بسم
الله الرحمن الرحيم
Kemungkaran di Akhir Tahun
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut
ini pembahasan tentang kemungkaran di akhir tahun, semoga Allah Azza wa Jalla
menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma
aamin.
Beberapa
contoh kemungkaran di akhir tahun
Sudah
menjadi tradisi di masyarakat kita pada saat pergantian tahun, orang-orang
menggelar berbagai macam acara dan kegiatan. Berikut ini di antara kegiatan
yang mereka lakukan:
Pertama, di antara mereka ada yang bergadang
untuk menunggu jam 00.00 tiba. Ketika telah tiba, maka mereka serentak meniup
terompet, menyalakan kembang api dan petasan, mengadakan pawai motor dengan
mengeraskan suara knalpot yang memekakan telinga padahal sebagian manusia
sedang tidur beristirahat.
Jelas
sekali, dalam perbuatan di atas terdapat beberapa kemungkaran, yaitu mengganggu
orang lain yang sedang istirahat, bertasyabbuh (menyerupai) dengan non muslim,
dan sebagai bentuk pemborosan harta.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda melarang kita mengganggu orang lain,
المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ
مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
"Orang
muslim (yang sempurna) adalah seorang yang kaum muslim lainnya selamat dari
gangguan lisan dan tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda
Beliau, "dari gangguan lisannya" mencakup kata-kata yang
menyakitkan saudaranya, meledek, menggunakan lisan dan mulutnya untuk
mengganggu saudaranya, dsb. Sedangkan maksud kata "tangannya," adalah
perbuatannya, karena pada umumnya perbuatan yang dilakukan manusia terjadi
dengan tangannya.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam juga melarang kita tasyabbuh (menyerupai) non
muslim, Beliau bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ
فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barang
siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." (HR.
Ahmad, Abu Ya'la, dan Thabrani dari Ibnu Umar, dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jami' no. 2831).
Beliau
juga melarang kita bersikap boros dalam sabdanya,
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ
عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ
وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَمَنَعَ وَهَاتِ وَكَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ
السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَال
“Sesungguhnya
Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, mengubur bayi wanita hidup-hidup,
mencegah (bakhil) dan meminta (yang tidak patut diminta), serta membenci
dikatakan dan katanya (tidak tabayyun/meneliti), banyak meminta, dan menyia-nyiakan
harta.” (HR. Bukhari-Muslim)
Maksud,
“Menyia-nyiakan harta” adalah mengeluarkannya bukan untuk manfaat agama dan
dunianya, atau menghambur-hamburkan harta.
Kedua, banyak di antara mereka yang memeriahkan
panggung-panggung hiburan dan menggelar konser-konser musik, meskipun harus
mengeluarkan harta yang banyak.
Hal
ini di samping tasyabbuh dengan orang-orang non muslim, sebagai bentuk
pemborosan, demikian juga sebagai bentuk tidak bersyukur kepada Allah Azza wa
Jalla karena mengeluarkan harta bukan untuk ketaatan kepada-Nya, tetapi untuk
hal yang melalaikan diri dari mengingat-Nya. Panggung-panggung hiburan dan
konser-konser musik yang digelar biasanya membuat banyak manusia lupa mengingat
Allah Azza wa Jalla. Perhatikanlah! Panggung-panggung hiburan dan konser musik
yang digelar biasanya berlangsung hingga Subuh, sehingga banyak orang yang
meninggalkan shalat Subuh, wal 'iyadz billah, di samping mengganggu
orang yang sedang istirahat di malam hari. Perbuatan semacam ini terkena firman Allah
Ta'ala,
وَمِنَ النَّاسِ
مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ
وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ
"Dan di
antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna
untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan
jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan."
(QS. Luqman: 6)
Menurut
Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Jabir, Ikrimah, Sa'id bin Jubair, Mujahid, Makhul, Amr
bin Syu'aib, dan Ali bin Budzaimah, bahwa maksud firman Allah Ta'ala, "perkataan
yang tidak berguna," adalah nyanyian.
Menurut
Al Hasan Al Bashri, bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan nyanyian dan
seruling.
Ada
pula yang menafsirkan firman Allah Ta'ala, "perkataan yang tidak
berguna," dengan menyewa wanita-wanita penyanyi.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي
أَقْوَامٌ، يَسْتَحِلُّونَ الحِرَ وَالحَرِيرَ، وَالخَمْرَ وَالمَعَازِفَ
"Akan ada
dari kalangan umatku orang-orang yang akan menganggap halal zina, kain sutera,
khamr (arak), dan alat musik." (HR. Bukhari dan Abu Dawud)
Ketiga, sebagian di antara mereka ada yang menyambut
pergantian tahun dengan bergadang.
Sungguh,
bergadang untuk menyambut pergantian tahun adalah bergadang yang sia-sia dan
menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menganjurkan
untuk tidak tidur larut malam. Imam Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia
berkata,
نَهَى عَنِ النَّوْمِ قَبْلَ
الْعِشَاءِ وَ عَنِ الْحَدِيْثِ بَعْدَهَا
"Beliau
melarang tidur sebelum shalat Isya dan melakukan obrolan setelahnya."
(Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no.
6915)
Bergadang
yang tidak sia-sia adalah bergadang untuk shalat malam (namun tidak semalaman
suntuk) dan untuk menjaga perbatasan dari serangan musuh. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا
النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ
"Ada dua
mata yang tidak akan tersentuh api neraka; yaitu mata yang menangis karena
takut kepada Allah, dan mata yang bergadang malam menjaga (perbatasan) di jalan
Allah." (HR. Tirmidzi dan dinyatakan shahih oleh Al Albani).
Keempat, terjadinya campur baur laki-laki dan perempuan,
pacaran, dan perbuatan maksiat lainnya.
Tentang
maksiat ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
«لَأَنْ
يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ
امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ "
“Sungguh,
ditusuknya kepala salah seorang di antara kamu dengan jarum besi itu lebih baik
baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani, dan
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5045)
لَا يَخْلُوَنَّ
أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا،
"Janganlah sekali-kali salah seorang di
antara kamu berduaan dengan seorang wanita, karena setan yang ketiganya."
(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim, dan dinyatakan shahih isnadnya oleh
Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah)
Kelima, menuliskan dan mengucapkan kalimat "Selamat
Natal dan Tahun Baru," di beberapa media seperti media massa, media
elektronik, dll.
Saudaraku! Kata
"selamat" menunjukkan anda menyetujui atau mendukung perbuatan
tersebut dan tidak mengingkari. Oleh karena itu, ketika anda mengucapkan
"Selamat natal," maka berarti anda memberikan dukungan terhadap
tindakan itu. Anda sama saja memberikan dukungan terhadap perkara yang munkar;
yang dibenci oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala, karena di dalamnya terdapat
kemungkaran, terutama syirk kepada Allah Ta'ala. Pantaskah seseorang mengucapkan
"Selamat" kepada orang yang berbuat maksiat seperti orang yang
meminum arak atau bermain judi, "Selamat meminum arak," atau,
"Selamat bermain judi," tentu tidak pantas, maka apalagi terhadap perkara
ini (natal) yang mengandung perbuatan syirk.
Adapun menuliskan dan
mengucapkan, "Selamat tahun baru," maka ucapan ini merupakan bentuk
tasyabbuh dengan non muslim, dan sepertinya orang yang menuliskan atau
mengucapkan kalimat ini tidak menyadari, bahwa tahun kaum muslim adalah tahun
Hijriah; bukan tahun Masehi.
Hijriah tahun umat Islam
Sebagian saudara-saudara
kita yang memperingati tahun baru masehi sepertinya lupa, bahwa kalender mereka adalah kalender hijriah.
Inilah kalender yang ditetapkan di zaman khalifah
Umar bin Khathtab yang diawali dengan bulan Muharram sebagai bulan pertamanya.
Oleh karena itu, meninggalkan kalender Hijriah dan
menggantinya dengan kalender Masehi merupakan
tanda kelemahan, kemunduran dan mengekornya kepada non muslim. Akibatnya, kaum
muslimin menjadi jauh dari kalender mereka yang dapat mengingatkan mereka
dengan syi'ar agama dan ibadah mereka. Maka
dari itu, hendaknya seorang muslim ketika memilih kalender, tetap mencari
kalender yang di sana menyebutkan bulan-bulan Hijriah agar mereka dapat
mengingat syi'ar agamanya. Misalnya mengingatkannya dengan Bulan Ramadhan,
bulan Syawwal, bulan hajji, 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, puasa ayaamul
biidh (tengah bulan; 13, 14 dan 15 setiap bulan), bulan Muharram dengan puasa
Tasu'a dan 'Asyuranya, dsb.
Hikmah
pergantian malam-siang, hari, bulan, dan tahun
Allah Ta'ala menjadikan pergantian malam
dan siang sebagai kesempatan beramal, tahapan menuju ajal, ketika tahapan yang
satu lewat, maka akan diiringi oleh tahapan selanjutnya. Siapa saja di antara
mereka yang tidak sempat memperbanyak amal di malam harinya, ia bisa mengejar
di siang hari. Ketika tidak sempat di siang hari, ia bisa mengejar di malam
hari. Allah Ta'ala berfirman,
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
"Dan
Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin
mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Terj. QS. Al Furqan: 62)
Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang
mukmin mengambil pelajaran dari pergantian malam dan siang, karena malam dan
siang membuat sesuatu yang baru menjadi bekas, mendekatkan hal yang sebelumnya
jauh, memendekkan umur, membuat muda anak-anak, membuat binasa orang-orang yang
tua, dan tidaklah hari berlalu kecuali membuat seseorang jauh dari dunia dan
dekat dengan akhirat. Orang yang berbahagia adalah orang yang menghisab
dirinya, memikirkan umurnya yang telah dihabiskan, ia pun memanfaatkan waktunya
untuk hal yang memberinya manfat baik di dunia maupun akhiratnya. Jika dirinya
kurang memenuhi kewajiban, ia pun bertobat dan berusaha menutupinya dengan
amalan sunat. Jika dirinya berbuat zalim dengan mengerjakan larangan, ia pun
berhenti sebelum ajal menjemput, dan barang siapa yang dianugerahi istiqamah
oleh Allah Ta'ala, maka hendaknya ia memuji Allah serta meminta keteguhan
kepada-Nya hingga akhir hayat.
Ya Allah, jadikanlah amalan terbaik
kami adalah pada bagian akhirnya, umur terbaik kami adalah pada bagian
akhirnya, hari terbaik kami adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu,
Allahumma aamiin.
Wallahu
a'lam wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa alihi wa shahbihi wa
sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Maktabah Syamilah
versi 3.45, Mausu'ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam Li
Abhatsil Qur'ani was Sunnah), Fenomena di tahun baru (Abu Hisyam
Liadi-Buletin Al Iman edisi 104), dll.
0 komentar:
Posting Komentar