Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad (3)

بسم الله الرحمن الرحيم
Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (3)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan risalah mengenal lebih dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah menjadikan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Tangis Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dan pengagungannya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اقْرَأْ عَلَيَّ» قَالَ: قُلْتُ: أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ: «إِنِّي أَشْتَهِي أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي» قَالَ: فَقَرَأْتُ النِّسَاءَ حَتَّى إِذَا بَلَغْتُ: {فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ، وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيدًا} [النساء: 41] قَالَ لِي: «كُفَّ - أَوْ أَمْسِكْ -» فَرَأَيْتُ عَيْنَيْهِ تَذْرِفَانِ
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda (kepadaku), “Bacakanlah kepadaku Al Qur’an,” aku pun berkata, “Pantaskah aku membacakan kepada engkau Al Qur’an, padahal ia diturunkan kepadamu?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari orang lain”, aku kemudian membacakan kepada Beliau surat An-Nissa’, hingga ketika sampai pada ayat ini, “Maka bagaimanakah, apabila kami mendatangkan seorang saksi dari setiap umat dan kami datangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka (umatmu).” (QS. An-Nissa : 41)”. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda kepadaku, “Cukup sudah”, lalu aku melihat Beliau ternyata matanya berlinangan air mata. (HR. Bukhari dan Muslim)
عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصَلِّي وَلِجَوْفِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الْمِرْجَلِ يَعْنِي يَبْكِي
Dari Mutharrif dari bapaknya, ia berkata, ”Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang ketika itu Beliau sedang shalat, terdengar dari dada Beliau suara gelegak seperti gelegaknya periuk.” Maksudnya Beliau menangis.” (shahih, HR. An Nasa’i)
Pengaduan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Allah Ta’ala terutama di saat kritis
قَالَ عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابِ لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلًا فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ وَقَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ كَفَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ ) فَأَمَدَّهُ اللَّهُ بِالْمَلَائِكَةِ -قَالَ أَبُو زُمَيْلٍ فَحَدَّثَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ يَوْمَئِذٍ يَشْتَدُّ فِي أَثَرِ رَجُلٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ أَمَامَهُ إِذْ سَمِعَ ضَرْبَةً بِالسَّوْطِ فَوْقَهُ وَصَوْتَ الْفَارِسِ يَقُولُ أَقْدِمْ حَيْزُومُ فَنَظَرَ إِلَى الْمُشْرِكِ أَمَامَهُ فَخَرَّ مُسْتَلْقِيًا فَنَظَرَ إِلَيْهِ فَإِذَا هُوَ قَدْ خُطِمَ أَنْفُهُ وَشُقَّ وَجْهُهُ كَضَرْبَةِ السَّوْطِ فَاخْضَرَّ ذَلِكَ أَجْمَعُ فَجَاءَ الْأَنْصَارِيُّ فَحَدَّثَ بِذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ صَدَقْتَ ذَلِكَ مِنْ مَدَدِ السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَقَتَلُوا يَوْمَئِذٍ سَبْعِينَ وَأَسَرُوا سَبْعِينَ *
Umar bin Khattab berkata, “Ketika terjadi perang badar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memperhatikan jumlah kaum musyrikin sebanyak seribu orang, sedangkan para sahabat Beliau hanya berjumlah tiga ratus sembilan belas orang, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap ke kiblat mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Ya Allah berikanlah janji-Mu kepadaku, Ya Allah berikanlah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, jika Engkau binasakan segolongan kaum muslimin ini, Engkau tidak lagi disembah di bumi.” Beliau pun tetap terus berdoa kepada Tuhannya dengan mengangkat kedua tangan sambil menghadap kiblat sehingga jatuh selendangnya dari kedua pundaknya, maka Abu Bakar pun mendatanginya lalu mengambil selendang itu dan menaruhnya di atas kedua pundak Beliau, lalu memeluknya dari belakang dan berkata, “Wahai Nabi Allah, cukup sudah permintaanmu kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan memenuhi janji-Nya kepadamu”,  lalu Allah menurunkan ayat,
“(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu (seraya berfirman), “Sesungguhnya Aku akan membantumu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”” (Al Anfaal : 09)
Maka Allah menolong Beliau dengan menurunkan para malaikat,” -Abu Zumail (perawi hadits) menceritakan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Ketika salah seorang dari kaum muslimin mengejar kaum musyrikin, tiba-tiba  ia mendengar suara cemeti di atasnya dan suara penunggang kuda “Majulah Haizum (nama kuda malaikat).” Ia pun melihat orang musyrik yang dikejarnya tiba-tiba jatuh langsung telentang (tewas) dengan terluka hidung dan robek mukanya seperti bekas kena cemeti, ketika itu banyak (kaum musyrikin) yang berjatuhan tewas, maka seorang Anshar pun memberitahukan kejadian itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda, “Kamu benar, itu adalah bantuan dari langit yang ketiga”, ketika itu mereka berhasil membunuh tujuh puluh orang kaum musyrikin dan menawan tujuh puluh orang lagi.” (HR. Muslim)
Kesabaran Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
Aisyah pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِيَالِيلَ بْنِ عَبْدِكُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ فَقَالَ ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمُ الْأَخْشَبَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Pernahkah engkau mendapatkan hari yang lebih dahsyat dari hari peperangan Uhud?” Beliau menjawab, “Ya, aku pernah mendapatkannya, yaitu pada hari ‘Aqabah ketika aku berdakwah kepada Ibnu ‘Abdi Yalil bin ‘Abdi Kulaal, ia menolak dakwahku, lalu aku berjalan sambil bersedih, dan tidak sadar kecuali setelah berada di Qarnuts Tsa’aalib, aku angkat kepalaku (ke atas) dan ternyata ada awan yang menaungiku, tampak di sana Jibril, ia pun memanggilku dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar kata-kata kaummu terhadapmu dan penolakan mereka kepadamu, sekarang Dia mengirim kepadamu malaikat gunung agar engkau menyuruhnya sesuai keinginanmu.” Maka malaikat gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku, ia berkata, “Wahai Muhammad, itu terserahmu, jika kamu mau, aku akan menimpakan dua gunung besar kepada mereka,” lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bahkan yang aku inginkan adalah agar Allah keluarkan dari tulang shulbi mereka orang-orang yang beribadah hanya kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pernah ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membagi-bagikan ghanimah (harta rampasan perang), seseorang berkata, “Pembagian ini adalah pembagian yang tidak dilakukan karena mengharap wajah Allah,” mendengar kata-kata itu Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى مُوسَى لَقَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ *
“Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Musa. Sungguh, ia telah disakiti dengan yang lebih parah dari ini,” maka Beliau bersabar.  (HR. Bukhari)
Tawadhu’ (rendah hati) Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ امْرَأَةً كَانَ فِي عَقْلِهَا شَيْءٌ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي إِلَيْكَ حَاجَةً فَقَالَ يَا أُمَّ فُلَانٍ انْظُرِي أَيَّ السِّكَكِ شِئْتِ حَتَّى أَقْضِيَ لَكِ حَاجَتَكِ فَخَلَا مَعَهَا فِي بَعْضِ الطُّرُقِ حَتَّى فَرَغَتْ مِنْ حَاجَتِهَا *
Dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Bahwa ada seorang wanita yang agak kurang akalnya berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya ada perlu denganmu.” Beliau pun bersabda, “Wahai ummu fulan, lihatlah! Mana jalan yang kamu sukai agar aku bisa memenuhi keperluanmu.” maka Beliau pun berjalan bersamanya di antara beberapa jalan sampai wanita itu menyelesaikan keperluannya. (HR. Muslim)
عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي الْبَيْتِ قَالَتْ كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا سَمِعَ الْأَذَانَ خَرَجَ *
Dari Al Aswad bin Yazid ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Aisyah, “Apa yang biasa dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam rumahnya?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau biasa membantu pekerjaan istrinya. Ketika azan tiba, Beliau keluar (untuk shalat).” (HR. Bukhari)
قَالَ أَبُو رِفَاعَةَ انْتَهَيْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ قَالَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَجُلٌ غَرِيبٌ جَاءَ يَسْأَلُ عَنْ دِينِهِ لَا يَدْرِي مَا دِينُهُ قَالَ فَأَقْبَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَرَكَ خُطْبَتَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَيَّ فَأُتِيَ بِكُرْسِيٍّ حَسِبْتُ قَوَائِمَهُ حَدِيدًا قَالَ فَقَعَدَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعَلَ يُعَلِّمُنِي مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ ثُمَّ أَتَى خُطْبَتَهُ فَأَتَمَّ آخِرَهَا *
Abu Rifaa’ah berkata, “Aku datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika Beliau sedang berkhutbah, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, ada laki-laki asing datang hendak menanyakan tentang agamanya, ia tidak tahu apa agamanya?” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepadaku dan meninggalkan khutbahnya. Ketika sampai kepadaku Beliau siapkan kursi yang kaki-kakinya sepertinya terbuat dari besi. Abu Rifaa’ah melanjutkan, “Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di atasnya dan mengajarkan aku sebagian yang telah diajarkan Allah kepadanya, setelah itu Beliau datang lagi untuk berkhutbah dan melanjutkan khutbahnya.” (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi, kecuali Nabi itu mengembala kambing.” Para sahabat pun bertanya, “Bagaimana denganmu?” Beliau menjawab, “Ya (aku juga), aku gembalakan kambing milik penduduk Makkah dengan upah beberapa qirat.” (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ دُعِيتُ إِلَى ذِرَاعٍ أَوْ كُرَاعٍ لَأَجَبْتُ وَلَوْ أُهْدِيَ إِلَيَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ *
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Beliau berkata, “Kalau aku diundang makan kaki hewan atau betisnya tentu aku datangi, dan kalau aku kaki dihadiahkan kaki hewan atau betisnya tentu aku terima.” (HR. Bukhari)
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ مَا كَانَ شَخْصٌ اَحَبُّ اِلَيْهِمْ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانُوْا اِذَا رَأَوْهُ لَمْ يَقُوْمُوْا لَهُ لِمَا يَعْلَمُوْنَ مِنْ كَرَاهِيَتِهِ لِذَالِكَ
Dari Anas bin Malik ia berkata, “Tidak ada seorang pun yang paling dicintai para sahabat daripada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun mereka apabila melihat kedatangan Beliau, mereka tidak berdiri, karena mereka tahu bahwa Beliau tidak suka hal itu.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi dengan sanad shahih).
Bersambung...
Wa shallallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah, Al Ushul Ats Tsalatsah (Muhammad bin Abdul Wahhab), Nubadz min akhlaaqin Nabi (Abdul Hamid As Suhaibani), Quthuuf minasy Syamaa’ilil Muhammadiyyah (M. bin Jamil Zaenu), Mukhtashar siiratin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (Abdul Ghaniy Al Maqdisi), I’rif Nabiyyaka Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yaa bunayya (Abdul Majid Al Bayanuni), Minhaajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza’iri), Riyaadhush Shaalihiin (Imam Nawawi), Untaian Mutiara Hadits (Penulis) dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger