Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad (2)

بسم الله الرحمن الرحيم
Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (2)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan risalah mengenal lebih dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah menjadikan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah menyia-nyiakan waktu
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللَّهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ *
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu berdzikir  kepada Allah  di setiap waktunya.” (HR. Muslim)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ يُعَدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةُ مَرَّةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَقُومَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُورُ
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Kami pernah menghitung ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di satu majlis sebelum bangun (dari duduknya), “Wahai Tuhanku, ampuni aku dan terimalah tobatku. Sesungguhnya Engkau Maha penerima tobat lagi Maha Pengampun,” sebanyak seratus kali.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani).
Ibadah Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ قَالَ سَمِعْتُ الْمُغِيرَةَ بْنَ شُعْبَةَ يَقُولُ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَوَرَّمَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ قَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا *
Dari Ziyaad bin Ilaqah, ia berkata, “Aku mendengar Mughirah bin Syu’bah berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila qiyamullail (karena lamanya) sampai membuat bengkak kedua kakinya, lalu ada yang berkata kepada Beliau, “Bukankah engkau Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang akan datang?”  Beliau menjawab, “Tidak pantaskah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur.” (HR. Nasa’i dan dishahihkan oleh Al Albani).
Petunjuk Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dalam beribadah
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh para sahabatnya (termasuk kaum muslimin semuanya) dalam melaksanakan ibadah untuk bersikap I’tidal (tengah-tengah) antara sikap tasaahul/takaasul (meremehkan atau bermalas-malasan) dan tasyaddud/ghuluw (melewati aturan yang ditetapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), sebagaimana dalam Al Qur’an,
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar[i], sebagaimana diperintahkan kepadamu[ii] dan  orang yang telah bertobat bersamamu dan janganlah kamu melampaui batas[iii].”(QS. Hud : 112)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
“Sesungguhnya agama (Islam) mudah[iv], dan tidak ada seorang pun yang hendak menyusahkan agama (Islam)[v] kecuali akan kalah, maka bersikap luruslah[vi], mendekatlah[vii], berbahagialah[viii] dan berusahalah[ix] di waktu pagi, sore dan ketika sebagian malam tiba.” (HR. Bukhari)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda,
وَأَنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ *
“Dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus dilakukan meskipun sedikit.” (HR. Bukhari)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menanamkan tauhid sejak dini
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ  يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, ia pernah berkata, “Suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda, “Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah[x], niscaya dia akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu[xi]). Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikit pun kecuali yang telah Allah tetapkan untukmu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering[xii] .
(HR. Tirmizi, dia berkata, “Haditsnya hasan shahih.”)
Kedermawanan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ *
Dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan, lebih-lebih di bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Biasanya Jibril menemui Beliau di setiap malam bulan Ramadhan lalu membaca Al Qur’an dengan Beliau. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan terhadap kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ حَكِيمَ ابْنَ حِزَامٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى قَالَ حَكِيمٌ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَرْزَأُ أَحَدًا بَعْدَكَ شَيْئًا حَتَّى أُفَارِقَ الدُّنْيَا فَكَانَ أَبُو بَكْرٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم يَدْعُو حَكِيمًا إِلَى الْعَطَاءِ فَيَأْبَى أَنْ يَقْبَلَهُ مِنْهُ ثُمَّ إِنَّ عُمَرَ رَضِي اللَّهم عَنْهم دَعَاهُ لِيُعْطِيَهُ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَ مِنْهُ شَيْئًا فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أُشْهِدُكُمْ يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى حَكِيمٍ أَنِّي أَعْرِضُ عَلَيْهِ حَقَّهُ مِنْ هَذَا الْفَيْءِ فَيَأْبَى أَنْ يَأْخُذَهُ فَلَمْ يَرْزَأْ حَكِيمٌ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تُوُفِّيَ *
Dari Urwah bin Zubair dan Sa’id bin Al Musayyib bahwa Hakim bin Hizam berkata, “Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu beliau memberiku, dan meminta lagi lalu beliau memberiku juga. Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah) dan manis. Barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang puas maka harta itu akan diberikan keberkahan, namun barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang tamak maka harta itu tidak akan diberikan keberkahan perumpamaannya seperti orang yang makan tetapi tidak kenyang, dan tangan yang di atas (memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (meminta).” Hakim pun berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku sungguh tidak akan meminta sesuatu kepada seorang pun setelahmu sampai aku meninggal.”
Maka ketika di zaman Abu Bakar, dipanggilnya Hakim untuk diberikan sesuatu lalu ia menolak. kemudian ketika di zaman Umar, Umar sama memanggilnya untuk memberikan sesuatu kepadanya lalu dia pun menolak juga, maka Umar berkata, “Wahai kaum muslimin, saya jadikan kalian saksi terhadap Hakim, sesungguhnya saya telah tawarkan kepadanya haknya yang Allah berikan dalam harta fai’ (harta yang didapat tanpa melalui peperangan) ini, namun ia enggan mengambilnya.” Hakim pun tetap terus tidak mau mengambilnya dari seorang pun setelah wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai ia (Hakim) meninggal.” (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهم عَنْهم إِنَّ نَاسًا مِنَ الْأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, bahwa beberapa orang dari kaum Anshar pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Beliau memberikannya, mereka meminta lagi, lalu Beliau memberikannya, kemudian mereka meminta lagi lalu Beliau memberikannya sampai habis barang yang ada pada Beliau, kemudian Beliau bersabda, “Harta apa saja yang ada pada saya, tidak  akan saya sembunyikan dari kalian, namun barang siapa yang menjaga diri (dari meminta-minta) maka Allah akan bantu, barang siapa yang merasa cukup dengan apa yang ada niscaya Allah akan cukupkan, dan barang siapa yang berusaha untuk bersabar niscaya Allah akan membantunya, dan tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seeorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhari)
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: مَا سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى اْلإِسْلَامِ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ. قَالَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ. فَرَجَعَ إِلىَ قَوْمِهِ، فَقَالَ: يَا قَوْمِ أَسْلِمُوْا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ عَطَاءً لاَ يَخْشَى اْلفَاقَةَ.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah diminta untuk Islam kecuali Beliau berikan. Pernah datang kepada Beliau seseorang, lalu Beliau memberikan kepadanya kambing (yang banyaknya hampir memenuhi) di antara dua bukit, orang itu pun pulang ke kaumnya, dan berkata, “Wahai kaumku! Masuk Islamlah, sesungguhnya Muhammad itu jika memberi tidak takut miskin.” (HR. Muslim)
Bersambung...
Wa shallallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah, Al Ushul Ats Tsalatsah (Muhammad bin Abdul Wahhab), Nubadz min akhlaaqin Nabi (Abdul Hamid As Suhaibani), Quthuuf minasy Syamaa’ilil Muhammadiyyah (M. bin Jamil Zaenu), Mukhtashar siiratin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (Abdul Ghaniy Al Maqdisi), I’rif Nabiyyaka Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yaa bunayya (Abdul Majid Al Bayanuni), Minhaajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza’iri), Riyaadhush Shaalihiin (Imam Nawawi), Untaian Mutiara Hadits (Penulis) dll.


[i] Yakni tetaplah kamu berada di atas ajaran Islam, jangan malas mengerjakannya atau meremehkannya.
[ii] Yakni dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
[iii] Yakni bersikap tasyaddud/ghuluw (melewati aturan yang ditetapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) seperti menjadikan yang sunat sebagai yang wajib, mengharamkan beberapa hal yang dihalalkan, tidak mau mengambil rukhshah (keringanan dari Allah) dan sebagainya, atau bahkan mengatakan sesat kepada orang yang tidak mau mengikutinya atau menyalahkan pahamnya. Dan tidak termasuk tasyaddud/ghuluw jika seseorang berusaha ke arah kesempurnaan dalam mengerjakan ajaran Islam.
[iv] Demikianlah agama Islam, buktinya dalam bertobat cukup dengan berhenti dari perbuatan itu, berniat untuk tidak mengulanginya lagi, dan adanya rasa penyesalan terhadap perbuatan itu, sedangkan syari’at sebelumnya tobat itu dengan membunuh dirinya (sebagaimana yang terjadi pada bani Israil, lihatlah QS. Al Baqarah: 54).
[v] Yakni menjalankan ibadah dengan sikap tasyaddud atau ghuluw.
[vi] Yakni kerjakanlah ajaran Islam dengan tidak bersikap tasahul/takasul dan tasyaddud/ghuluw.
[vii] Yakni jika kamu tidak dapat mengerjakan seluruh ajaran Islam, maka berusahalah mengerjakan sebagian besarnya.
[viii] Yakni bahagialah dengan pahala yang Allah janjikan, dan Dia tidak pernah mengingkari janji.
[ix] Yakni usahakanlah selalu mengerjakan ibadah pada saat-saat kuat dan semangat mengerjakannya yaitu di waktu pagi, petang, dan sebagian dari malam.
[x] Yakni dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
[xi] Dengan pertolongan dan perlindungan-Nya.
[xii] Maksudnya adalah segala sesuatu telah ditakdirkan dan dibukukan pencatatannya oleh Allah Ta’ala.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger