بسم
الله الرحمن الرحيم
Taushiyah Harian Ramadhan (2)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut Taushiyah
Harian Ramadhan yang coba kami sampaikan melalui beberapa Media Sosial
seperti Kakao Talk, WA, BBM, Facebook, dsb. Semoga Allah menjadikan taushiyah
ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Di antara materi
ini, ada yang kami beri warna berbeda untuk dishare di media sosial agar tidak
terlalu panjang.
Hari
ke-6 : Motivasi Qiyam Ramadhan
Kisah Kaum Salaf
Dari As Sirri rahimahullah ia berkata, “Aku
pernah masuk ke pasar penjualan budak. Kulihat ada seorang budak wanita yang diumumkan
“bersih dari cacat,” maka aku membelinya dengan harga 10 dinar. Ketika
aku membawanya ke rumah, lalu aku tawarkan makanan kepadanya, maka ia berkata,
“Saya sedang berpuasa.” As Sirriy berkata, “Maka aku keluar. Ketika tiba waktu
Isya, maka aku bawakan makanan, namun ia makan hanya sedikit saja. Lalu kami lakukan
shalat Isya, kemudian ia datang kepadaku, “Wahai tuanku, adakah yang perlu
kubantu?” Aku (As Sirriy) menjawab, “Tidak ada.” Budak itu berkata, “Biarkan
aku bersama Rabbku Yang Maha Agung (beribadah kepada-Nya).” Aku berkata,
“Silahkan!” Ia pun pergi ke kamar dan shalat di sana, sedangkan aku tidur.
Ketika sepertiga malam berlalu, ia mengetuk pintu kamarku, lalu aku katakan
kepadanya, “Apa yang engkau inginkan?” Budakku menjawab, “Wahai tuan, apakah
engkau tidak memanfaatkan sesuatu di waktu malam?” Aku menjawab, “Tidak.” Maka
ia kembali lagi, dan ketika berlalu separuh malam, ia mengetuk pintuku dan
berkata, “Orang-orang yang bertahajjud bangun melakukan wirid mereka, dan
orang-orang saleh bersegera mengambil bagian mereka.” Aku menjawab, “Wahai
budak, aku di malam hari seperti balok (bangkai), dan di siang hari terlalu
banyak bekerja.” Saat sepertiga malam terakhir masih tersisa, maka ia
mengetuk dengan keras pintu kamarku dan
berkata, “Tidakkah rasa rindu bermunajat dengan Al Malik (Allah) membuatmu
bangun? Siapkanlah amalan untuk dirimu dan ambillah posisimu, karena engkau
telah didahului oleh para pembantu.” As Sirriy berkata, “Ucapannya
membuatku sadar, lalu aku bangun menyempurnakan wudhu dan melakukan shalat
beberapa rakaat. Lalu aku hendak memperhatikan budakku di malam hari, ternyata
kudapati dalam keadaan sujud sambil berkata dalam sujudnya, “Wahai Tuhanku,
karena cinta-Mu kepadaku, maka ampunilah aku.” Lalu aku berkata kepadanya,
“Wahai budak, darimana kamu tahu, bahwa Dia mencintaimu?” Ia menjawab, “Kalau
bukan karena cinta-Nya kepadaku, tentu Dia tidak akan membangunkanku dan
membuatmu tidur.” Aku pun berkata, “Pergilah! Engkau telah merdeka karena
kuberharap wajah Allah Yang Maha Agung.” Maka wanita ini berdoa, lalu keluar
sambil berkata, “Ini adalah kebebasan yang kecil, dan masih menunggu kebebasan
yang besar (bebas dari neraka).”
Syaikh Ibnu Utsaimin
berkata, “Jika engkau melihat dirimu ditimpa rasa malas menjalankan ketaatan,
maka berhati-hatilah karena boleh jadi Allah tidak suka kamu taat kepada-Nya.”
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ أَرَادُواْ الْخُرُوجَ لأَعَدُّواْ لَهُ عُدَّةً وَلَـكِن
كَرِهَ اللّهُ انبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُواْ مَعَ الْقَاعِدِينَ
“Dan jika mereka mau
berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi
Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan
keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka, "Tinggallah kamu
bersama orang-orang yang tinggal itu." (QS. At Taubah: 46)
Hari
ke-7 : Beberapa Kekeliruan Yang Terjadi di Bulan Ramadhan
Bismillahirrahmanirrahim
Berikut ini beberapa kekeliruan yang terjadi di bulan Ramadhan:
1.
Menyambut bulan Ramadhan dengan menyalakan mercon (petasan)
2.
Tidak makan sahur
3.
Meninggalkan berdoa di waktu sahur (menjelang Subuh)
4.
Berpuasa pada hari yang masih meragukan.
5.
Tidak membiasakan anak berpuasa
6.
Membelikan mercon (petasan) kepada anak-anak, atau memainkan
mercon.
7.
Meninggalkan shalat Berjamaah
8.
Tidak memanfaatkan siang bulan Ramadhan dengan membaca Al
Qur’an dan berdoa
9.
Enggan bersedekah
10. Masih tetap bermaksiat di bulan
Ramadhan, seperti meninggalkan shalat dan melepas jilbab bagi wanita. Ini
adalah dosa yang sangat besar.
11. Wanita hadir ke masjid dalam keadaan
membuka auratnya dan memakai wewangian. Ini juga kemaksiatan yang besar.
12. Sibuk menonton film dan sinetron
13. Menunda berbuka
14. Jalan-jalan di waktu sore (ngabuburit)
untuk cuci mata, dalam arti melepaskan pandangan secara bebas, baik kepada yang
halal dilihat maupun yang haram dilihat.
15. Sibuk membagi-bagikan ta’jil sampai
tidak mendapatkan rakaat pertama shalat Maghrib.
16. Meninggalkan shalat sunah rawatib
17. Berlebihan dalam mengkonsumi makanan
dan minuman
18. Menyia-nyiakan waktu antara Maghrib dan
Isya
19. Meninggalkan Shalat Tarawih
20. Tidak memanfaatkan sepuluh malam
terakhir dan malam Lailatul Qadr
21. Sibuk dengan media sosial, namun untuk
membaca Al Qur’anul Karim waktunya hanya sedikit.
22. Tidak menundukkan pandangan.
23. Tidak menjaga lisan.
Wallahu a’lam.
Hari
ke-8 : Keutamaan Membaca Al Qur’an dan Beberapa Bentuk Membacanya
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَـابَ اللَّهِ وَأَقَامُواْ الصَّلَوةَ
وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقْنَـاهُمْ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً يَرْجُونَ تِجَـارَةً
لَّن تَبُورَ * لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّهُ
غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,--Agar Allah menyempurnakan
kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30)
Syaikh Ibnu 'Utsaimin menjelaskan bahwa
membaca kitab Allah ada dua macam:
Pertama,
membaca hukmiyyah, yakni membenarkan berita-berita yang ada dan melaksanakan hukum-hukumnya
dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Kedua,
membaca lafzhiyyah, yakni membaca lafaznya. Telah datang nas-nas yang cukup
banyak menerangkan tentang keutamaannya, baik membaca secara umum isi Al
Qur'an, surat
tertentu, maupun ayat tertentu (Majaalis Syahri Ramadhan, Majlis ke-5).
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia
akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan
dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu
satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR.
Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani)
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah pernah
ditanya, “Apakah cukup dengan melihat mushaf tanpa menggerakkan dua bibir
seseorang mendapat pahala (membaca Al Qur’an)?” Ia menjawab, “Orang tersebut
tidak dianggap membaca, dan tidak mendapatkan keutamaan membaca Al Qur’an sampai
ia melafazkannya.”
Kaum Salaf di bulan Ramadhan
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan memperpanjang bacaan dalam Qiyam(shalat
malam)nya. Suatu ketika Hudzaifah radhiyallahu anhu pernah shalat bersama
Beliau pada bulan Ramadhan. Ketika itu, Beliau membaca surat Al Baqarah, lalu
dilanjutkan surat An Nisa, kemudian surat Ali Imran. Beliau tidaklah melewati
ayat yang isinya ancaman melainkan Beliau berhenti dan memohon kepada Allah
(agar dilindungi darinya)...dst.” (HR. Muslim)
Az Zuhri ketika
memasuki bulan Ramadhan berkata, “Sesungguhnya bulan ini adalah bulan membaca
Al Qur’an dan memberi makan orang lain.”
Ibnu Abdil Hakam
berkata, “Imam Malik ketika memasuki bulan Ramadhan meninggalkan membaca hadits
dan duduk-duduk bersama Ahli Ilmu, lalu fokus membaca Al Qur’an melalui
mushaf.”
Abdurrazzaq
berkata, “Sufyan Ats Tasuriy ketika memasuki bulan Ramadhan meninggalkan semua
ibadah dan fokus membaca Al Qur’an.”
Aisyah
radhiyallahu ‘anha membaca Al Qur’an di mushaf pada awal siang (Subuh) di bulan
Ramadhan, ketika matahari terbit barulah ia tidur.
Sufyan berkata,
“Zubaid Al Yami ketika tiba bulan Ramadhan membawakan mushaf dan mengumpulkan
kawan-kawannya untuk membacanya.” (Latha’iful Ma’arif hal. 246)
Imam Nawawi
dalam At Tibyan membuat pasal khusus tentang keadaan kaum salaf terhadap
Al Qur’an, ia berkata, “Hendaknya seseorang menjaga bacaan dan memperbanyak
membacanya. Kaum salaf radhiyallahu ‘anhum memiliki kebiasaan yang berbeda-beda
dalam mengkhatamkan Al Qur’an. Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari sebagian kaum
salaf, bahwa di antara mereka ada yang menghatamkan dua bulan sekali, ada yang
sebulan sekali, ada yang sepuluh hari sekali, ada yang delapan hari sekali, dan
banyak yang sepekan sekali. Ada pula yang enam hari sekali, lima hari sekali, empat
hari sekali, dan banyak pula yang tiga hari sekali. Ada pula yang dua hari
sekali, dan ada pula yang sehari-semalam sekali khatam. Ada pula yang
mengkhatamkan sehari-semalam dua kali khatam. Ada yang mengkhatamkan sampai
tiga kali dalam sehari-semalam, bahkan ada yang mengkhatamkan sehari-semalam
delapan kali, yakni empat kali di malam hari, dan empat kali di siang hari.
Mereka yang mengkhatamkan sehari-semalam sekali adalah Utsman bin Affan
radhiyallahu ‘anhu, Tamim Ad Dariy, Sa’id bin Jubair, Mujahid, Syafi’i, dan
lainnya. Mereka yang mengkhatamkan tiga kali sehari adalah Salim bin Umar hakim
Mesir pada masa pemerintahan Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu. Abu Bakar bin Abi
Dawud meriwayatkan bahwa Ia (Salim) mengkhatamkan dalam semalaman empat kali
khatam. Abu Umar Al Kindiy meriwayatkan dalam kitabnya tentang para hakim
Mesir, bahwa ia (Salim) mengkhatamkan dalam semalaman empat kali khatam.”
Syaikh Shalih
Abu Abdurrahman As Sulamiy berkata, “Aku mendengar Abu Utsman Al Maghribi
berkata, “Ibnu Katib mengkhatamkan di siang hari empat kali, sedangkan di malam
hari empat kali. Demikian berita yang sampai kepada kami tentang pengkhataman
Al Qur’an yang paling banyak dalam sehari-semalam.”
Al Aswad bin
Yazid mengkhatamkanAl Qur’an setiap dua hari di bulan Ramadhan.
Ibrahim An
Nakha’i mengkhatamkan setiap dua hari pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan,
sedangkan hari-hari lainnya di bulan Ramadhan setiap tiga hari sekali.
Qatadah
mengkhatamkan Al Qur’an sepekan sekali, dan pada bulan Ramadhan setiap tiga
hari, sedangkan pada sepuluh terakhir setiap hari khatam.
Imam Syafi’i
mengkhatamkan sebanyak 60 kali di bulan Ramadhan di luar shalat. Demikian pula
Imam Abu Hanifah.
Muhammad bin
Mus’ir berkata, “Ubay biasanya tidak tidur hingga selesai membaca separuh Al
Qur’an.”
Ibnu Wahb
berkata, “Ditanyakan kepada saudari Imam Malik tentang kegiatan beliau di
rumahnya, maka saudarinya menjawab, “Bersama mushaf dan membacanya.”
Amr bin Ali
berkata, “Yahya bin Sa’id Al Qaththan biasa mengkhatamkan Al Qur’an
sehari-semalam, mendoakan kebaikan untuk seribu orang, lalu keluar ba’da Ashar
berbicara kepada manusia.”
Al Baghawiy
berkata, “Aku mendapat berita dari kakekku Ahmad bin Mani’ rahimahullah, ia
berkata, “Selama kurang lebih 40 tahun aku mengkhatamkan Al Qur’an dalam waktu
tiga hari.”
Sulaiman bin
Yasar rahimahullah berkata, “Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu pernah shalat
setelah Isya, lalu membaca seluruh Al Qur’an dalam satu rakaat tanpa melakukan
shalat dulu sebelumnya dan melakukan shalat lagi setelahnya.”
Imam Ibnu Rajab
menjelaskan, bahwa larangan mengkhatamkan kurang dari tiga hari itu hanyalah
tertuju bagi mereka yang merutinkannya. Adapun pada waktu-waktu utama seperti
bulan Ramadhan, khususnya pada malam-malam yang diharapkan bertepatan pada
malam Lailatul Qadr atau di tempat-tempat utama seperti Mekkah bagi orang yang
mendatanginya bukan termasuk penduduknya, maka dianjurkan untuk memperbanyak
membaca Al Qur’an sebagai bentuk pemanfaatan waktu dan tempat (utama).
Demikianlah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan para imam lainnya, dan seperti
itulah yang ditunjukkan oleh amalan yang lain sebagaimana telah disebutkan.
Bersambung...
Marwan bin Musa
Maraji': Al Maktabatusy
Syamilah versi 3.45, Majalis Syahri Ramadhan (Syaikh Ibnu Utsaimin, attasmeem.com),
Ahkaam Qiyamil Lail (Syaikh Sulaiman Al Ulwan), Bughyatul Mutathawwi’
(M. Bin Umar Bazmul), Modul Fiqh kelas 7 (Penulis), Haalus Salaf
Ma’al Qur’an fii Ramadhaan (Dr. Ahmad Arafah, www.saaid.net
), dll.
0 komentar:
Posting Komentar