بسم
الله الرحمن الرحيم
Renungan di Jalan Dakwah
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang
yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut renungan bagi para du’at (da’i)
ilallah sebagai motiovasi bagi mereka dalam berdakwah, semoga Allah menjadikan
penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pengantar
Suatu ketika penulis menyampaikan ta’lim dan
bertanya kepada yang hadir,
“Kalian di
masyarakat atau di lingkungan tempat kalian tinggal ingin menjadi:
a) orang yang mewarnai (dengan kebaikan)
b) orang yang diwarnai (terpengaruh), atau
c) cuek (tidak peduli)
Silahkan pilih!
Serentak semua memilih menjadi orang yang
mewarnai dengan kebaikan.
Tetapi anehnya; tidak ada yang membuktikan
dirinya sebagai orang yang mewarnai kecuali sedikit sekali.
Penulis berhusnuzhzhan (bersangka baik)
kepada mereka, mungkin mereka tidak membuktikan hal itu dengan praktek nyata
karena tidak tahu caranya.
Baik, penulis akan terangkan caranya.
Akan tetapi, sebelum penulis menerangkan
caranya, penulis ingin menyampaikan sebuah renungan berikut.
Renungan
Jika kita perhatikan orang-orang terdahulu
yang mendakwahkan Islam ke berbagai negeri dan berbagai daerah hingga Islam tersebar
ke pelosok-pelosok, kita akan ketahui betapa keadaan ketika itu sangat minim
sekali sarana transportasi, di samping tidak didukung oleh berbagai media untuk
berbagi. Sarana transportasi yang cepat ketika itu sebatas kuda, dan untuk
melintasi laut menggunakan bahtera yang memakan waktu yang cukup lama. Selain
itu, untuk mendatangi satu tempat ke tempat yang lain yang cukup jauh terkadang
memakan waktu berhari-hari, bahkan sampai berbulan-bulan. Inilah mungkin
berkahnya usia generasi sebelum kita dibanding kita, yakni meskipun sarana
sangat minim dan tidak didukung oleh berbagai media, mereka bisa mendakwahkan
Islam hingga pelosok-peolosok yang jauh di sana, dan tekad yang kuat bisa
membawa hasil yang besar dengan izin Allah Azza wa Jalla.
Media Dakwah di Zaman Sekarang
Media dakwah di zaman sekarang sangat banyak
sekali, di antaranya: media massa seperti majalah, koran, buletin Jumat. Ada
pula media elektronik seperti radio, televisi, komputer, handphone, dan ada
pula yang kita kenal dengan media sosial yang menggunakan jaringan internet
seperti whatsapp, line, facebook, telegram, bbm, dll.
Semua media itu sebenarnya bisa memiliki
hasil yang memuaskan dalam menyebarkan Islam ke tengah-tengah masyarakat jika
kita maksimal memanfaatkannya insya Allah, bahkan menghasilkan pahala yang
besar. Hanyasaja kebanyakan kita tidak mau memaksimalkannya atau bahkan kurang
peduli terhadap dakwah.
Contoh buletin Jumat, Anda dapat berdakwah ke
tengah-tengah masyarakat tanpa harus ceramah. Dan penulis telah memfasilitasi
hal tersebut dengan menerbitkan buletin Jumat, silahkan lihat si sini:
Terkadang dengan membaca, mereka diajak
berfikir dengan halus, timbul dalam diri mereka gejolak batin, dan akhirnya
Allah berikan kepadanya hidayah. Dan jika orang lain mendapatkan hidayah Allah
melalui kita, maka hal ini lebih baik daripada memperoleh unta merah yang mahal
harganya (sebagaimana dalam Shahih Bukhari)
Contoh lainnya dengan media sosial, penulis
memiliki akun di facebook (dengan nama Marwan hadidi) dan channel di telegram dengan
nama wawasan_muslim atau http://t.me/wawasan_muslim
. Penulis biasa memberikan taushiyah singkat di channel tersebut. Anda cukup
join atau bergabung di channel tersebut kemudian membagikannya kepada ikhwah
yang lain dengan cara mengcopy-paste postingan penulis dari channel tersebut.
Demikian pula penulis memiliki blog di
internet yang memuat materi-materi keislaman yang banyak, seperti akidah,
hadits, fiqih, sirah, adab-akhlak, dzikir dan doa, aneka masalah, tafsir Al
Qur’an, dan lain-lain di situs ini:
Penulis mempersilahkan menggunakan materi
atau isi yang ada di blog tersebut.
Di samping itu, ada pula media elektronik
seperti televisi yang memiliki pengaruh yang besar
juga untuk
memperbaiki keadaan masyarakat jika digunakan untuk dakwah Islam. Hal itu, karena televisi memiliki dua daya tarik yang
tidak dimiliki radio, yaitu audio-visual (suara dan tampilan), termasuk pula
handphone. Maka gunakanlah media ini untuk dakwah sebagaimana orang-orang kafir
dan fasik memanfaatkannya untuk menjauhkan manusia dari agama Allah.
Praktek Nyata Mewarnai Masyarakat Dengan
Kebaikan
Penulis tidak ingin menyampaikan teori
terlalu banyak, tetapi ingin menyampaikan materi yang langsung dipraktekkan.
Berikut salah satu contoh praktis dakwah di masyarakat:
Coba kalian ikut rapat dengan warga tempat
tinggal kalian dan berikan masukan dan saran kepada mereka.
Misalnya Anda ikut rapat RT, kemudian berikan
saran dan masukan dengan cara yang baik dan bijak kepada mereka. Selanjutnya, berikan usulan untuk diedarkan selembar
kertas agar setiap warga menulis nama dan no. telepon masing-masing lalu
dibuatkan group whatsapp (WA). Tulis misalnya group RT 02 RW 05 Perumahan….dst.
Lalu apa yang perlu dilakukan setelah
dibuatkan group?
Berikan taushiyah kepada mereka (cukup sehari
satu taushiyah) dengan materi-materi yang ringan dari dasar dan seterusnya,
seperti materi akidah, ibadah, adab-akhlak, tafsir, hadits, targhib-tarhib, info
ta'lim, taushiyah ulama, dsb.
Dengan membuat group di lingkungan rumah
Anda, anda dapat dengan mudah mendakwahi masyarakat tanpa harus door to door
(pintu ke pintu).
Mungkin kalian bertanya, “Ustadz, afwan saya
tidak punya ilmu untuk menyampaikan materi ke group warga.”
Akhi, apa antum (kalian) tidak tahu
materi-materi keislaman tersebar di sana-sini dari para asatidzah, di medsos,
di web, dan di internet? Antum hanya tinggal copas saja!
Mungkin antum berkata, “Akan tetapi ust. Saya
khawatir kalau asal share ternyata keliru.”
Ya betul. Kita harus pilah-pilih materi, yaitu
dengan menshare materi akidah yang shahih, hadits yang shahih, ibadah yang ada
dalilnya, materi dakwah yang lembut dalam memberikan pengarahan, dsb.
Penulis sudah siapkan buat antum
materi-materi yang insya Allah sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam yang shahih dengan pemahaman Salafush Shalih
(generasi Islam terdahulu), yaitu di blog sederhana milik penulis:
Atau web-web para asatidzah lainnya.
Atau jika antum ingin taushiyah singkat,
antum bisa join/bergabung di telegram penulis:
atau di telegram, kemudian langsung cari: wawasan_muslim
Insya Allah, anda akan sering mendapatkan
taushiyah dari penulis.
Akan tetapi pesan saya kepada Anda
sebagaimana pesan Abu Hanifah rahimahullah,
إِذَا
قُلْتُ قَوْلاً يُخَالِفُ كِتَابَ اللهِ تَعَالَى وَخَبَرَ الرَّسُوْلِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاتْرُكُوْا قَوْلِيْ
"Jika
aku mengatakan sebuah perkataan yang menyelisihi kitab Allah Ta'ala dan berita
dari Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku."
Boleh jadi, lewat anda Allah memberikan
hidayah-Nya kepada masyarakat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
فَوَاللَّهِ،
لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا ؛ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ
لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
"Demi
Allah, jika Allah memberikan hidayah kepada seorang saja lewat engkau, itu
lebih baik daripada engkau memperoleh unta merah.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Dakwah Butuh Sokongan Dana
Para orang kaya hendaknya membantu dakwah,
baik membiayai pengiriman para da’i maupun membantu menyebarkan ilmu syar’i
dengan harta mereka, dan ini merupakan ladang amal mereka. Orang-orang kafir
saja rela mengeluarkan hartanya di jalan yang batil, maka mengapa mereka berat
mengeluarkannya di jalan yang benar yang menghasilkan pahala yang berlipat
ganda. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ
اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ
كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir
menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka
menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan
dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,” (Qs. Al Anfaal: 36)
Hendaknya mereka juga ingat firman Allah
Ta’ala,
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا
كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada
Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah
akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.” (Qs. Al Baqarah: 245)
Khatimah (Penutup)
Jika Anda merasakan kebosanan dalam berdakwah,
maka ketahuilah Nabi Nuh alaihis salam berdakwah siang dan malam selama 950 tahun
(lihat QS. Al Anbiya: 14)
Jika Anda merasa putus asa ingin meninggalkan
dakwah karena sedikit pengikut, maka ketahuilah bahwa ada nabi yang pengikutnya
hanya dua orang, satu orang, dan bahkan ada nabi yang tidak punya pengikut.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ،
فَجَعَلَ يَمُرُّ النَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلُ، وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلاَنِ،
وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّهْطُ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ،
"Ditunjukkan
kepadaku umat-umat, lalu ada Nabi yang lewat bersama dengan seorang pengikut.
Ada pula Nabi bersama dengan dua orang pengikut, ada pula Nabi bersama dengan
beberapa orang pengikut, dan ada pula Nabi tanpa ada pengikut." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan, bahwa keberhasilan dalam dakwah bukanlah tergantung banyaknya yang mau
mengikuti atau tidak, tetapi sudahkah kita menyampaikan dan menegakkan hujjah
kepada mereka atau tidak. Jika sudah, maka berarti kita sudah berhasil dalam
berdakwah.
Jika Anda merasakan kemalasan dalam
berdakwah, maka setan dari kalangan jin dan manusia tidak malas mengajak
manusia kepada kesesatan.
Jika Anda mendapatkan gangguan dalam dakwah,
dituduh yang bukan-bukan, disakiti, atau bahkan diusir dari kampung halaman,
maka para nabi mendapatkan yang lebih dahsyat dari itu. Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam dituduh sebagai pendusta dan pesihir (lihat Qs.
Shaad: 4), sebagai orang gila dan dukun (lihat Qs. Ath Thuur: 52), penyair
(lihat Qs. Ash Shaaffat: 36) dan tuduhan-tuduhan lainnya, bahkan sampai diusir
ketika berdakwah di Thaif.
Maka dari itu,
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ
فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (127) إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ
هُمْ مُحْسِنُونَ (128)
“Bersabarlah dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (berpalingnya)
mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.--Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Qs. An Nahl: 127-128)
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina
Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar