بسم الله الرحمن الرحيم
Kunci-Kunci Rezeki
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Kita
semua yakin, bahwa Allah yang memberikan rezeki; tidak selain-Nya, Dia
berfirman,
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada
suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya,”
(Terj. QS. Huud: 6)
Oleh karenanya, kepada-Nya kita
bergantung dan memohon rezeki.
Allah Azza wa Jalla juga
memerintahkan kita untuk mencarinya dan tidak tinggal diam bermalas-malasan,
Dia berfirman.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا
مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah
ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”
(Terj. QS. Al Jumu’ah: 6)
Berikut ini beberapa kunci untuk memperoleh
rezeki dari-Nya.
Kunci-kunci Rezeki
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman menyebutkan dakwah
Nabi Nuh ‘alaihissalam kepada kaumnya,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً-- يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً-- وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً
Aku pun berkata, “Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun---Niscaya Dia akan
mengirimkan hujan lebat kepadamu, membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun serta mengadakan (pula di dalamnya)
sungai-sungai untukmu. (Terj. QS. Nuh: 10-11)
Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa istighfar
dan tobat adalah salah satu di antara kunci rezeki.
Selain istighfar dan taubat, yang termasuk ke dalam
kunci rezeki juga adalah:
1.
Takwa (menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya).
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً-- وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (solusi)---Dan memberinya rezeki dari
arah yang tidak disangka-sangkanya. (Terj. QS. Ath Thalaq: 2-3)
Dari ayat ini kita ketahui, bahwa takwa adalah salah
satu pintu rezeki, sebaliknya maksiat adalah salah satu sebab terhalangnya
mendapatkan rezeki.
2.
Tawakkal kepada
Allah.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dan barang siapa yang bertawakkal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (Terj. QS. Ath
Thalaq: 3)
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ
أَنَّكُمْ
كُنْتُمْ
تَتَوَكَّلُوْنَ
عَلىَ اللّهِ
حَقَّ تَوَكُّلِهِ
لَرُزِقْتُمْ
كَمَا تُرْزَقُ
الطَّيْرُ
تَغْدُوْ
خِمَاصًا
وَتَرُوْحُ
بِطَانًا
“Kalau
sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu kamu
akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, berangkat pagi dalam
keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, ia
mengatakan, “Hadits hasan shahih.”)
Perlu diketahui bahwa Tawakkal itu tidaklah seperti
yang dipahami oleh orang-orang yang jahil (tidak mengerti) terhadap Islam, yang
mengartikan bahwa tawakkal adalah membuang jauh-jauh sebab dan tidak beramal
serta ridha dan rela terhadap kerendahan. Bahkan tidak demikian. Tawakkal
adalah sebuah ketaatan kepada Allah dengan menjalankan sebab.
Oleh karena itu, seseorang tidaklah berharap untuk memperoleh sesuatu kecuali
menjalankan sebab-sebabnya. Adapun tercapai atau tidaknya dia serahkan kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'aala sambil berharap agar yang dicita-citakannya
tercapai, karena hanya Dia-lah yang mampu mendatangkan hasilnya. Betapa banyak
orang yang menjalankan sebab, namun ternyata tidak memperoleh hasil apa-apa.
3.
Menyempatkan diri
untuk beribadah
Misalnya mengerjakan amalan sunat setelah amalan yang
wajib. Baik yang berupa ibadah lisan seperti dzikr, membaca Al Qur’an dan
mengajarkannya maupun yang berupa perbuatan seperti shalat-shalat sunah dsb.
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَقُوْلُ رَبُّكُمْ يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أَمْلَأُ قَلْبَكَ غِنًى وَأَمْلَأُ يَدَكَ رِزْقًا يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُبَاعِدْ مِنِّيْ أَمْلَأُ قَلْبَكَ فَقْرًا وَأَمْلَأُ يَدَكَ شُغْلاً
Tuhanmu berfirman, “Wahai anak Adam! Sempatkanlah
beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi hatimu dengan rasa cukup dan Aku
akan memenuhi tanganmu dengan rezeki. Wahai anak Adam! Janganlah menjauh
dari-Ku. Jika demikian, Aku akan memenuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku akan
memenuhi tangan-Mu dengan kesibukan.” (HR. Hakim, dan dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
4.
Berhajji dan
berumrah
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:
تَابِعُوْا
بَيْنَ الْحَجِّ
وَاْلعُمْرَةِ
فَإِنَّهُمَا
يَنْفِيَانِ
الْفَقْرَ
وَالذُّنُوْبَ
كَمَا يَنْفِي
اْلكِيْرُ
خَبَثَ الْحَدِيْدِ
وَالذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ
وَلَيْسَ
لِلْحَجَّةِ
الْمَبْرُوْرَةِ
ثَوَابٌ إِلاَّ
الْجَنَّةُ
“Sertakanlah
hajji dengan umrah, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa.
Sebagaimana kir menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Haji yang mabrur
tidak ada balasannya selain surga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hibban, Syaikh Al Albani menghasankannya dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
5.
