Nikmat Yang Agung

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫المنة العظيمة‬‎
Nikmat Yang Agung
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164)
Ayat di atas menunjukkan, bahwa diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan karunia dan nikmat Allah, bahkan merupakan nikmat-Nya yang paling besar sehingga manusia tidak tersesat dan kebingungan.
Firman Allah Ta’ala, “yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,” maksudnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ke tengah-tengah manusia kitabullah, yaitu Al Qur’anul Karim yang merupakan kitab samawi (yang turun dari langit) yang paling agung. Di dalamnya mengandung berbagai ilmu dan hikmah, nasihat, kisah-kisah, targhib (dorongan) dan tarhib (ancaman), menerangkan peristiwa-peristiwa di masa lalu dan berita-berita tentang hal yang akan terjadi seperti kebangkitan manusia, surga, neraka, dan lain-lain yang tidak dikandung oleh kitab sebelumnya. Oleh karena itu, sebagian ulama berkata, “Kalau seandainya kitab (Al Qur’an) ini ditemukan tertulis dalam sebuah mushaf di padang pasir yang luas dan tidak diketahui siapa yang menyusunnya, tentu semua akal yang sehat akan bersaksi, bahwa kitab itu turun dari sisi Allah, karena manusia tidak sanggup menyusunnya, lalu bagaimana jika ternyata Al Qur’an itu datang melalui tangan manusia yang paling jujur, paling baik, dan paling bertakwa (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam), dimana Beliau menyatakan, bahwa ini adalah firman Allah, serta menantang semua makhluk untuk membuat satu surat yang semisalnya, namun ternyata mereka tidak sanggup membuatnya, maka masih adakah keraguan setelah ini?”
Bahkan kalau sekiranya tidak ada bukti kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selain Al Qur’an yang dibawanya, maka sudah cukup.
Firman Allah Ta’ala, “membersihkan (jiwa) mereka,” menunjukkan, bahwa diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga untuk menyucikan jiwa manusia yang sebelumnya dikotori oleh kemusyrikan, kefasikan, dan kesesatan, kemudian diganti dengan tauhid, ketataan, dan petunjuk sehingga jiwa mereka pun bersih karenanya. Dan barang siapa yang telah membersihkan dirinya dari kemusyrikan, kefasikan, dan kesesatan, maka ia telah beruntung. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,” (QS. Asy Syams: 9)
Firman Allah Ta’ala, “Dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah.” yaitu Al Qur’anul Karim dan Al Hikmah. Al Hikmah adalah pemahaman terhadap makna-makna Al Qur’an dan pengamalannya, sehingga tidak sekedar membaca lafaznya, tetapi mengetahui maknanya, dan mengamalkannya.  Ibnu Rajab Al Hanbali berkata, “Hikmah adalah ilmu yang bermanfaat yang diirigi amal yang saleh. Ia merupakan cahaya yang ditanamkan ke dalam hati, dimana dengannya ia dapat memahami makna ilmu yang diturunkan dari langit, mendorongnya untuk mengikutinya  dan mengamalkannya. Oleh karena itu, siapa saja yang mengatakan, bahwa Al Hikmah adalah As Sunnah (Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), maka pendapatnya benar, karena As Sunnah merupakan penafsir Al Qur’an, penjelas maknanya, dan mendorong seseorang untuk mengikutinya.”
Firman Allah Ta’ala, “Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Terdapat isyarat tentang keadaan manusia sebelum diturunkan kitab dan diutusnya Rasul, yaitu berada di atas kesesatan. Allah melihat penduduk bumi, Dia murka kepada mereka baik kepada bangsa Arab maupun selainnya kecuali sebagian Ahli Kitab yang masih berpegang dengan agamanya yang belum dirubah yang masih menyembah hanya kepada Allah, namun jumlah mereka sangat sedikit. Bahkan mayoritas Ahli Kitab telah merubah kitab mereka dan memasukkan ke dalam agama mereka sesuatu yang bukan darinya, sehingga mereka sesat dan menyesatkan. Adapun selain Ahli Kitab, seperti orang-orang musyrik, mereka menyembah patung dan berhala, orang-orang Majusi menyembah api, yang lain ada yang menyembah bintang, ada pula yang menyembah matahari dan bulan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memenangkannya di atas semua agama ketika itu, sehingga agama-Nya sampai ke penjuru dunia baik timur maupun barat, maka tegaklah kalimat tauhid dan keadilan pun menyebar setelah sebelumnya bumi dipenuhi syirk dan kezaliman. Oleh karena itu, kalau bukan karena risalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bangsa Irak akan tetap beragama Majusi, bangsa Syam, Mesir, dan Romawi akan tetap beragama Nasrani, dan jazirah Arab akan tetap musyrik, akan tetapi Allah sayang kepada hamba-hamba-Nya dengan mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta.” (Al Anbiya: 107)
Kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir pada hari Senin. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Qatadah Al Anshari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang hari Senin, maka Beliau bersabda,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ
“Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari aku diutus.
