بسم
الله الرحمن الرحيم
Akhlak Syukur
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini pembahasan tentang akhlak Syukur. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan
penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pengantar
Disebutkan dalam hadits shahih, bahwa dahulu ada tiga orang di kalangan
Bani Israil; orang yang sopak, orang yang berkepala botak, dan orang yang buta.
Masing-masing dari mereka berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan penyakit
yang menimpanya dan agar Dia memberikan rezeki kepadanya, maka Allah
mengabulkan doa mereka dan mengirimkan malaikat kepada orang yang sopak, ia pun
meletakkan tangannya ke atas kulitnya, maka jadilah orang itu berkulit indah,
malaikat itu juga memberinya seekor unta bunting yang beranak, dan unta
tersebut melahirkan banyak anaknya sehingga orang yang berkulit sopak pun
menjadi orang yang kaya. Lalu malaikat itu pergi menemui orang yang berkepala
botak, maka malaikat itu mengusap kepalanya, lalu Allah menyembuhkannya,
malaikat itu juga memberikan kepadanya sapi yang bunting kemudian beranak,
sehingga ia memiliki sejumlah sapi. Malaikat kemudian menemui orang yang buta,
lalu ia meletakan tangannya ke matanya, maka Allah menyembuhkannya, ia juga
memberinya seekor kambing dan kambing itu pun beranak, sehingga ia memiliki
sejumlah kambing. Setelah sekian lama, malaikat itu pun datang kembali kepada
mereka untuk menguji mereka, apakah mereka bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa
Ta'aala dan mau bersedekah kepada kaum fakir atau tidak? Ia pun pergi menemui
orang yang berkulit sopak, demikian pula menemui orang yang berkepala botak,
tetapi mereka berdua tidak mau memberikan barang sedikit pun dan malah berkata
kepada malaikat itu, “Sesungguhnya kami mewarisi harta ini dari nenek moyang
kami,” maka keduanya pun kembali seperti dahulu dan jadilah keduanya
sebagai orang yang miskin. Kemudian malaikat itu pergi menemui orang yang buta
dan meminta sedekah kepadanya, maka orang yang buta ini bergembira dengannya
dan berkata kepadanya, “Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah
mengembalikan penglihatanku. Oleh karena itu, ambillah apa yang kamu mau dan
tinggalkan yang kamu mau.” Lalu malaikat itu berkata kepadanya, “Allah
telah ridha kepadamu.” (Kisah ini diambil dari hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim)
Demikianlah, orang yang buta tersebut telah berhasil menjalani ujian, ia
bersyukur kepada Allah dan mau menyedekahkan rezeki yang Allah berikan, maka
Allah menambahkan lagi nikmat kepadanya dan memberkahinya, sementara orang yang
berkepala botak dan yang berkulit sopak bersikap bakhil (pelit) dan tidak mau
bersyukur kepada Allah, maka Allah mencabut nikmat dari keduanya.
Diriwayatkan, bahwa ada seorang yang pergi kepada salah seorang ulama
dan mengeluhkan keadaan dirinya yang fakir, maka ulama itu berkata, “Sukakah
kamu, jika kamu sebagai orang yang buta namun memiliki 10.000 dirham?” Orang
itu menjawab, “Tidak.” Ulama itu berkata lagi, “Sukakah kamu jika kamu sebagai
orang yang bisu, namun kamu memiliki 10.000 dirham?” Orang itu menjawab,
“Tidak.” Ulama itu berkata lagi, “Sukakah kamu jika kamu sebagai orang yang
gila, namun kamu memiliki 10.000 dirham?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Ulama
itu berkata lagi, “Sukakah kamu jika kamu sebagai orang yang buntung kedua
tangan dan kedua kakimu, namun kamu memiliki 20.000 dirham?” Orang itu
menjawab, “Tidak.” Ulama itu berkata, “Mengapa kamu tidak malu mengeluh kepada
Tuhanmu, sedangkan kamu mendapatkan nikmat di sisi-Nya 50.000 dirham.”
Maka orang itu pun mengetahui betapa besar nikmat yang Allah limpahkan
kepadanya, ia pun senantiasa bersyukur kepada Tuhannya, ridha dengan keadaannya
dan tidak lagi mengeluh kepada seorang pun selama-lamanya,
Apakah syukur itu?
Syukur artinya membalas perbuatan ihsan serta memuji dengan pujian yang
indah kepada yang membawakan kebaikan dan berbuat ihsan kepadanya.
Syukur para nabi
Syukur adalah akhlak yang melekat pada diri para nabi Allah –semoga
shalawat Allah dan salam terlimpah kepada mereka -. Allah Ta’ala berfirman
tentang Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ
أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (120)
شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (121)
وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ
الصَّالِحِينَ (122) ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (123)
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat
dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah
dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allah),--(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah
telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (Terj. QS. An Nahl: 120-121)
Allah ‘Azza wa Jalla juga menyifati Nabi Nuh
‘alaihis salam bahwa ia adalah seorang yang bersyukur, Dia berfirman,
إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا
شَكُورًا
“Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak
bersyukur.” (Terj. QS. Al
Israa’: 3)
Allah Ta’ala juga berfirman tentang Nabi Sulaiman
‘alaihis salam,
قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ
رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“Ia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanku
untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan
barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha
Kaya lagi Maha Mulia.” (Terj.
QS. An Naml: 40)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri
juga banyak bersyukur kepada Tuhannya, Beliau mengajarkan kepada kita untuk
mengucapkan pada akhir shalat,
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu,
bersyukur kepada-Mu dan memperbaiki ibadah kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i, dan dishahihkan oleh Al
Albani)
Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha menceritakan,
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika melakukan qiyamullail, kedua
kaki Beliau sempat pecah-pecah karena lamanya shalat dan berdirinya, lalu ia berkata
kepadanya, “Mengapa engkau lakukan ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah
mengampuni dosa-dosamu yang dahulu dan yang akan datang?” Maka Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam menjawab dengan mengatakan, “Tidak pantaskah aku menjadi
hamba yang banyak bersyukur.” (Muttafaq ‘alaih)
Macam-macam syukur
1.
Syukur kepada Allah.
Seorang muslim bersyukur kepada Rabbnya atas nikmat-nikmat-Nya yang banyak yang telah
Dia limpahkan kepadanya, dan tidak ada yang mengingkari nikmat-nikmat Allah
selain orang yang ingkar. Allah Ta’ala berfirman,
فَاذْكُرُونِي
أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.” (Terj. QS. Al Baqarah: 152)
Nikmat Allah kepada manusia tidak terhitung dan
tidak terhingga. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ
اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan
jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup
menghitungnya.” (Terj. QS. Ibrahim: 34)
Allah Ta’ala juga berfirman,
قُلْ هُوَ الَّذِي
أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا
مَا تَشْكُرُونَ
“Katakanlah, "Dia-lah yang menciptakan kamu dan
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (tetapi) sangat sedikit
kamu bersyukur.” (Terj. QS. Al Mulk: 23)
Bersyukur kepada Allah terlaksana dengan mengakui
nikmat-nimat-Nya, memuji-Nya, menyebutnya, menunjukkannya, dan menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ
رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu
siarkan.” (Adh Dhuha: 11)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ
عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya
Allah ridha dengan seorang hamba yang sekali makan, ia memuji Allah atau sekali
minum, lalu ia memuji
Allah.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga
bersabda,
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ
يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ
“Sesungguhnya Allah senang melihat bekas nikmat-Nya
pada hamba-Nya.” (HR. Tirmidzi dan Hakim, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami’ no. 1887)
Umar bin Abdul ‘Aziz berkata, “Sebutlah
nikmat-nikmat itu, karena menyebutnya merupakan sikap syukur.”
Demikian pula ridha dengan taqdir Allah termasuk
syukur. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ قَبَضْتُمْ
وَلَدَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ نَعَمْ فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ فَيَقُولُونَ
نَعَمْ فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِي فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ فَيَقُولُ
اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ
“Apabila anak seorang hamba meninggal, maka Allah
berfirman kepada para malaikat-Nya, “Apakah kamu telah mencabut nyawa anak
hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Ya.” Allah berfirman, “Apakah kamu mencabut buah
hatinya?” Mereka menjawab, “Ya.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan
hamba-Ku?” Merekamenjawab, ”Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’ (Innaa
lillahi wa innaa ilaihi raaji’un), “ maka Allah berfirman, “Bangunkanlah untuk
hamba-Ku rumah di surga dan namailah Baitul hamdi (rumah pujian).” (HR.
Tirmidzi dan Ahmad, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah
(1408)).
Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam juga mengajarkan kepada kita untuk bersujud kepada Allah dengan sujud
syukur ketika kita memperoleh sesuatu yang yang menyenangkan atau ketika Allah
melindungi kita dari musibah.
2.
Bersyukur kepada kedua orang tua
Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk bersyukur
kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada mereka berdua, Dia berfirman,
أَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Terj. QS. Luqman: 14)
Seorang muslim bersyukur kepada kedua orang tuanya dengan menaati
keduanya, berbakti kepada keduanya, berkata lembut, berbuat baik, berusaha mencari keridhaan keduanya, dan tidak membuat keduanya marah.
3.
Bersyukur kepada manusia
Seorang muslim menghargai perbuatan baik manusia dan mengetahui hak-hak mereka, ia pun berterima
kasih kepada mereka karena kebaikan yang mereka berikan kepadanya. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ
لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidaklah bersyukur kepada Allah orang yang
tidak bersyukur kepada manusia.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Hibban,
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7719)
Dan manusia yang berhak engkau berikan sikap syukur
pula adalah pendidikmu karena ia memiliki jasa terhadapmu, dan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam sendiri mendorong kita untuk menyampaikan ungkapan syukur
kepada orang yang telah memberikan sesuatu yang baik kepada kita, sehingga kita
ucapkan kepadanya, “Jazaakallahu khairaa” (artinya: semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ اللَّهُ
خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ
“Barang siapa yang telah
diberikan kebaikan, lalu ia berkata kepada orang yang memberikan itu, “Jazaakallahu
khairaa” maka sesungguhnya ia telah benar-benar memuji.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i, dishahihkan oleh Syaikh
Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6368)
Keutamaan sikap syukur
Apabila seorang muslim menghiasi dirinya dengan
akhlak syukur dan memuji Tuhannya, maka sesungguhnya hal itu akan menjadikannya mendapatkan tambahan nikmat Allah di dunia,
memperoleh keridhaan-Nya, dan
surga-Nya serta aman dari azab-Nya di akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Sungguh, jika kamu
bersyukur, maka akan Aku tambahkan (nikmat-Ku) kepadamu.” (Terj. QS. Ibrahim:
7)
Al Hasan berkata, “Setiap kali kamu mensyukuri
nikmat, maka ada nikmat baru untukmu yang lebih besar lagi karena syukur itu.”
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': http://islam.aljayyash.net/,
Maktabah Syamilah versi 3.45, Modul Akhlak kelas 8 (Penulis), dll.
0 komentar:
Posting Komentar