بسم
الله الرحمن الرحيم
Akhlak Karm
(Sikap Mulia dan Dermawan)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini pembahasan tentang ‘karm’. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan
penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Hakikat Karm
Karm artinya sikap mulia, dermawan, dan pemurah. Kata “karm”
ini dipakai untuk setiap perkara yang terpuji yang terdiri dari berbagai macam
kebaikan, kemuliaan, sikap dermawan, suka memberi, dan suka berinfak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Siapakah
manusia paling mulia?” Beliau menjawab, “Yaitu mereka yang paling bertakwa
kepada Allah.” Para sahabat bertanya, “Bukan ini pertanyaan kami kepadamu?”
Beliau menjawab,
فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِيُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ
نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ
“Manusia paling mulia adalah Yusuf Nabi Allah putera Nabi Allah (Ya’qub)
putera Nabi Allah (Ishaq) putera kekasih Allah (Ibrahim).” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyifati Yusuf ‘alaihis salam
dengan ‘karm’ (mulia) karena berkumpul pada dirinya kemuliaan kenabian,
ilmu, keindahan fisik, rasa ‘iffah (menjaga diri), kemuliaan akhlak, sikap
adil, dan kepemimpinan dunia dan agama. Dia adalah seorang nabi, putera seorang
nabi dari putera seorang nabi.
Kemurahan Allah
Di antara sifat Allah Subhaanahu wa Ta’ala adalah
bahwa Dia Mahamulia, yakni banyak kebaikannya, Pemurah Yang Selalu Memberi;
dimana pemberian-Nya tidak pernah habis. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam,
يَدُ اللَّهِ مَلاَى لاَ تَغِيضُهَا
نَفَقَةٌ ، سَحَّاءُ اللَّيْلَ والنَّهَارَ وقَالَ أَرَأَيْتُمْ مَا إِنَّفَقَ
مُنْذُ خَلَقَ السَّمَا ءَ والاَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِي يَدِهِ
“Tangan Allah selalu penuh, tidak berkurang karena
memberi, Dia Selalu memberi di malam dan siang hari.”
Lalu Beliau bersabda, “Bagaimana menurutmu jika ternyata
Dia telah memberi sejak diciptakan-Nya langit dan bumi, namun tidak berkurang
sama sekali apa yang ada di Tangan-Nya?” (HR. Bukhari-Muslim)
Kemurahan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling mulia dan
paling baik nasabnya, manusia paling dermawan dan paling pemurah dalam memberi
dan berinfak. Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia
berkata,
مَا سُئِلَ رَسُوْل اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّمَ عَلَى اْلِإسْلَام شَيْئًا إِلاَ أَعْطَاهُ. قَالَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ
غَنَمَا بَيْنَ جَبَلَيْنِ. فَرَجَعَ إِلىَ
قَوْمهِ، فَقَالَ: يَا قَوْم أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ عَطَاءً لاَ يَخْشَى
اْلفَاقَةَ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah
diminta untuk Islam kecuali Beliau berikan, pernah datang kepada Beliau
seseorang, lalu Beliau berikan kepadanya kambing (yang banyaknya hampir
memenuhi) di antara dua bukit, orang itu pun pulang ke kaumnya, dan berkata,
“Wahai kaumku! Masuk Islamlah! Sesungguhnya Muhammad itu jika memberi tidak
takut miskin.” (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, bahwa beberapa orang menyembelih
kambing, lalu membagikannya kepada orang-orang miskin, kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Apa
yang tersisa darinya?” Ia menjawab, “Tidak tersisa selain pundaknya.” Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semuanya tersisa selain pundaknya.”
(HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi
dan Ash Shahiihah (2544))
Maksudnya, bahwa yang disedekahkan seseorang di jalan Allah adalah yang
kekal pada hari Kiamat, dan tidak ada yang fana’ selain yang ia pakai di dunia
ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَ مَالُ عبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ
“Tidaklah berkurang harta seorang hamba karena bersedekah.” (HR.
Tirmidzi dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’
no. 5809).
Macam-macam sikap mulia
Oleh karena sikap mulia itu dipakai untuk perbuatan yang terpuji, maka
ia memiliki banyak macamnya. Di antaranya:
Sikap mulia kepada Allah
Seorang muslim adalah orang yang bersikap mulia kepada Allah, yaitu
dengan berbuat ihsan dalam beribadah dan menjalankan ketaatan, mengenal Allah
dengan sebenarnya, mengerjakan yang diperintahkan, dan menjauhi yang dilarang.
Sikap mulia kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Yaitu dengan mengikuti sunnahnya, berjalan di atas manhajnya, mengikuti
petunjuknya dan memuliakannya.
Sikap mulia kepada diri sendiri
Yaitu dengan tidak menghinakan dirinya atau merendahkannya serta
menjerumuskannya untuk mengatakan perkataan yang buruk atau melakukan tindakan
sia-sia. Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menyifati ‘ibadurrahman,
bahwa mereka adalah,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ
الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَاماً
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang
tidak berfaedah, mereka melalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Terj.
QS. Al Furqan: 72)
Sikap mulia kepada keluarga dan kerabat
Seorang muslim memuliakan istri, anak, dan sanak saudaranya, yaitu
dengan bergaul baik terhadap mereka dan menafkahi mereka. Dan ia memulai dari
istri dan anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ
فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ
أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى
أَهْلِكَ»
“Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan
untuk memerdekakan budak, dinar yang engkau infakkan kepada orang miskin, dan dinar
yang engkau infakkan kepada keluargamu.
Yang paling besar pahalanya adalah yang engkau infakkan kepada
keluargamu.” (HR. Muslim)
«إِذَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ يَحْتَسِبُهَا فَهُوَ
لَهُ صَدَقَةٌ»
“Jika seseorang berinfak untuk keluarganya sambil mengharapkan keridhaan
Allah, maka hal itu adalah sedekah baginya.”
(Muttafaq ‘alaihi)
Sedekah kepada kerabat juga memiliki keutamaan yang besar, karena ia
akan memperoleh pahala sedekah dan pahala menyambung tali silaturrahim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّدَقَةُ عَلَى
المِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَهِيَ عَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
“Sedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, sedangkan kepada
kerabat ada dua; sedekah dan silaturrahim.” (HR. Tirmidzi)
Sikap mulia kepada orang lain
Bentuk-bentuk sikap mulia kepada orang lain sangat banyak. Senyum di
hadapan mereka merupakan sedekah sebagaimana yang disampaikan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam,
«لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى
أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ»
“Janganlah kamu meremehkan perkara yang ma’ruf sedikit pun meskipun kamu
hanya bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang ceria.” (HR. Muslim).
Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
«كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلَّ يَوْمٍ
تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ، يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَيُعِينُ
الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا
مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ خُطْوَةٍ
يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ، وَيُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ
صَدَقَةٌ»
“Setiap persendian manusia harus bersedekah; setiap hari ketika matahari
terbit, bersikap adil terhadap dua orang yang bertengkar adalah sedekah,
membantu seseorang menaiki hewannya, lalu ia angkut ke atasnya atau ia angkut
barangnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang
dia langkahkan menuju shalat adalah sedekah dan menyingkirkan hal yang
mengganggu dari jalan adalah sedekah.” (Muttafaq ‘alaih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
«كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ»
“Setiap perkara ma’ruf adalah sedekah.” (Muttafaq ‘alaih)
Sikap mulia ketika kaum muslimin membutuhkan
Seorang muslim wajib berinfak untuk membantu kebutuhan kaum muslimin.
Contohnya di waktu perang, ia harus memperbanyak infak untuk menyiapkan pasukan
kaum muslimin. Di saat-saat krisis pendidikan, maka ia rela mengorbankan
hartanya untuk membantu kelancaran pendidikan. Jika di sana sedang terjadi
wabah atau penyakit misalnya, maka ia mengorbankan hartanya sebagai bentuk
peran serta mengatasi penyakit ini. Dan jika seorang muslim mengetahui
kebutuhan saudaranya yang muslim di sebuah negeri Islam, dimana negeri tersebut
membutuhkan obat atau bahan makanan bergizi, maka hendaknya ia segera
membantunya.
Keutamaan dermawan dan sikap mulia
1.
Allah
Subhaanahu wa Ta'aala akan melipatgandakan pahala orang yang berinfak. Dia berfirman,
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui.” (Terj. QS. Al Baqarah: 261)
2.
Sikap
mulia merupakah berkah bagi harta. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ
العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ
أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا
تَلَفًا
“Tidak ada pagi hari yang dilalui manusia, kecuali ada dua malaikat yang
turun; yang satu berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang
berinfak.” Yang satu lagi berkata, “Ya Allah, berilah kebinasaan bagi
orang yang bakhil.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3.
Sikap
mulia adalah kemuliaan di dunia dan keutamaan di akhirat, menjadikan seseorang
dicintai oleh Allah kemudian dicintai manusia.
Kisah kedermawanan
Disebutkan, bahwa Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu pernah mengirimkan kepada
Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anhaa harta berjumlah 180.000 dirham, lalu
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengambilnya untuk membagi-bagikan harta itu, ia pun
membagikan harta itu semuanya, padahal ketika itu ia sedang puasa, maka ia
memerintahkan budaknya untuk menyiapkan makanan untuk berbuka, budaknya pun
menyiapkan roti dan minyak sambil berkata kepada Aisyah, “Tidakkah harta yang
engkau bagikan hari ini engkau belikan daging satu dirham untuk kita berbuka.”
Demikianlah Aisyah, ia menyedekahkan dalam jumlah besar ini dan sampai lupa
menyisakan satu dirham untuk dirinya berbuka puasa.
Suatu ketika, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu
membawakan harta yang banyak kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu Beliau bertanya kepadanya, “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu wahai
Umar?” Ia menjawab, “Aku sisakan untuk mereka separuh hartaku.” Kemudian datang
Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu membawakan semua hartanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau bertanya kepadanya, “Apa
yang engkau tinggalkan untuk anak-anakmu wahai Abu Bakar?” Ia menjawab, “Aku
tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.”
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': http://islam.aljayyash.net/,
Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam Li abhatsil Qur’ani was Sunnah), Modul Akhlak
kelas 8 (Penulis), dll.
0 komentar:
Posting Komentar