Mengenal Imam Ibnul Qayyim rahimahullah

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫الإمام ابن القيم‬‎
Mengenal Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut kami perkenalkan salah satu mutiara zaman, yaitu Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
Nama dan nasabnya
Beliau adalah Abu Abdillah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’ad bin Harriz bin Makki Zainuddin Az Zura’i Ad Dimasyqi Al Hanbali, yang masyhur dengan nama Ibnu Qayyim Al Jauziyyah atau Ibnul Qayyim.
Kelahirannya
Beliau lahir pada tanggal 7 Shafar tahun 691 H di tengah-tengah keluarga yang berilmu dan bertakwa di Zura’ atau di Damaskus.
Ayahnya adalah pengelola madrasah Al Jauziyyah; sebuah madrasah yang dibangun oleh Muhyiddin bin Al Hafizh  Yahya bin Al Jauzi di pasar gandum Damaskus yang selesai dibangun pada tahun 652 H.
Guru-gurunya
Ibnul Qayyim belajar langsung dari ayahnya dan belajar ilmu faraidh kepadanya di samping belajar pula kepada para guru yang ada di madrasah Al Jauziyyah.
Beliau tidak hanya belajar kepada ulama madzhab Hanbali saja bahkan belajar pula kepada ulama madzhab lainnya seperti kepada Ibnuz Zamlakani Asy Syafi’i, Al Hafiz Al Mizziy Asy Syafi’i, Majduddin At Tunisi Al Maliki, ash Shafi Al Hindi Al Hanafi, dll.
Beliau belajar hadits kepada Asy Syihab An Nabulisi, Al Qadhiy Taqiyyuddin bin Sulaiman, Ismail bin Maktum, Isa Al Muth’im, Abu Bakar bin Abdu Daim, Fathimah binti Jauhar, dan Ahli Ilmu lainnya yang memiliki keutamaan.
Beliau belajar bahasa Arab dari Abul Fath Al Ba’liy dan Syaikh Majduddin At Tunisi.
Sedangkan dalam bidang fiqih dan ushulnya, maka beliau belajar dari Syaikh Shafiyyuddin Al Hindi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Syaikh Ismail bin Muhammad Al Harrani.
Di antara guru-gurunya juga adalah Al Qadhiy Asy Syirazi, Ibnu Maktum, Alauddin Al Kindi, Muhammad bin Abul Fath, Ayyub bin Al Kamal, Al Qadhiy Badruddin bin Jamaah, dan Abul Fath Al Ba’labaki rahimahumullah.
Aktifitas Ibnul Qayyim
Al Qadiy Burhanuddin Az Zura’I rahimahullah berkata, “(Ketika itu) tidak ada di kolong langit yang lebih dalam ilmunya daripada beliau. Beliau mengajar di Ash Shadriyyah dan menjadi imam di Al Jauziyyah, menulis banyak tulisan yang sulit dibayangkan, menyusun berbagai karya tulis yang banyak dalam berbagai disiplin ilmu, dan berhasil menulis kitab yang tidak dapat dilakukan oleh yang lain.”
Dakwah Ibnul Qayyim
Siapa saja yang memperhatikan karya-karya Ibnul Qayyim, maka dia akan mengetahui dakwah beliau terlebih setelah bersama dengan gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dimana dakwahnya mengajak umat untuk:
1. Berpegang teguh dengan Al Qur’an dan As Sunnah, mengamalkannya, dan berhukum dengan keduanya.
2. Mengikuti Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang sahih serta memperingatkan umat dari bid’ah.
3. Mencela taqlid buta (ikut-ikutan tanpa dalil).
4. Mencela fanatik madzhab.
5. Meluruskan penyimpangan dalam akidah serta mengajak untuk mengikuti Salafush Shalih dalam masalah akidah.
6. Menetapkan bahwa Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang sahih tidak akan terjadi kontradiksi, bahkan semuanya sepakat dan saling menjelaskan, sehingga tidak boleh mengambil sebagiannya dan meninggalkan yang lain, dan tidak boleh mengambil yang sesuai hawa nafsunya dan meninggalkan yang tidak sesuai hawa nafsunya.
Beliau juga mengarahkan para ulama agar mengamalkan ilmunya, jujur, ikhlas, berani menyatakan kebenaran dan tidak takut celaan orang. 
Pujian para ulama terhadap beliau
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Aku tidak mengetahui di dunia ini di zaman ini yang lebih banyak ibadahnya daripada beliau. Beliau memiliki sifat khusus dalam shalat; beliau melamakannya, memanjangkan ruku dan sujudnya, dan banyak kawan-kawannya yang mencelanya karena hal itu namun ia tetap saja seperti itu.” (Al Bidayah wan Nihayah 14/202)
Imam Adz Dzahabi dalam Al Mukhtashar berkata, “Beliau memiliki perhatian dalam bidang hadits dan matannya serta sebagian rawinya. Demikian pula mendalami fiqih, sehingga bagus dalam menetapkan kesimpulan dan mengajarkannya. Demikian juga memiliki perhatian terhadap dua pokok (Al Qur’an dan As Sunnah). Beliau pernah dipenjara karena pengingkarannya terhadap ziarah ke kubur Al Khalil Nabi Ibrahim alaihis salam. Beliau juga berfatwa, membacakan ilmu dan menyebarkannya. Beliau juga seorang yang rajin beribadah dan melakukan shalat tahajjud serta melakukan shalat dengan sangat lama, senantiasa beribadah dan berdzikir, sangat cinta kepada Allah, kembali dan banyak beristighfar, sangat butuh kepada-Nya dan pasrah di hadapannya di tangga pengabdian kepada-Nya. Aku belum pernah menyaksikan orang yang semisalnya. Aku juga belum pernah melihat orang yang lebih luas ilmunya daripada beliau, serta lebih mengerti makna Al Qur’an dan As Sunnah serta hakikat keimanan daripada beliau, tetapi beliau bukan orang yang ma’shum, namun aku belum pernah melihat orang yang semisalnya. Beliau pernah mendapatkan cobaan dan gangguan berkali-kali. Beliau pernah ditahan bersama Syaikh Taqiyyuddin (Ibnu Taimiyah) pada kesempatan terakhirnya di penjara Qal’ah dan tidak keluar kecuali setelah syaikh wafat.”
Tampaknya, penahanan beliau bersama dengan gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah terjadi pada tanggal 16 Sya’ban tahun 726 H saat Syakhul Islam dipenjara di Qal’ah Damaskus, yaitu ketika Ibnul Qayyim berfatwa dilarangnya mengadakan perjalanan jauh ke kubur para nabi. Setelah itu hakim yang bermadzhab Syafi’i saat itu memerintahkan untuk memenjarakan sejumlah kawan-kawan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Sebagian mereka diberi hukuman ta’zir di atas hewan lalu dilepaskan selain Ibnul Qayyim, maka ia ditahan di Qal’ah.
Murid-muridnya
Ibnul Qayyim sebelumnya mengajar di Madrasah yang bernama Ash Sdhadriyyah dan menjadi imam di Al Jauziyyah dalam waktu yang lama. Beliau memiliki murid-murid yang menjadi ulama besar juga, di antaranya:
1. Zainuddin Abul Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab Al Bagdadi Ad Dimasyqi Al Hanbali, pemilik banyak karya tulis yang wafat pada tahun 795 H.
2. Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir Ad Dimasyqi, seorang hafizh yang wara, penulis kitab tafsir dan kitab-kitab lainnya. Ia wafat pada tahun 774 H.
3. Al Hafizh Syamsuddin Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abdul Hadi bin Abdul Hamid bin Abdul Hadi bin Yusuf bin Muhammad bin Qudamah Al Maqdisi Al Jama’ili Ash Shalihi, seorang penulis berbagai kitab dan pemberi fatwa. Ia wafat pada tahun 744 H.
4. Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Qadir bin Muhyi Ad Din Utsman bin Abdurrahman An Nabulisi yang wafat pada tahun 797 H.
5. Ali bin Abdul Kafi bin Ali bin Tamam As Subki.
6. Al Fairuz Abadiy, namanya Muhammad bin Ya’qub bin Muhammad Al Fairuz Abadi penyusun kitab kamus.
7. Kedua anaknya, yaitu Ibrahim dan Musyrifuddin Abdullah.
Ibnul Qayyim dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Sebelum bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim terpengaruh dengan ajaran Shufi, namun setelah bertemu Syaikhul Islam pada tahun 712 H sepulangnya Ibnu Taimiyah dari Mesir, maka Ibnul Qayyim beralih kepada Sunnah dan jalan As Salafush Shalih, dan jadilah beliau sebagai murid senior Syaikhul Islam Ibnu Taimmiyah.
Ibnul Qayyim menemani gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di penjara dan tidak berpisah darinya sampai ia menghadap Allah Azza wa Jalla. Oleh karenanya, ia banyak mengambil pendapatnya dan mengikuti madzhabnya yang tidak terikat –yakni madzha Ahli Hadits-, dan beliau melakukan hal yang sama dengan gurunya dalam mengkritik sikap jumud dan fanatik madzhab.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Beliau selalu bersama Syaikh Taqiyyuddin Ibnu Taimiyah dan mengambil ilmu darinya, serta berbicara tentang berbagai disiplin ilmu Islam. Beliau ahli di bidang tafsir dan jarang yang menandinginya, demikian pula ahli dalam Ushuluddin, dan memang sebagai pakarnya. Beliau juga menguasai hadits, makna, fiqih, dan pengkajiannya secara detail yang tidak dilakukan oleh yang lain. Demikian juga pakar dalam fiqih dan pokok-pokok bahasa Arab, bahkan beliau memiliki jasa yang besar di bidang itu, serta memahami ilmu kalam dan tashawwuf. Beliau pernah dipenjara karena pengingkarannya terhadap perjalanan jauh ke makam Al Khalil Ibrahim alaihis salam. Beliau adalah seorang yang Ahli Ibadah, ahli tahajjud, sangat lama sekali shalatnya, dan aku (Ibnu rajab) belum pernah melihat orang yang semisalnya dalam ibadah dan pengetahuannya terhadap Al Qur’an, hadits, dan hakikat keimanan, namun bukan maksudnya ma’shum, akan tetapi aku belum pernah melihat orang yang semisalnya.   
Beliau pernah mendapatkan cobaan dan gangguan berkali-kali. Beliau pernah ditahan bersama Syaikh Taqiyyuddin (Ibnu Taimiyah) pada kesempatan terakhirnya di penjara Qal’ah dan tidak keluar kecuali setelah syaikh wafat. Saat di penjara, beliau menyibukkan diri dengan membaca Al Qur’an sambil mentadabburi dan mentafakkuri sehingga dibukakan kepada beliau berbagai kebaikan dan merasakan keindahan dan perkara mulia yang lurus sehingga menguasai ilmu makrifat dan masuk ke dalam perkara-perkara tersembunyi, dan karya-karyanya pun dipenuhi hal itu.” (Lihat Dzail Thabaqat Al Hanabilah 2/448)
Wafatnya Ibnul Qayyim
Disebutkan, bahwa sebelum wafatnya, ia bermimpi melihat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan bertanya kepadanya tentang kedudukannya, maka Syaikhul Islam menunjuk ke arah langit yakni di atas sebagian para ulama besar, lalu ia berkata kepada Ibnul Qayyim, “Engkau akan menyusul kami. Akan tetapi engkau sekarang berada dalam tingkatan Ibnu Khuzaimah rahimahullah.”
Beliau wafat dalam usia 60 tahun pada hari Kamis tanggal 13 atau 23 Rajab tahun 751 H saat tiba waktu Isya. Kemudian beliau dishalatkan keesokan harinya di masjid Jami Umawi seusai shalat Zhuhur lalu di masjid Jami Jarrah. Ketika itu jenazahnya dihadiri oleh banyak orang hingga berdesakan; dihadiri oleh para hakim, orang-orang saleh baik kalangan umum maupun kalangan tertentu. Beliau dimakamkan di kuburan Al Babush Shaghir.
Karya-karya Ibnul Qayyim
Ibnul Qayyim memiliki berbagai karya yang banyak dalam berbagai bidang ilmu, di antaranya ada yang sudah dicetak da nada pula yang masih dalam tulisan tangan. Karya-karya tersebut di antaranya:
1. Zaadul Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad
2. Tahdzib Sunan Abi Dawud
3. I’lamul Muwaqqi’in
4. Safaru Hijratain
5. Ijtima’ul Juyusy Al Islamiyyah
6. Madarijus Salikin
7. Zadul Musafir Ilaa Manazils Su’ada fi Hadyi Khatamil Anbiya
8. Syifa’ul Alil fi Masa’ilil Qadha wal Qadari wal Hikmah wat Talil
9. Ash Shawa’iqul Mursalah alal Jahmiyyah wal Mu’aththilah
10. Naqdul Manqul wal Mahillil Mumayyiz bainal Mardud wal Maqbul
11. Bada’iul Fawaid
12. Hadil Arwah Ilaa Biladil Afrah
13. Ar Ruh
14. Jala’ul Afham Fi Fadhlish Shalati was Salam ala Khairil Anam
15. Nuzhatul Musytaqin wa Raudhatul Muhibbin
16. Tuhfatul Mawdud fi Ahkamil Maulud
17. Asy Syafiyah Al Kafiyah fil Intishar Lil Firqatin Najiyah
18. Ad Da’u wad Dawa atau Al Jawabul Kafi
19. Al Farqu bainal Khullah wal Mahabbah
20. Amtsalul Qur’an
21. Al Furisiyyah
22. Hidayatul Hayara fi Ajwibatin Nashara
23. Ighatsatul Lahfan min Mashayidisy Syaithan
24. Ath Thuruq Al Hukmiiyyah fis Siyasatisy Syar’iyyah
25. Uddatush Shabirin wa Dzakhiratusy Syakirin
26. Al Kabair
27. Al Wabilush Shayyib minal Kalimith Thayyib
28. Al Fawaid
29. Kasyful Ghitha ‘an hukmi Sima’il Ghina
30. As Sunnah wal Bid’ah
31. Syarh Al Asma’il Husna
32. Dll.
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’:  Maktabah Syamilah versi 3.45,  Zaadul Ma’aad fi Hadyi Khairil Ibad (Ibnu Qayyim Al Jauziyyah), Tarjamah Al Imam Ibnil Qayyim (Abdurrahman Al Harafi), https://www.saaid.net/Doat/alharfi/05.htm, https://www.alukah.net/culture/0/87346/, dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger