بسم
الله الرحمن الرحيم
Syarah Kitab Tauhid (55)
Larangan Banyak Bersumpah
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin,
shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para
sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan
syarah (penjelasan) ringkas terhadap Kitab Tauhid karya Syaikh
Muhammad At Tamimi rahimahullah, yang banyak merujuk kepada kitab Al
Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At Tauhid karya Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan
hafizhahullah, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas
karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
**********
Bab: Larangan Banyak Bersumpah
Firman Allah Ta’ala,
وَاحْفَظُواْ أَيْمَانَكُمْ
Dan jagalah sumpahmu. (Qs. Al Maidah: 89)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia
berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«الحَلِفُ مُنَفِّقَةٌ لِلسِّلْعَةِ، مُمْحِقَةٌ لِلْكَسْبِ»
“Sumpah itu melariskan barang dagangan dan
menghapus keberkahan usaha.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Hadits di atas disebutkan dalam Shahih Bukhari
no. 2087 dan Muslim no. 1606.
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu alaihi
wa sallam memberikan peringatan agar tidak meremehkan masalah sumpah serta
tidak sering bersumpah yang biasa digunakan para pedagang untuk melariskan
barang dagangannya dan menarik keuntungan, karena ketika seseorang bersumpah
terhadap suatu barang dagangan, bahwa barang ini dihargai sekian dan sekian
atau ia membelinya sekian padahal tidak demikian, sehingga pembeli menganggap
hal itu benar dan akhirnya si penjual mengambil keuntungan dari penjualan
barangnya karena sumpah yang disampaikan padahal ia sama saja telah berdusta
dan bermaksiat kepada Allah, maka sebagai hukumannya adalah dicabutnya
keberkahan pada usahanya.
Kesimpulan:
1.
Peringatan agar tidak bersumpah untuk melariskan barang dagangan, karena
hal itu sama saja tidak memuliakan nama Allah Ta’ala dan hal itu sama saja
mengurangi kesempurnaan tauhid.
2.
Akibat yang diperoleh dari sumpah dusta.
3.
Usaha yang haram meskipun secara lahiriah tampak banyak keuntungannya,
namun tidak berkah; sehingga tidak ada kebaikan di dalamnya; dikeluarkan untuk yang
sia-sia.
**********
Dari Salman radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ
اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ , وَلَا يُزَكِّيهِمْ , وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: أُشَيْمِطٌ
زَانٍ , وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ , وَرَجُلٌ جَعَلَ اللَّهَ لَهُ بِضَاعَةً لَا يَشْتَرِي
إِلَّا بِيَمِينِهِ، وَلَا يَبِيعُ إِلَّا بِيَمِينِهِ
“Ada tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak
dibersihkan-Nya (dari dosa), dan bagi mereka azab yang pedih, yaitu: orang yang
sudah beruban (tua) berzina, orang miskin yang sombong, dan seorang yang
menjadikan Allah sebagai pelaris barang dagangannya, dimana ia tidak membeli dan
menjual kecuali dengan bersumpah.” (Hr. Thabrani dengan sanad yang shahih)
Penjelasan:
Hadits di atas diriwayatkan oleh Thabrani
dalam ketiga kitab mu’jamnya. Al Haitsami dalam Majmauz Zawaid (4/78) berkata,
“Para perawinya adalah para perawi kitab shahih.”
Abu Abdullah Salman Al Farisi radhiyallahu
anhu adalah seorang sahabat yang berasal dari Ashbahan atau Ramahurmuz, ia
masuk Islam saat Nabi shallallahu alaihi wa sallam tiba di Madinah, hadir dalam
perang Khandaq dan peperangan-peperangan lainnya, ia wafat pada tahun 36 H.
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu alaihi
wa sallam menyebutkan tiga orang yang durhaka yang mendapatkan hukuman yang
berat karena buruknya perbuatan mereka. Mereka itu adalah:
Pertama, orang yang sudah tua berzina, padahal pendorong berbuat maksiat melemah
dan dirinya sudah seharusnya mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Hal
ini menunjukkan kecenderungannya kepada maksiat.
Kedua, orang miskin yang sombong. Meskipun sombong adalah buruk bagi setiap
orang, namun lebih buruk lagi jika dilakukan oleh orang miskin. Hal ini
menunjukkan bahwa tabiatnya sombong.
Ketiga, orang yang menjadikan Allah untuk melariskan barang dagangannya, dimana
ia tidak menjual dan membeli kecuali bersumpah dengan nama-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa dirinya meremehkan
nama Allah sehingga menjadikannya sebagai sarana melariskan barang dagangannya.
Dalam hadits di atas terdapat peringatan
terhadap banyak bersumpah dalam jual-beli.
Kesimpulan:
1.
Peringatan agar tidak sering bersumpah dalam jual-beli.
2.
Dorongan memuliakan sumpah.
3.
Perintah memuliakan nama Allah Azza wa Jalla.
4.
Menetapkan sifat ‘kalam’ (berfirman) bagi Allah, dan bahwa Dia mengajak
bicara orang yang taat dan memuliakan orang itu dengan diajak bicara.
5.
Peringatan terhadap dosa zina, apalagi dilakukan oleh orang yang sudah tua.
6.
Peringatan terhada dosa sombong, apalagi dilakukan oleh orang miskin.