Menyambung tali
silaturrahim
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
أََحَبَّ
أَنْ يُبْسَطَ
عَلَيْهِ
فِي رِزْقِهِ,
وَأَنْ يُنْسَأَ
لَهُ فِي
أَثَرِهِ,
فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya maka sambunglah tali silaturrahim.” (HR. Bukhari(
Silaturrahim adalah sebuah istilah
untuk sikap ihsan (berbuat baik) kepada kerabat yang memiliki hubungan baik
karena nasab (keturunan) maupun karena ash-har (perkawinan), bersikap lemah
lembut kepada mereka, memberikan kebaikan dan menghindarkan keburukan
semampunya yang menimpa mereka, serta memperhatikan keadaan mereka baik agama
maupun dunianya.
6.
Berinfak
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ
الرَّازِقِينَ
“Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Terj.
QS. Saba’: 39)
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
قَالَ
اللَّهُ أَنْفِقْ
يَا ابْنَ
آدَمَ أُنْفِقْ
عَلَيْكَ
Allah berfirman, “Berinfaklah wahai anak Adam! Niscaya
Aku akan berinfak kepadamu.” (HR. Bukhari)
Juga bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ ، فَيَقُوْلُ أَحَدَهُمَا : اللَّهُمَّ أَعطِ مُنْفِقاً خَلَفاً، وَيَقُولُ الآخَرُ : اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكاً تَلَفاً
“Tidak
ada satu hari pun, di mana seorang hamba melalui pagi harinya kecuali dua
malaikat turun, yang satu berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang
yang berinfak”, sedangkan malaikat yang satu lagi berkata, “Ya Allah,
timpakanlah kebinasaan kepada orang yang bakhil.” (Muttafaq 'alaih)
Dan bersabda:
مَا
نَقَصَتْ
صَدَقَةٌ
مِنْ مَالٍ
وَمَا زَادَ
اللَّهُ عَبْدًا
بِعَفْوٍ
إِلَّا عِزًّا
وَمَا تَوَاضَعَ
أَحَدٌ لِلَّهِ
إِلَّا رَفَعَهُ
اللَّهُ
“Sedekah
tidaklah mengurangi harta, dan Allah tidaklah menambahkan hamba-Nya yang sering
memaafkan kecuali kemuliaan. Dan seseorang tidaklah bertawadhu’ karena Allah,
kecuali Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)
7.
Berbuat baik kepada
kaum dhuafa (kaum fakir-miskin)
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:
هَلْ
تُنْصَرُونَ
وَتُرْزَقُونَ
إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ
“Bukankah
kamu dibela dan diberi rezeki karena (berbuat ihsan) kepada kaum dhuafa kamu.” (HR.
Bukhari)
8.
Hijrah
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
وَمَن
يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللّهِ يَجِدْ فِي الأَرْضِ مُرَاغَماً كَثِيراً وَسَعَةً
“Barang siapa berhijrah di jalan Allah,
niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki
yang banyak.” (Terj.
QS. An Nisaa’: 100)
Hijrah secara syara’ artinya meninggalkan sesuatu yang
dibenci Allah menunju hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya. Rasulullah
shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الْمُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ
الْمُسْلِمُونَ
مِنْ لِسَانِهِ
وَيَدِهِ
، وَالْمُهَاجِرُ
مَنْ هَجَرَ
مَا نَهَى
اللَّهُ عَنْهُ
»
“Orang
muslim adalah orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari mengganggu
muslim lainnya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari
perbuatan yang dilarang Allah.” (HR. Bukhari)
Termasuk ke dalam hijrah adalah berhijrah dari negeri
kafir (negeri tempat merajalelanya kesyirkkan atau syi’ar-syi’ar kekufuran)
dan dirinya tidak mampu menjalankan
ajaran-ajaran Islam di sana ,
menuju negeri Islam (negeri di mana syi’ar Islam tampak seperti azan, shalat
berjama’ah, shalat Jum’at dan shalat hari raya). Kecuali jika ia tidak mampu
berhijrah atau ia berniat berdakwah di sana ,
maka tidak mengapa tinggal di negeri kafir.
9.
Bersyukur terhadap
nikmat Allah
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih." (Terj. QS. Ibrahim: 7)
Bersyukur kepada Allah adalah dengan mengakui nikmat
yang didapatkan berasal dari-Nya, memuji-Nya, dan menggunakan nikmat itu untuk
ketaatan kepada-Nya.
10.
Membantu penuntul
ilmu syar’i.
Dalam Sunan At Tirmidzi dari
Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كَانَ
أَخَوَانِ
عَلَى عَهْدِ
رَسُوْلِ
اللّهِ صَلَّى
اللّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
يَأْتِى النَّبِيَّ
صَلَّى اللّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
وَالْآخَرُ
يَحْتَرِفُ،
فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ
أَخَاهُ إِلىَ
النَّبِيِّ
صَلَّى اللّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
فَقَالَ: لَعَلَّكَ
تُرْزَقُ
بِهِ
“Ada dua orang bersaudara
di zaman Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam, yang satu datang kepada
Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam (untuk belajar), sedangkan yang satunya
lagi bekerja. Maka orang yang bekerja ini mengeluhkan kepada Nabi shallalllahu
'alaihi wa sallam tentang saudaranya. Beliau pun bersabda, “Mungkin saja
kamu diberi rezeki karenanya.” (Hadits ini dishahihkan oleh Al Albani).
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa
Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraaji’: Tafsir
Al Qur’anil ‘Azhim (Ibnu Katsir), Mafaatiihur rizq (Dr. Fadhl
Ilaahiy), Minhaajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza’iri), Subulus Salam
(Imam Ash Shan’ani), dll.
0 komentar:
Posting Komentar