Adapun bulan kelahirannya, maka para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan, pada bulan Rajab, riwayat ini dari Abdullah bin Amr dengan isnad yang tidak shahih. Ada pula yang mengatakan, pada bulan Rajab, namun tidak sahih juga, dan ada pula yang mengatakan, pada bulan Rabi’ul Awwal; inilah yang masyhur dan menjadi pendapat jumhur (mayoritas) ulama.
Sedangkan tanggal lahirnya, maka para ulama juga berbeda pendapat, ada yang mengatakan tanggal 2 Rabi’ul Awwal, ada yang mengatakan tanggal 8, tanggal 10, tanggal 12, tanggal 17, tanggal 18, dan ada pula yang mengatakan 8 hari ke belakang sebelum habis bulan Rabi’ul Awwal. Akan tetapi pendapat yang masyhur di kalangan jumhur ulama adalah tanggal 12 Rabi’ul Awwal, ini merupakan pendapat Ibnu Ishaq dan lainnya.
Dan tahun kelahirannya, maka menurut mayoritas ulama adalah pada tahun terjadinya peristiwa bergajah, yaitu serangan Abrahah dan tentaranya untuk menghancurkan ka’bah dengan mengendarai gajah yang kemudian dibinasakan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala sebagaimana disebutkan di surat Al Fil ayat 1-5.
Menurut Ibrahim Al Harbi dan lainnya, bahwa peristiwa Isra’-Mi’raj pun terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal. Ada pula yang mengatakan, bahwa hal itu terjadi pada bulan Rajab, namun pendapat itu dianggap lemah oleh lebih dari seorang.
Kehidupan singkat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Usia Beliau adalah enam puluh tiga tahun; 40 tahun sebelum diangkat menjadi nabi dan 23 tahun setelah diangkat menjadi nabi dan rasul. Beliau diangkat menjadi nabi dengan turunnya surat Al ‘Alaq, dan diangkat menjadi rasul dengan turunnya surat Al Muddatstsir. Negeri Beliau adalah Makkah dan berhijrah ke Madinah.
Allah Azza wa Jalla mengutus Beliau ketika manusia berada dalam kegelapan dan kebingungan, tidak mengenal Tuhannya, tidak tahu untuk apa mereka diciptakan di dunia, dan tidak tahu apa yang seharusnya mereka lakukan, dan tidak tahu perbuatan apa yang dicintai dan diridhai Tuhan mereka. Maka Beliau mendakwahi mereka sekuat tenaga menerangkan, bahwa Tuhan mereka adalah Allah dan bahwa Dia saja yang berhak disembah tidak selain-Nya, dan bahwa tujuan mereka diciptakan di dunia adalah untuk beribadah hanya kepada-Nya dan agar mereka mengisi hidup mereka di dunia dengan beribadah, yang nantinya Rabb mereka memasukkan mereka ke tempat yang penuh kenikmatan, yaitu surga. Demikian pula Beliau menerangkan kepada mereka perbuatan-perbuatan yang dicintai dan diridhai Rabb mereka seperti shalat, zakat, puasa, naik haji, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali silaturrahim, berkata jujur, menunaikan amanah, menepati janji, menyantuni fakir-miskin dan anak yatim, membantu orang lain, dan akhlak mulia lainnya.
Inilah di antara ajaran yang Beliau bawa, tidak ada satu pun kebaikan kecuali Beliau telah menunjukkan kepada umatnya dan tidak ada satu pun keburukan kecuali Beliau telah memperingatkannya.
Wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Awal tanda akan wafatnya Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan turunnya surat An Nashr. Ibnu Abbas berkata, “Ketika turun surat ini diberitakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berita akan wafatnya, maka Beliau semakin sungguh-sungguh terhadap urusan akhirat.”
Oleh karenanya, jika setiap tahun, Beliau bertadarus Al Qur’an hingga selesai kepada malaikat JIbril hanya sekali, namun pada tahun akan wafatnya Beliau, maka Beliau bertadarus dua kali, dan bahkan melakukan I’tikaf selama dua puluh hari, sedangkan pada tahun sebelumnya hanya sepuluh hari.
Dalam Shahihain disebutkan dari hadits Abu Sa’id  radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah duduk di atas mimbar, lalu bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba diberikan pilihan oleh Allah antara diberikan kesengan dunia sesuai keinginannya dan antara kenikmatan di sisi-Nya. Lalu hamba tersebut lebih memilih kenikmatan di sisi-Nya.” Maka ketika itu Abu Bakar menangis dan berkata, “Wahai Rasulullah, biarlah ayah dan ibu kami menjadi tebusanmu.”
Seorang yang diberikan pilihan itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan Abu Bakar mengetahuinya, dan hal itu menunjukkan Beliau akan wafat, sehingga ia pun menangis.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tidaklah seorang Nabi dicabut nyawanya sampai ia melihat tempatnya di surga, lalu diberikan pilihan.” Maka pada saat tiba ajal Beliau, sedangkan kepalanya di pahaku dan Beliau mengalami pingsan sejenak, lalu sadar, kemudian Beliau mengarahkan pandangannya ke atap rumah sambil mengatakan, “Ya Allah; teman yang paling tinggi.” Maka aku berkata, “Berarti sekarang, Beliau tidak memilih kami (untuk tetap bersamanya).”
Beliau wafat pada hari Senin bulan Rabi’ul Awwal tahun 11 H. semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam untuknya.
Pengakuan para ilmuwan dunia tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
George Bernard (sastrawan Inggris) berkata, “Sesungguhnya dunia ini butuh sekali kepada pemikiran yang dimiliki Muhammad. Nabi ini, kalau sekiranya memegang urusan dunia saat ini, tentu mampu menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi dengan hasil yang membawa kepada kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan sekali oleh manusia.
Michael Hart berkata, “Sesungguhnya pilihanku terhadap Muhammad sebagai orang paling penting dan paling bersejarah di dunia mungkin membuat heran para pembaca. Akan tetapi kenyataannya, Beliau-lah satu-satunya orang di sepanjang sejarah yang mencapai tingkat keberhasilan paling tinggi dalam masalah agama maupun dunia.”
Thomas Carlyre (penulis asal Inggris) berkata, “Sesungguhnya aku betul-betul mencintai Muhammad karena bersihnya diri Beliau dari riya’ dan sikap pura-pura. Sesungguhnya Beliau berkata dengan jelas kepada kaisar Romawi dan para pemimpin lainnya di luar bangsa Arab; mengarahkan mereka kepada hal yang wajib mereka lakukan untuk kehidupan dunia ini dan kehidupan akhirat.
George Wells (sastrawan Inggris), menurutnya, bahwa Muhammad adalah orang paling berhasil membangun bangsa di atas keadilan dan toleransi.
Tolstoy (sastrawan Rusia) berkara, “Sesungguhnya syariat Muhammad itulah yang akan menguasai dunia karena sejalan dengan akal dan hikmah.
Jean Louis Michon (seorang orientalis) berkata, “Sesungguhnya Islam yang memerintahkan pula berjihad dianggap maklum dalam agama-agama yang lain, dan lagi karena kemuliaan ajaran-ajaran Muhammad. Bahkan Umar bin Khaththab saja, ketika menguasai Al Quds; tidak mengganggu orang-orang Nasrani.”
Gustav Lobon (Ahli Sejarah Prancis) berkata, “Sesungguhnya Muhammad adalah orang terhebat dalam sejarah.”
Will Durant (Penyusun Ensiklopedi Kisah Peradaban Dunia), “Jika kita perhatikan tokoh yang paling berpengaruh bagi manusia, dapat kita katakan, bahwa Muhammad adalah tokoh terbesar dalam sejarah.
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Maktabah Syamilah versi 3.45, Latha’iful Ma’arif (Abdurrahman ibnu Rajab Al Hanbaliy), Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam), dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger