu berlindung daripadanya.
Wahai Rabb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan
hindarkanlah kami dari azab neraka.”
Ibnu Mas’ud berkata, “Tidaklah seorang nabi dan orang yang saleh berdoa
sesuatu melainkan dicakup pula oleh doa ini.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Sa’id
bin Manshur)
Wallahu a’lam wa
shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalhihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji’: Fiqhus Sunnah (Syaikh
S. Sabiq), Shifat Shalatin Nabi (M. Nashiruddin Al
Albani), Al Hidayah fi Masaa’il Fiqhiyyah Muta’aridhah (Aceng Zakaria), Maktabah
Syamilah versi 345, dll.
0 komentar:
Posting Komentar