**********
Dalam kitab Shahih dari Imran bin
Hushain radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي،
ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، - قَالَ عِمْرَانُ فَلاَ
أَدْرِي: أَذَكَرَ بَعْدَ قَرْنِهِ قَرْنَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا - ثُمَّ إِنَّ بَعْدَكُمْ
قَوْمًا يَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَنْذُرُونَ
وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
“Sebaik-baik umatku adalah mereka yang hidup
di masaku, kemudian generasi berikutnya, dan generasi berkutnya lagi.” Imran
(perawi hadits ini berkata) berkata, “Aku tidak ingat lagi; apakah Beliau
menyebut generasi setelah masa Beliau dua kali atau tiga kali.” Beliau juga
bersabda, “Setelah kalian akan datang generasi yang memberikan kesaksian
sebelum diminta, berkhianat dan tidak dapat dipercaya, bernadzar dan tidak
memenuhi nadzarnya, dan badan mereka tampak gemuk-gemuk.”
Penjelasan:
Hadits di atas disebutkan dalam Shahih
Bukhari no. 3650 dan Muslim no. 2534.
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam menerangkan bahwa generasi terbaik umat ini adalah tiga
generasi pertama; para sahabat, tabi’in, dan tabiut tabiin karena Islam tegak
ketika itu dan dekatnya mereka dengan masa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Setelah berlalu tiga generasi utama ini, maka akan muncul keburukan di
tengah umat ini, banyak perkara bid’ah, orang-orang meremehkan persaksian,
meremehkan amanah dan nadzar, dan bersenang-senang dengan dunia serta lalai
dari akhirat. Munculnya perbuatan-perbuatan buruk yang disebutkan di atas
(bersaksi palsu, berkhianat, dan tidak memenuhi nadzar) menunjukkan lemahnya
keislaman mereka.
Dalam hadits di atas terdapat celaan terhadap
orang-orang yang meremehkan persaksian, sehingga berani bersaksi palsu; dimana
persaksian adalah salah satu macam sumpah.
Kesimpulan:
1.
Keutamaan tiga atau empat generasi pertama Islam; para sahabat, tabi’in,
dan tabi’ut tabiin.
2.
Tercelanya segera memberikan kesaksian.
3.
Tercelanya meremehkan nadzar dan wajibnya memenuhi nadzar.
4.
Tercelanya khianat dan dorongan menunaikan amanah.
5.
Tercelanya berlebihan menikmati kesenangan dunia, cinta dunia, dan
berpaling dari akhirat.
6.
Bukti kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam; dimana
Beliau memberitahukan sesuatu yang akan terjadi setelah Beliau dan ternyata
sesuai dengan kenyataan. Ini menunjukkan bahwa Beliau utusan Allah dan
mendapatkan berita dari-Nya.
**********
Dalam kitab Shahih pula disebutkan,
dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي،
ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ
شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ
“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidup
pada masaku, kemudian generasi setelahnya, dan generasi setelahnya, kemudian
akan datang kaum yang persaksiannya mendahului sumpahnya atau sumpahnya
mendahului persaksiannya.”
Ibrahim An Nakha’i berkata, “Dahulu mereka (para
tabiin) memukuli kami karena persaksian dan sumpah yang kami lakukan ketika
kami masih kecil (agar tidak meremehkan sumpah dan persaksian).”
Penjelasan:
Hadits di atas disebutkan dalam Shahih Bukhari
no. 2652 dan Muslim no. 2533.
Ibrahim An Nakha’i adalah Abu Imran Ibrahim
bin Yazid An Nakha’i Al Kufi. Ia termasuk tabiin dan ahli fiqihnya di antara
mereka. Ia wafat pada tahun 96 H.
Maksud ‘persaksiannya mendahului sumpahnya
atau sumpahnya mendahului persaksiannya’ adalah memadukan antara sumpah dan
bersaksi, terkadang salah satu lebih dulu daripada yang lain. Hal ini
menunjukkan kesegeraan mereka memberikan kesaksian dan bersumpah, dan
menunjukkan sikap remeh mereka terhadap keduanya. Hal ini juga menunjukkan
kurang wara dan pedulinya mereka terhadap agama.
Dalam hadits di atas Nabi shallallahu alaihi
wa sallam memberitahukan bahwa generasi terbaik umat ini adalah tiga generasi
pertama umat ini. Setelah itu akan ada generasi yang meremehkan persaksian dan
sumpah karena lemahnya keimanan mereka dan kurangnya rasa takut mereka kepada
Allah Azza wa Jalla.
Dari Az Zubair bin Addi ia berkata, “Kami
pernah datang kepada Anas bin Malik dan mengeluhkan kepadanya tentang hal yang
kami rasakan dari Hajjaj (bin Yusuf raja yang kejam), maka Anas berkata,
«اصْبِرُوا، فَإِنَّهُ لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا
الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ»
“Bersabarlah, sesungguhnya tidak berlalu masa
bagi kalian melainkan setelahnya lebih buruk lagi sampai kalian berjumpa dengan
Rabb kalian.”
Anas berkata, “Aku mendengar kata-kata ini
dari Nabi kalian shallallahu alaihi wa sallam.” (Hr. Bukhari)
Kesimpulan
1.
Keutamaan tiga generasi pertama Islam (para sahabat, tabiin, dan tabi’ut
tabiin).
2.
Tercelanya bersegera memberikan kesaksian dan bersumpah.
3.
Bukti kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
4.
Perhatian kaum salaf terhadap pendidikan anak-anaknya.
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ala Nabiyyina
Muhammad wa alaa alihi wa shahbihi wa sallam
Marwan
bin Musa
Maraaji’: Al Mulakhkhash fi
Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih Al
Fauzan), Maktabah Syamilah, dll.
0 komentar:
Posting Komentar