بسم
الله الرحمن الرحيم
Thibbun Nabawi (1)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang
yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang Thibbun Nabawi
(pengobatan ala nabi), semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas
karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Meruqyah Luka Pada Anggota Badan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
apabila kedatangan orang yang mengeluhkan suatu penyakit atau luka, Beliau
melakukan hal ini dengan jarinya, seorang rawi (periwayat hadits) bernama
Sufyan memberikan peragaan, yaitu dengan meletakkan jari telunjuknya ke tanah
lalu mengangkatnya dan berdoa,
بِاسْمِ اللهِ، تُرْبَةُ
أَرْضِنَا، بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا
“Dengan nama Allah, ini tanah kami, dengan
percikan ludah kami agar orang yang sakit di antara kami sembuh dengan izin
Tuhan kami.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Caranya adalah memercikan air liurnya ke jari
telunjuknya, lalu diletakkan ke tanah sehingga ada bagian tanah yang menempel
di jari itu kemudian diusapkan ke bagian yang sakit atau luka sambil
mengucapkan doa di atas.
Mengatasi Musibah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ
فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا
إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ - لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا
تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di
bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.--(kami jelaskan yang demikian itu) agar kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan agar kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (Qs. Al Hadid: 22-23)
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ
إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Qs. At Taghabun: 11)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ
مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}
[البقرة: 156] ، اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا،
إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
“Tidak ada seorang muslim yang mendapatkan
musibah lalu ia mengucapkan sebagaimana yang diperintahkan Allah, yaitu Inna
lillahi wa innaa ilaihi rajiun (artinya: sesungguhnya kami milik Allah dan
akan kembali kepada-Nya) Allahumma’jurnii fii mushibati wa akhlif lii
khairan minha (artinya: ya Allah berilah pahala pada musibah yang menimpaku
dan gantilah dengan yang lebih baik), melainkan Allah akan mengganti dengan
yang lebih baik daripadanya.” (Hr. Muslim)
" إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ:
قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ
فُؤَادِهِ، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ:
حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ،
وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ "
“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia,
maka Allah berfirman kepada para malaikat-Nya, “Apakah kalian mencabut nyawa
anak hamba-Ku?” – sedangkan Dia Maha Mengetahui – mereka menjawab, “Ya.” Dia
berfirman, “Apakah kalian mencabut buah hati hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Ya.”
Dia berfirman, “Apa yang diucapkannya?” Mereka menjawab, “Dia memuji-Mu dan
mengucapkan istirja (innaa lillahi wa innaa ilaihi rajiun).” Allah berfirman,
“Bangunkanlah untuk hamba-Ku rumah di surga dan beri nama dengan Baitul hamdi
(rumah penuh pujian)!” (Hr. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Al Albani)
" يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَا لِعَبْدِي المُؤْمِنِ
عِنْدِي جَزَاءٌ، إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ،
إِلَّا الجَنَّةُ
Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada balasan di
sisi-Ku untuk hamba-Ku yang mukmin ketika Aku mencabut nyawa kekasihnya dari
penduduk dunia lalu ia bersabar dan mengharap pahala melainkan surga.” (Hr.
Bukhari)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga
bersabda kepada seseorang yang ditinggal wafat anaknya,
أَمَا تُحِبُّ أَنْ لَا
تَأْتِيَ بَابًا مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، إِلَّا وَجَدْتَهُ يَنْتَظِرُكَ؟
“Tidakkah engkau senang saat engkau
mendatangi salah satu pintu surga ternyata engkau temukan anakmu di pintu surga
dalam keadaan menunggumu?!” (Hr. Ahmad dan Nasa’i, sanadnya sesuai syarat kitab
shahih, dishahihkan oleh Hakim dan Ibnu Hibban, lihat Fathul Bari
11/243)
إِنَّ اللَّهَ قَالَ: إِذَا
ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ، عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الجَنَّةَ
Sesungguhnya Allah berfirman, “Apabila Aku
menguji hamba-Ku dengan mencabut kedua penglihatannya lalu ia bersabar, maka
Aku akan menggantinya dengan surga.” (Hr. Bukhari)
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ، فَمَا سِوَاهُ
إِلَّا حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
“Tidak ada seorang muslim yang mendapatkan
musibah seperti penyakit atau selainnya melainkan Allah akan menggugurkan
kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (Hr. Bukhari dan
Muslim)
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ
شَوْكَةً، فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كُتِبَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ
بِهَا خَطِيئَةٌ
“Tidak ada seorang muslim yang terkena duri
atau lebih dari itu melainkan akan dicatat satu derajat dan dihapuskan satu
kesalahan.” (Hr. Muslim)
«مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ، وَلَا نَصَبٍ، وَلَا
سَقَمٍ، وَلَا حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ، إِلَّا كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ»
“Tidaklah seorang mukmin mendapatkan musibah
berupa penyakit yang tidak kunjung sembuh, kelelahan, sakit, dan kesedihan
demikian pula kerisauan melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengannya.”
(Hr. Muslim)
«إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ، وَإِنَّ
اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ
سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ»
“Sesungguhnya besarnya pahala sesuai besarnya
cobaan, dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji
mereka. Barang siapa yang ridha (dengan ujian itu), maka dia akan mendapatkan
keridhaan Alah, dan barang siapa yang kesal, maka dia akan memperoleh kemurkaan
Allah.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ
بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Cobaan itu akan senantiasa menimpa seorang
hamba sampai dia berjalan di muka bumi tanpa dosa.” (Hr. Tirmidzi, dan
dinyatakan hasan shahih oleh Al Albani)
Mengatasi kerisauan dan kesedihan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطُّ
هَمٌّ وَلَا حَزَنٌ، فَقَالَ: اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ
أَمَتِكَ،نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ
بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ،
أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ،
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ
هَمِّي، إِلَّا أَذْهَبَ اللهُ هَمَّهُ وَحُزْنَهُ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَحًا
" ، قَالَ: فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلَا نَتَعَلَّمُهَا؟ فَقَالَ:
" بَلَى، يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهَا أَنْ يَتَعَلَّمَهَا "
“Tidaklah seseorang tertimpa kerisauan dan
kesedihan lalu mengucapkan, “Allahumma inni ‘abduk...dan seterusnya
sampai wa dzahaaba hammi (artinya: ya Allah, sesungguhnya aku hamba-Mu,
anak hamba-Mu yang laki-laki, anak hamba-Mu yang perempuan, ubun-ubunku di
tangan-Mu, berlaku padaku ketetapan-Mu, hukum-Mu adil. Aku meminta kepada-Mu
dengan semua nama yang Engkau namai diri-Mu dengannya, nama yang Engkau ajarkan
kepada salah seorang di antara hamba-Mu, nama yang Engkau turunkan dalam
kitab-Mu, atau nama yang hanya Engkau yang mengetahuinya dalam ilmu gaib yang
ada di sisi-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya
dadaku, penghilang kesedihan dan kerisauanku), melainkan Allah akan hilangkan
kerisauan dan kesedihannya dan mengganti keadaannya dengan kegembiraan.”
Lalu ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah kami patut mempelajarinya?” Beliau bersabda, “Ya. Sepatunya bagi orang
yang mendengarnya untuk mempelajarinya.” (Hr. Ahmad, Abu Ya’la, Thabrani dalam Al
Kabir, dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no.
199)
Doa Saat Menderita
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat menderita mengucapkan,
«لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ العَظِيمُ الحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ
وَرَبُّ الأَرْضِ، وَرَبُّ العَرْشِ الكَرِيمِ»
“Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tidak ada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah Pemilik arsyi yang agung. Tidak ada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah Pencipta langit dan bumi, serta pemiliki arsyi yang mulia.” (Hr.
Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, “Doa orang yang menderita adalah,
اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ
أَرْجُو، فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ،
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, rahmat-Mu yang aku harapkan, maka
janganlah Engkau serahkan aku kepada kemampuan diriku sekejap pun, dan
perbaikilah semua urusanku, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain
Engkau.” (Hr. Abu Dawud, dinyatakan hasan isnadnya oleh Al Albani)
Beliau juga bersabda,
دَعْوَةُ ذِي النُّونِ
إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الحُوتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي
كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ
قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ
“Doa Dzun Nun (Nabi Yunus alaihis salam) yang
ia ucapkan ketika berada dalam perut ikan paus adalah, “Laa ilaaha illaa
anta Subhaanaka inni kuntu minazh zhalimin” (artinya: tidak ada tuhan yang
berhak disembah selain Engkau, aku termasuk orang-orang zalim). Tidak ada
seorang muslim yang berdoa dengannya melainkan Allah akan mengabulkannya.” (Hr.
Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)
Dari Asma binti Umais ia berkata, “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepadaku,
«أَلَا أُعَلِّمُكِ كَلِمَاتٍ تَقُولِينَهُنَّ عِنْدَ الْكَرْبِ
- أَوْ فِي الْكَرْبِ -؟ أَللَّهُ أَللَّهُ رَبِّي لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا»
“Maukah kamu aku ajarkan kalimat yang engkau
ucapkan pada saat menderita? Yaitu Allah Allahu Rabbi Laa usyriku bihi
syai’aa (Allah adalah Tuhanku. Aku tidak akan menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun).” (Hr. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani)
Bersambung...
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina
Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji’:
Al Ilaj bir Ruqa Minal Kitab was Sunnah (Dr.
Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani), Maktabah Syamilah
versi 3.45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar