بسم
الله الرحمن الرحيم
Taushiyah Harian Ramadhan (8)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut Taushiyah
Harian Ramadhan yang coba kami sampaikan melalui beberapa Media Sosial
seperti Kakao Talk, WA, BBM, Facebook, dsb. Semoga Allah menjadikan taushiyah
ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Di antara materi
ini, ada yang kami beri warna berbeda untuk dishare di media sosial agar tidak
terlalu panjang.
Hari
ke-27 : Taubat
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَتُوبُواْ إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهاَ الْمُؤْمِنُونَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
يأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُواْ إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً
نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَـاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّـاتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَـارُ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai." (QS. At Tahrim: 8)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«يَا
أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللهِ، فَإِنِّي أَتُوبُ، فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ
مِائَةَ، مَرَّةٍ»
“Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, karena aku bertaubat
kepada-Nya dalam sehari 100 kali.” (HR. Muslim)
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ أَحَدِكُمْ، مِنْ أَحَدِكُمْ
بِضَالَّتِهِ، إِذَا وَجَدَهَا
“Allah lebih
senang dengan taubatnya salah seorang di antara kalian daripada senangnya
kalian menemukan kembali hewan kendaraannya yang telah hilang (ketika
safar).”(HR. Muslim)
Kenapa
kita harus segera bertaubat dari maksiat?
Ahli Ilmu
berkata,
إِنَّ الْمَعَاصِيَ بَرِيْدُ الْكُفْرِ يَنْتَقِلُ الْإِنْسَانُ فِيْهَا
مَرْحَلَةً مَرْحَلَةً حَتَّى يَزِيْغَ عَنْ دِيْنِهِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya
maksiat-maksiat merupakan pengantar ke arah kekufuran, dimana seseorang mendekati
(kekufuran itu) setahap-demi setahap sehingga ia melenceng dari agama secara
keseluruhan.”
Syarat-syarat taubat
nashuha:
1.
Dilakukan karena Allah Azza wa Jalla; yakni pendorongnya untuk
bertaubat adalah cinta kepada Allah, mengagungkan-Nya, mengharap pahala-Nya,
dan takut terhadap siksa-Nya.
2.
Menyesali perbuatan dosa yang dilakukannya.
3.
Berhenti dari melakukan perbuatan dosa itu segera. Jika dosanya
berupa mengerjakan yang haram, maka dengan meninggalkannya pada saat itu, dan
jika berupa meninggalkan kewajiban, maka dengan melakukannya pada saat itu.
Jika
maksiatnya terkait dengan hak orang lain, maka tidak sah taubatnya sampai ia
lepas dari hak orang lain itu.
Misalnya,
jika ia mengambil harta orang lain, maka tidak sah taubatnya sampai
mengembalikan harta itu kepada pemiliknya jika masih hidup atau Ahli warisnya,
jika pemiliknya telah tiada. Jika tidak ada Ahli waris, maka dia serahkan
kepada Baitul Mal. Dan jika ia tidak mengetahui siap pemiliknya, maka ia
sedekahkan.
Jika
maksiatnya berupa mengghibahi seorang muslim, maka ia meminta dihalalkan
(dimaafkan) jika orang itu mengetahui ghibahnya, atau khawatir diketahui. Jika
tidak, maka dengan memohonkan ampunan kepada Allah untuknya dan memujinya
dengan menyebutkan sifat-sifatnya yang terpuji di majlis tempat ia
mengghibahinya.
4.
Berniat keras untuk tidak mengulanginya lagi.
5.
Bukan pada waktu yang tidak
diterima lagi taubat. Yaitu: (a) ketika matahari telah terbit dari barat, (2)
ketika tiba ajal.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa salllam bersabda,
مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، تَابَ
اللهُ عَلَيْهِ
“Barang siapa
yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnya.”
(HR. Muslim dari Abu Hurairah)
إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguhnya
Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum di tenggorokan.” (HR.
Ahmad dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan.”)
Jika semua syarat
taubat ini dilakukan, maka taubatnya diterima meskipun dosanya besar. Allah
Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ يعِبَادِىَ الَّذِينَ أَسْرَفُواْ عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَ
تَقْنَطُواْ مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah,
"Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri!
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Hari
ke-28 : Sifat Neraka dan Penghuninya
Allah Subhaanahu
wa Ta’ala berfirman,
يأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ قُواْ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ
لاَّ يَعْصُونَ اللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
فَالَّذِينَ كَفَرُواْ قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِّن نَّارِ يُصَبُّ
مِن فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ * يُصْهَرُ بِهِ مَا فِى بُطُونِهِمْ
وَالْجُلُودُ * وَلَهُمْ مَّقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ * كُلَّمَآ أَرَادُواْ أَن
يَخْرُجُواْ مِنْهَا مِنْ غَمٍّ أُعِيدُواْ فِيهَا وَذُوقُواْ عَذَابَ الْحَرِيقِ
“Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka
pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas
kepala mereka.--Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam
perut mereka dan juga kulit (mereka).--Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari
besi.--Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan
mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan),
"Rasakanlah azab yang membakar ini.” (QS. Al Hajj: 19-22)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِـَايَـاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً
كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَـاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ
الْعَذَابَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka
ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka
dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. An Nisaa’: 56)
وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُّقَرَّنِينَ فِى الْأَصْفَادِ *
سَرَابِيلُهُم مِّن قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمْ النَّارُ
“Dan
kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama
dengan belenggu.--Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka
ditutup oleh api neraka,” (QS. Ibrahim:
49-50)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، قَالَ: «نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِي يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ
سَبْعِينَ جُزْءًا، مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ» قَالُوا: وَاللهِ إِنْ كَانَتْ
لَكَافِيَةً، يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «فَإِنَّهَا فُضِّلَتْ عَلَيْهَا
بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا، كُلُّهَا مِثْلُ حَرِّهَا»
Dari Abu
Hurairah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Api kalian yang
dinyalakan anak Adam ini adalah satu dari tujuh puluh bagian panasnya neraka
Jahannam.” Para sahabat berkata, “Demi Allah, bagian itu saja sudah cukup wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya api neraka Jahannam dilebihkan
panasnya dengan 69 bagian, dimana masing-masing bagian sama panasnya.” (HR.
Muslim)
Utbah bin Ghazwan
radhiyallahu ‘anhu pernah berkata dalam khutbahnya, “Telah disebutkan kepada
kami, bahwa sebuah batu dijatuhkan dari tepi neraka Jahannam, lalu jatuh ke
dalamnya selama tujuh puluh tahun, namun belum mencapai dasarnya juga. Demi
Allah, sesungguhnya neraka akan menjadi penuh. Apakah kalian heran?”
عَنِ النُّعْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ
لَرَجُلٌ، تُوضَعُ فِي أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَةٌ، يَغْلِي مِنْهَا دِمَاغُهُ»
Dari Nu’man
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan azabnya pada
hari Kiamat adalah orang yang di bawah kedua kakinya diletakkan bara api, lalu
otaknya mendidih karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam Shahih
Bukhari dan Muslim disebutkan, bahwa pada hari Kiamat akan dikatakan
kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, “Apa yang kalian inginkan?” Mereka
menjawab, “Kami haus wahai Tuhan kami, maka berilah kami minum.” Lalu
ditunjukkanlah kepada mereka neraka Jahannam seakan-akan ia seperti
fatamorgana; dimana sebagiannya mematahkan yang lain sambil dikatakan,
“Tidakkah kalian mendatanginya (bayang-bayang seperti air)?” Maka mereka pun
berjatuhan ke neraka.
Al Hasan
berkata, “Bagaimana menurutmu tentang orang-orang yang terus berdiri selama
50.000 tahun tidak makan dan tidak minum sedikit pun, sehingga leher-leher
mereka terasa putus karena kehausan dan perut mereka terbakar rasa lapar, lalu
mereka malah digiring ke neraka dan diberikan minuman dari mata air yang sangat panas, yang
panasnya telah mencapai puncaknya dan matang pula?”
Dalam Shahih
Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ، إِنَّ عَلَى اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ عَهْدًا لِمَنْ يَشْرَبُ الْمُسْكِرَ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ
الْخَبَالِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ؟ قَالَ:
«عَرَقُ أَهْلِ النَّارِ» أَوْ «عُصَارَةُ أَهْلِ النَّارِ»
“Setiap yang
memabukkan adalah haram. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berjanji untuk orang
yang meminum sesuatu yang membabukkan, bahwa Dia akan memberikan minuman Thinatul
khabal kepadanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu Thinatul
khabal?” Beliau menjawab, “Keringat penghuni neraka, atau “Cairan yang
keluar dari tubuh penghuni neraka.”
Ibnul Jauziy rahimahullah berkata tentang neraka, “Ia adalah
tempat yang penghuninya mendapatkan kutukan, dicegah dari kenikmatan dan
kebahagiaan, dan jernihnya wajah mereka digantikan oleh warna hitam. Mereka
dipukul dengan cambuk yang lebih kuat daripada gunung. Di atasnya ada para
malaikat yang keras dan kasar. Engkau melihat penghuninya menikmati air yang
mendidih, lalu dilempar ke tempat yang sangat dingin. Kesedihan mereka terus
berlanjut; tidak pernah bergembira, dan mereka tinggal di sana tidak berpindah
darinya selama-lamanya, sementara di atasnya ada para malaikat yang kasar dan
keras. Penghuninya menangis karena menyia-nyiakan masa muda. Setiap kali
tangisan semakin menjadi, maka siksaan pun semakin bertambah, di atasnya ada
para malaikat yang kasar dan keras. Duhai menyesal sekali mereka karena Allah
telah murka. Duhai berat sekali cobaan itu karena besarnya penderitaan. Duhai
malu sekali mereka karena diketahui cacatnya di hadapan semua makhluk; bahkan
di hadapan para saksi. Mana usaha mereka mencari dunia? Kebaikan apa yang
mereka peroleh ketika tercebur dalam dosa-dosa, sepertinya itu semua mimpi yang
kacau, lalu tubuh-tubuh mereka dibakar. Setelah hangus diulang kembali, dan di
atasnya ada para malaikat yang kasar dan keras.”
Ketahuilah wahai saudaraku! Sebab-sebab yang memasukkan ke dalam
neraka telah Allah sebutkan dalam kitab-Nya dan telah Rasul shallallahu ‘alaihi
wa sallam sebutkan dalam As Sunnah agar manusia waspada dan menjauhinya.
Sebab-sebab itu adalah kufur dan kefasikan (kemaksiatan). Allah Subhaanahu wa
Ta’ala berfirman,
وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ
“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
Sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam.” (QS. Al Jin: 23)
Durhaka di sini mencakup kufur dan fasik.
Kekufuran atau kekafiran menyebabkan seseorang kekal di neraka,
sedangkan kemaksiatan atau kefasikan menyebabkan kehilangan sebutan adil dalam
dirinya dan berhak masuk neraka namun tidak kekal di sana.
Contoh kufur adalah: [1] syirk kepada Allah (lihat QS. Al Ma’idah:
72), [2] kufur kepada hal-hal yang wajib diimani (lihat QS. An Nisaa’:
150-151), [3] mengingkari kewajiban agama seperti kewajiban rukun Islam yang
lima, [4] mengolok-olok Allah, agama-Nya, dan Rasul-Nya (lihat QS. At Taubah:
64-65), memaki Allah, agama-Nya, dan Rasul-Nya, [5] berhukum dengan selain
Allah dengan meyakini bahwa hukum itu lebih baik daripada hukum-Nya (lihat QS.
Al Maidah: 44), dan [6] kemunafikan dalam akidah (lihat QS. An Nisaa’: 145].
Tanda-tanda
kemunafikan adalah ragu-ragu terhadap kebenaran Al Qur’an (lihat QS. At Taubah:
45), benci terhadap hukum Allah (lihat QS. An Nisaa’: 60-61), tidak suka jika
Islam dan kaum muslimin menjadi tegak dan menang (lihat QS. Ali Imran: 120),
berusaha memecah-belah kesatuan kaum muslim (lihat QS. At Taubah: 47),
mencintai musuh-musuh Islam dan tokoh-tokoh kekafiran, memuji mereka dan
menyebarkan pemikiran mereka (lihat QS. Al Mujadilah: 14), mencela kaum mukmin
karena beribadah kepada Allah (lihat QS. At Taubah: 79), sombong terhadap doa
kaum mukmin (lihat QS. Al Munafiqun: 5), berat menjalankan shalat dan malas
melaksanakannya (lihat QS. An Nisaa’: 142), menyakiti Allah dan Rasul-Nya (lihat
QS. At Taubah: 61 dan Al Ahzab: 57-58).
Bersambung...
Marwan bin Musa
Maraji': Al Maktabatusy
Syamilah versi 3.45, Majalis Syahri Ramadhan (Syaikh Ibnu Utsaimin, attasmeem.com),
Ahkaam Qiyamil Lail (Syaikh Sulaiman Al Ulwan), Bughyatul Mutathawwi’
(M. Bin Umar Bazmul), Modul Fiqh kelas 7 (Penulis), Haalus Salaf
Ma’al Qur’an fii Ramadhaan (Dr. Ahmad Arafah, www.saaid.net), Shifat
Shaumin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Salim bin Ied Al Hilaliy dan
Ali Hasan Al Halabiy), Mausu’ah Haditsiyyah Mushagharah (Markaz Nurul
Islam Li Abhatsil Qur’an was Sunnah), ‘Aunul Ma’bud (Muhammad Asyraf Al
‘Azhim Abadiy), Latha’iful Ma’arif fimaa Limawasimil ‘Aaam minal Wazhaa’if (Ibnu
Rajab Al Hanbali), Bulughul Maram min Adillatil Ahkaam (Ibnu Hajar Al
‘Asqalani), Al Fiqhul Muyassar Fii Dhau’il Kitab was Sunnah (Tim Ahli
Fiqh, KSA), dll.
0 komentar:
Posting Komentar