بسم الله الرحمن الرحيم
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Seorang Pendidik
Segala
puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat,
amma ba'du:
Risalah
ini ditulis untuk menerangkan, bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah seorang pendidik; bahkan pendidik terbaik secara mutlak,
sekaligus menerangkan beberapa contoh praktek Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam mendidik dan mengajar. Semoga Allah menjadikan risalah ini ditulis
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamiin.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut Allah Azza wa jalla
sebagai pendidik
Allah Subhaanahu wa
Ta’ala berfirman,
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ
آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُواْ تَعْلَمُونَ
"Sebagaimana
(kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami juga telah mengutus
kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, menyucikan
kamu, dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui." (QS. Al Baqarah:
151)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا، وَلَا مُتَعَنِّتًا،
وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
"Sesungguhnya Allah tidak
mengutusku untuk memberatkan dan tidak sebagai orang yang memberatkan diri,
akan tetapi Dia mengutusku sebagai pendidik dan pemberi kemudahan." (HR.
Muslim)
Ayat dan hadits di atas di antara
sekian dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah seorang pendidik, dan di antara kelebihan pendidikan serta pengajaran
Beliau adalah, Beliau tidak hanya memperhatikan aspek pengetahuan (kognitif),
tetapi memperhatikan pula aspek sikap (afektif). Oleh karenanya para sahabat
sebagai peserta didik Beliau menjadi generasi terbaik karena baiknya lahiriah dan
batiniah mereka. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ
"Kalian adalah sebaik-baik umat"
(QS. Ali Imran: 110)
Beliau menanamkan kepada para
sahabatnya sifat-sifat terpuji. Coba perhatikan salah seorang murid hasil
didikan Beliau yang kemudian menjadi gubernur Basrah, yaitu Utbah bin Ghazwan
radhiyallahu ‘anhu, ia pernah berkhutbah setelah memuji Allah dan
menyanjung-Nya, “Amma
ba’du, sesungguhnya dunia telah memberitahukan akan kefanaannya dan akan pergi
dengan segera, dan tidak tersisa kecuali seperti sisa air dari wadah yang
dikumpulkan pemiliknya. Sesungguhnya kalian akan berpindah dari dunia ke tempat
yang tidak akan binasa, maka pindahlah dengan membawa amal yang terbaik yang
bisa kalian siapkan. Sesungguhnya telah diberitahukan kepada kami, bahwa batu
jika dijatuhkan dari tepi neraka Jahannam akan jatuh selama tujuh puluh tahun,
namun belum sampai ke dasarnya. Demi Allah, neraka itu akan dipenuhi. Apakah
kalian heran? Sesungguhnya telah disampaikan kepada kami bahwa jarak antara dua
daun pintu surga sejauh jarak perjalanan 40 tahun. Pada suatu saat akan tiba
hari ia didatangi oleh banyak orang dengan berdesakan. Sungguh, aku melihat
diriku adalah salah seorang dari tujuh orang yang bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu, kami tidak mempunyai makanan selain
dedaunan pohon sehingga rahang kami terluka. Aku pernah menemukan kain selimut,
lalu aku belah menjadi dua bagian; untukku dan untuk Sa’ad bin Malik; aku pakai
separuhnya, sedangkan Sa’ad bin Malik memakai separuhnya lagi. Namun pada hari
ini, tidak ada seorang pun dari kami kecuali telah menjadi salah seorang
gubernur di beberapa negeri. Aku berlindung kepada Allah merasa besar dalam
diriku, namun hina di sisi Allah.” (Diriwayatkan oleh Muslim)
Pendidik harus berakhlak mulia
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam sebagai seorang pendidik adalah seorang yang berakhlak mulia.
Oleh karena kemuliaan akhlak Beliau, Allah Azza wa Jalla sampai memujinya dalam
kitab-Nya,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
„Dan Sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung.“ (QS. Al Qalam: 4)
Demikian juga menyuruh
umat Beliau untuk meneladani Beliau shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana
firman-Nya,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
„Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.“ (QS. Al Ahzaab: 21)
Mengapa seorang
pendidik harus berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur? Jawabanya
adalah, karena pendidik itu adalah seorang figur yang akan ditiru oleh
murid-muridnya, bagaimana murid-muridnya akan berakhlak mulia ketika gurunya
berakhlak buruk?
Dan perlu diperhatikan
oleh setiap pendidik, bahwa ketika ia mencontohkan perbuatan buruk kepada
murid-muridnya, maka dia harus siap menerima dosa dirinya dan dosa
murid-muridnya yang mengikuti jejaknya. Sebaliknya, ketika ia mencontohkan
perbuatan baik kepada murid-muridnya, maka dia mendapatkan pahala dirinya dan
pahala murid-muridnya yang mengikuti jejaknya. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ
فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ
بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
“Barang siapa mencontohkan dalam Islam contoh yang baik, maka ia
akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkan setelahnya. Barang
siapa yang mencontohkan sunnah yang buruk, maka ia akan menanggung dosanya dan
dosa orang yang mengamalkan setelahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari
dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim)
Beberapa akhlak yang
perlu dimiliki pendidik
Kepribadian dan akhlak Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam yang mulia dan agung sangat banyak. Di sini, kami sebutkan beberapa
akhlak Beliau yang dibutuhkan oleh setiap pendidik.
1.
Hirsh (perhatian)
Allah Azza wa Jalla
berfirman,
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, sangat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin." (QS. At Taubah: 128)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, "Wahai Abu Dzar,
sesungguhnya saya melihat dirimu lemah dan saya menginginkan untukmu sesuatu
yang sama untukku." (HR. Muslim)
«إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ أُمَّتِي كَمَثَلِ
رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا، فَجَعَلَتِ الدَّوَابُّ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهِ،
فَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ وَأَنْتُمْ تَقَحَّمُونَ فِيهِ»
"Sesungguhnya
perumpamaan diriku dengan umatku adalah seperti seorang yang menyalakan api.
Ketika itu binatang dan laron berjatuhan ke dalamnya. Aku menahan kalian, namun
kalian malah melemparkan diri ke dalamnya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
2.
Lembut dalam
memberikan pengarahan
Di antara
kelembutan Beliau lainnya adalah memperlihatkan kecintaan kepada para
sahabatnya sampai masing-masing di antara mereka mengira bahwa dirinyalah yang
dipilih Beliau. Amr bin 'Ash pernah berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam biasa menghadapkan muka dan pembicaraannya kepada orang yang bersikap
buruk untuk melembutkan hatinya. Beliau pernah menghadapkan muka dan
mengarahkan pembicaraannya kepadaku sehingga aku mengira bahwa diriku adalah
orang yang paling baik. Aku pun berkata, "Wahai Rasulullah, aku lebih baik
ataukah Abu Bakar?" Beliau menjawab, "Abu Bakar." Aku bertanya
lagi, "Wahai Rasulullah, aku lebih baik ataukah Umar?"....dst.(HR.
Tirmidzi dalam Asy Syama’il, dan dihasankan oleh Al Albani).
Jarir bin Abdullah
Al Bajalliy pernah berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak
pernah menutup dirinya dariku sejak aku masuk Islam, dan tidaklah Beliau
melihatku kecuali selalu bersenyum di hadapanku." (HR. Bukhari)
Anas berkata,
"Demi Allah, aku telah melayani Beliau selama sembilan tahun. Aku belum
pernah melihat Beliau mengatakan terhadap perbuatan yang aku lakukan, "Mengapa
kamu melakukan perbuatan ini dan itu?" Atau mengatakan terhadap
perbuatan yang tidak aku lakukan, "Mengapa kamu tidak melakukan
perbuatan ini dan itu? " (HR. Muslim. Dalam sebuah riwayat Ahmad
disebutkan, "Beliau tidak mengatakan kepadaku kata-kata "ah").
3.
Tawadhu'
Termasuk akhlak
yang patut dimiliki pendidik adalah bersikap tawadhu' dengan murid-muridnya.
Oleh karena itu, ia memperhatikan keadaan muridnya yang lemah, terhadap murid
tersebut ia perlu memberikan tambahan penjelasan, penjabaran, dan tambahan
waktu.
Abu Rifa'ah pernah
berkata, "Saya pernah datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di
saat Beliau sedang berkhutbah, lalu saya berkata, "Wahai Rasulullah, ada
orang asing yang datang untuk bertanya tentang agamanya; ia tidak mengetahui
apa agamanya?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang
menghampiriku dan meninggalkan khutbahnya. Ketika telah sampai di dekatku, Beliau
siapkan kursi yang sepertinya kaki-kaki kursi tersebut terbuat dari besi, lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di atasnya dan mengajarkan
kepadaku ilmu yang diajarkan Allah kepadanya. Setelah itu, Beliau mendatangi
khutbahnya dan melanjutkan kembali." (HR. Muslm)
Praktek Mengajar
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dalam mengajar, banyak cara yang
dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah:
a.
Membuatkan
perumpamaan
Contohnya
sangat banyak. Terkadang Beliau
mengumpamakan orang mukmin dengan pohon kurma (HR. Bukhari),
pengumpamaan kawan yang buruk dengan tukang besi (HR. Bukhari), dll.
b.
Mengajukan
pertanyaan
Contohnya
pun banyak. Misalnya sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Tahukah
kalian siapakah orang bangkrut?" (HR. Muslim), sabda Beliau, "Tahukah
kalian apa ghibah itu?" (HR. Muslim) dan sabda Beliau, "Tahukah
kalian hari apa ini?" (HR. Bukhari)
c.
Menyebutkan sesuatu
tiba-tiba atau memberitakan sesuatu tiba-tiba tanpa diawali pengantar dahulu
(dengan maksud agar seseorang lebih serius menyimak)
Contoh
dalam hal ini juga banyak. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda, "Rugilah seseorang, rugilah seseorang dan rugilah seseorang.
Lalu ada yang bertanya, "Siapakah wahai Rasulullah?" Beliau bersabda,
"Yaitu orang yang mendapatkan kedua orang tuanya sudah tua atau salah
satunya, namun tidak memasukkannya ke surga." (HR. Muslim)
d.
Sedikit kata-kata,
pelan-pelan, dan mengadakan pengulangan agar benar-benar menancap di hati
pendengar
Aisyah
radhiyallahu 'anha berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
jika menyampaikan hadits, jika
seandainya ada orang yang mau menghitung kata-katanya tentu bisa
menghitung." (HR. Abu Dawud)
Anas
radhiyallahu 'anhu berkata, "Beliau apabila mengucapkan salam,
mengucapkannya sebanyak tiga kali dan bila mengucapkan kata-kata, mengulanginya
tiga kali." (HR. Bukhari. Dalam sebuah riwayat Bukhari ada tambahan,
"Sampai dapat dipahami.").
Wa shallallahu ‚alaa
Nabiyyinaa Muhammad wa alaa alihi wa shahbihi wa sallam wal hamdulillahi Rabbil
alamin.
Marwan bin Musa
Maraji‘: Maktabah Syamilah versi 3.45, An Nabi Mu’alliman (Dr.
Munqidz As Saqqar), dll.
0 komentar:
Posting Komentar