Bersama Kesusahan Ada Kemudahan

بسم الله الرحمن الرحيم
Bersama Kesusahan Ada Kemudahan
الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله .اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Saudaraku, sesungguhnya seorang mukmin dalam hidupnya di dunia ini akan diuji dengan dua hal; kesenangan dan kesusahan. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al A’raaf: 168)
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya’: 35)
Keadaan seperti ini benar-benar kita rasakan. Di antara kita ada yang diberikan kesenangan dan kenikmatan; harta yang melimpah, fisik yang sehat, kondisi yang nyaman, dan di antara kita ada yang mendapatkan kesusahan dan musibah, baik dengan kekurangan harta, fisik yang sakit atau cacat, kondisi yang tidak nyaman, dan lain sebagainya.
Cara Menghadapi Ujian yang Berupa Kesenangan dan Kesusahan
Cara menghadapi dua keadaan tersebut telah disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin. Semua urusannya baik baginya, dan hal itu hanya ada pada seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan nikmat, dia bersyukur, maka hal itu baik baginya, dan apabila dia mendapatkan musibah, ia bersabar; itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Inilah cara menghadapi dua ujian ini; kesenangan dan kesusahan. Oleh karena itu, apabila seseorang mendapatkan kenikmatan, maka hendaknya ia bersyukur kepada Allah baik dengan hati, lisan, maupun anggota badan. Dan apabila dirinya mendapatkan musibah maka hendaknya ia bersabar.
Hakikat Syukur
Syukur artinya sikap berterima kasih. Sikap syukur ini dilakukan oleh hati, lisan, dan anggota badan. Syukur dengan hati adalah dengan mengakui bahwa semua nikmat yang didapatkannya adalah berasal dari Allah Azza wa Jalla dan merasa dirinya tidak pantas menerimanya, syukur dengan lisan adalah dengan memuji Allah dan menyebut-nyebut nikmat itu. Oleh karenanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mendapatkan hal yang disukainya Beliau mengucapkan “Al Hamdulillahilladziiy bini’matihii tatimmush shaalihaat” (artinya: Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya perkara baik menjadi sempurna), sedangkan jika Beliau mendapatkan sebaliknya, Beliau mengucapkan, “Al Hamdulillah ‘alaa kulli haal (artinya: Segala puji bagi Allah dalam keadaan bagaimana pun)[i]. Sedangkan syukur dengan anggota badan adalah dengan menahan dirinya dari mengerjakan larangan Allah dan menggunakan nikmat yang didapatkan untuk ketaatan kepada Allah bukan untuk kemaksiatan.
Banyak keutamaan yang akan diperoleh bagi orang yang bersyukur. Di antaranya:
  1. Mendapatkan keridhaan Allah.
Allah Ta'ala berfirman,
وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
"Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu." (Terj. QS. Az Zumar: 7)
  1. Allah akan menjaga nikmat itu dan menambahkannya.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
  1. Allah akan memberikan keberkahan kepadanya.
Disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, bahwa ada seorang sedang berada di tanah lapang tiba-tiba ia mendengar suara di awan yang bunyinya, “Siramilah kebun si fulan.” Maka awan itu bergeser dan menurunkan airnya ke tanah berbatu hitam sehingga salah satu selokan di antara selokan yang ada penuh berisi air, maka ia menelusuri ke mana air mengalir, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri di kebunnya yang memindahkan air dengan skopnya, lalu ia berkata, “Wahai hamba Allah, siapa namamu?” Ia menjawab, “Fulan.” Sesuai nama yang didengarnya di awan. Lalu orang itu kembali bertanya, “Wahai hamba Allah, mengapa engkau bertanya tentang namaku?” Ia menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang di sinilah airnya (dialirkan) bunyinya, “Siramilah kebun si fulan,” menyebut namamu. Memangnya, apa yang engkau lakukan dengan kebunmu?” Ia menjawab, “Jika kamu bertanya begitu, maka sesungguhnya aku memperhatilkan hasil dari kebun ini, sepertiganya aku sedekahkan, sepertiga lagi aku makan bersama keluargaku, dan sepertiga lagi aku kembalikan ke kebun.”
Hakikat Sabar
Sabar artinya menahan diri. Sabar yang dimaksud oleh syariat ada tiga macam:
1.      Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, dalam arti dia tetap terus menjalan perintah Allah sampai ajal menjemput.
2.      Sabar dalam menjauhi larangan Allah, dalam arti dia tetap terus menjauhi larangan Allah sampai ajal menjemput.
3.      Sabar terhadap qadar Allah, baik melalui tangan manusia maupun lisannya seperti disakiti, dicela, diganggu (ketika ia menjalankan perintah Allah atau menjauhi larangan Allah ataupun ketika ia mendakwahkan agama Allah), maupun tidak melalui tangan manusia seperti musibah, tentunya dengan sikap ridha, menerima, tidak marah-marah dan tidak keluh-kesah.
Al Manawi dalam Fathul Qadir berkata, “Seorang hamba selama beban (agama) masih berlaku padanya, maka jalur-jalur kebaikan terbuka di hadapannya, karena ia berada di antara nikmat yang wajib disyukuri pemberinya dan di antara musibah yang wajib disikapi dengan sabar. Demikian pula ia berada di antara perintah yang harus ia laksanakan, dan berada di antara larangan yang harus ia jauhi, dan hal itu wajib sampai akhir hayat.”
Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jika engkau mau bersabar, maka taqdir tetap berjalan padamu sedangkan engkau akan mendapatkan pahala, tetapi jika engkau keluh kesah, maka taqdir tetap berjalan kepadamu sedangkan engkau akan mendapatkan dosa.”
Keutamaan sabar sangat banyak, di antaranya adalah:
  1. Mendapatkan balasan yang lebih baik dari amal yang dikerjakan.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 96)
  1. Mendapatkan pahala tanpa batas.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)
  1. Mendapatkan keridhaan Allah Azza wa Jalla.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ»
“Sesungguhnya besarnya pahala disertai besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barang siapa yang ridha, maka dia akan memperoleh keridhaan-Nya, dan barang siapa yang marah, maka dia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.” (HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Al AlbanI)
Setelah Kesulitan Ada Kemudahan
Saudaraku, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً- إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan,-Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah: 5-6)
Syaikh As Sa’di dalam Taisirul Karimir Rahman menjelaskan, bahwa pada ayat di atas terdapat kabar gembira yang besar, yaitu setiap kali ada kesulitan dan kesusahan, maka kemudahan akan datang menemaninya dan bersama dengannya, bahkan kalau sekiranya kesulitan masuk ke lubang dhabb (hewan kecil seperti biawak), maka kemudahan juga akan masuk ke dalamnya dan membukanya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.” (QS. Ath Thalaq: 7)
Juga sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَأَنَّ الْفَرْجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Kelonggaran bersama penderitaan dan di balik kesulitan ada kemudahan.” (HR. Tirmidzi).”
Syaikh As Sa’diy juga menjelaskan, bahwa digunakan bentuk ma’rifat (bentuk khusus) dengan tambahan alif dan lam pada kata ‘usr’ di dua ayat tersebut menunjukkan menyeluruh dan umum, dimana hal ini menunjukkan, bahwa semua bentuk kesulitan meskipun besar, namun di akhirnya adalah kemudahan yang menyertainya.
Dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas disebutkan, bagaimana Hajar dan puteranya Isma’il ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan hanya dibekali sekantung kurma dan geriba berisi air. Kemudian air yang ada di geriba habis hingga mereka berdua merasakan kehausan yang sangat, padahal ketika itu Mekkah tidak berpenghuni dan tidak ada air. Lalu Hajar memandang Isma'il sang bayi yang sedang meronta-ronta," Kemudian Hajar pergi meninggalkan Isma'il dan tidak kuat melihat keadaannya. Maka dia mendatangi bukit Shafaa sebagai bukit yang paling dekat dengannya. Dia berdiri di sana lalu menghadap ke arah lembah dengan harapan dapat melihat orang di sana namun dia tidak melihat seorang pun. Maka dia turun dari bukit Shafaa dan ketika sampai di lembah dia menyingsingkan ujung pakaiannya dan berusaha keras layaknya seorang yang berjuang keras, sehingga dia dapat melewati lembah dan sampai di bukit Marwah, lalu berdiri di sana sambil melihat-lihat; apakah ada orang di sana, namun dia tidak melihat ada seorang pun. Dia melakukan hal itu sebanyak tujuh kali (antara bukit Shafa dan Marwah). Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Oleh karena itu, manusia melakukan sa'i antara kedua bukit itu.” Ketika berada di puncak Marwah, Hajar mendengar ada suara malaikat Jibril 'alaihissalam yang berada di dekat zamzam, lantas Jibril mengais air dengan tumitnya atau dengan sayapnya sehingga air keluar memancar. Akhirnya dia dapat minum air dan menyusui anaknya kembali. Kemudian malaikat berkata kepadanya, "Janganlah kamu takut ditelantarkan! Karena di sini ada rumah Allah yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.”
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Maktabah Syamilah versi 3.45, Minhajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza'iriy), Untaian Mutiara Hadits (Penulis), dll.


[i] Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Hakim dalam Mustadraknya dan ia menshahihkannya, serta disepakati oleh Adz Dzahabiy

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger