بسم الله الرحمن الرحيم
Rumahku Surgaku
(Manajemen Rumah Islami)
Segala puji bagi Allah
Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan rumahku
surgaku, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
Maksud ‘Rumahku Surgaku’
Maksud ‘rumahku surgaku’ oleh
penulis bukanlah rumah yang mewah, memuat berbagai perabotan yang lengkap, dsb.
Bukan itu yang dimaksud.
Karena jika maksudnya demikian,
sungguh sangat kasihan mereka yang miskin, yang rumahnya sempit, kecil, dan
tidak memuat berbagai perabotan,
Bahkan maksud ‘rumahku surgaku’
adalah rumah tangga yang sejalan dengan ajaran Islam atau rumah
yang dikondisikan agar lingkungan rumah dan setiap anggota keluarga (anak,
istri, dan suami) berada di atas ajaran Islam agar rumah tersebut dimasuki
malaikat rahmat, dan semua anggota keluarga dapat bersama-sama masuk ke surga.
Jelas sekali, ini adalah tugas utama
seorang suami sebagai kepala keluarga yang menjadi mas’ul (pemimpin dan
penanggung jawab), yakni membawa seluruh anggota keluarga ke surga,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ
بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ،
“Seorang
laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta
pertanggungjawaban tentang mereka.” (Hr. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Umar)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman memerintahkan kaum mukmin untuk memperhatikan
keluarganya dan membimbing mereka ke surga, Dia berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu.” (Qs. At Tahrim:
6)
Bagaimana mengkondisikan agar suasana
rumah menjadi islami?
Di sini penulis hanya menyebutkan
poin-poinnya saja berikut dalilnya tanpa menjelaskan panjang lebar, untuk mudah
diingat dan diamalkan, semoga Allah memberikan kita taufiq-Nya kepada hal yang
diridhai-Nya, aamin.
1. Berdoa kepada Allah Azza wa Jalla
untuk kebaikan semua anggota keluarga.
Allah Azza wa Jalla berfirman
menyifati hamba-hamba pilihan-Nya (ibadurrahman),
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata, "Ya
Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri Kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.” (Qs. Al Furqan: 74)
2. Memilih istri yang salehah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
تُنْكَحُ اَلْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ : لِمَالِهَا ,
وَلِحَسَبِهَا , وَلِجَمَالِهَا , وَلِدِينِهَا , فَاظْفَرْ بِذَاتِ اَلدِّينِ
تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita itu
dinikahi karena empat hal; karena hartanya, karena keturunannya, karena
kecantikannya dan karena agamanya, pilihlah yang baik agamanya, niscaya kamu
selamat.” (Hr. Bukhari-Muslim)
3. Bekali diri dengan ilmu syar’i.
4. Singkirkan patung, salib, gambar-gambar
dan lukisan makhluk bernyawa.
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّ
الْمَلَائِكَةَ لَا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ
“Sesungguhnya malaikat tidak akan memasuki
rumah yang ada anjing dan gambarnya.” (Hr. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al
Albani)
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يَتْرُكُ فِي بَيْتِهِ شَيْئًا فِيهِ تَصَالِيبُ إِلَّا
نَقَضَهُ
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak pernah membiarkan di rumahnya ada sesuatu yang berbentuk salib,
kecuali Beliau mematahkannya.” (Hr. Bukhari)
5. Suruh semua anggota keluarga shalat.
Allah Ta’ala berfirman,
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ
نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami
tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat
(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Qs. Thaahaa: 132)
Menyuruh anak shalat menghendaki
kita untuk mengajarkan kepada mereka wudhu dan shalat.
Tanya mereka ‘Sudah shalat atau belum?”
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
«مُرُوا
أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ
عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ»
“Suruhlah anak-anakmu shalat ketika
usianya tujuh tahun, pukullah mereka jika meninggalkannya saat usianya sepuluh
tahun, dan pisahkanlah tempat tidurnya.” (Hr. Abu Dawud, dinyatakan hasan
shahih oleh Al Albani)
Faedah:
Ada seorang
wanita yang bertanya, "Wahai Syaikh,
anak-anakku tidurnya kuat sehingga aku tidak berhasil membangunkan
mereka shalat Subuh, bagaimana
solusinya?"
Syaikh menjawab, "Jika AC terbakar dan api berkobar, apa
sikap yang engkau lakukan?"
Wanita itu
berkata, "Tentu aku akan bangunkan mereka. "
"Bagaimana
jika tidur mereka sangat kuat,"
tanya Syaikh.
Wanita itu
menjawab, "Demi Allah, aku akan
bangunkan mereka meskipun harus menyeret mereka melalui lehernya."
Syaikh berkata, "Jika untuk
menyelamatkan mereka dari api dunia engkau harus melakukan seperti itu, maka lakukanlah hal yang sama untuk
menyelamatkan mereka dari api akhirat (neraka)."
6. Suruh mereka membaca Al Qur’an
dan membaca hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاذْكُرْنَ
مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ
كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
“Dan ingatlah apa yang dibacakan di
rumahmu dari ayat-ayat Allah dan Hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah
adalah Mahalembut lagi Mahamengetahui.” (Qs. Al Ahzaab: 34)
Oleh karena itu, engkau harus
menyiapkan Al Qur’an dan terjemahnya, lebih baik lagi dengan tafsirnya.
Demikian pula engkau perlu menyiapkan buku yang memuat hadits Nabi shallallahu
alaihi wa sallam seperti hadits Al Arba’in
dan Riyadhush Shalihin, lebih baik lagi dengan syarahnya.
Tanya juga mereka ‘Sudah baca Al
Qur’an atau belum?
7. Suruh anakmu menghafal Al Qur’an
Hal ini menghendaki kita orang tua
untuk mengajarkan membaca Al Qur’an dengan baik, seperti membelikan buku iqro’,
menyimak bacaan mereka, mentalqin (mengajarkan cara membaca), dsb. Berilah
hadiah ketika mereka berhasil menghafalkan Al Qur’an.
8. Ikutkan istrimu denganmu ketika
mengaji, atau ikutkan istrimu dengan majlis taklim kaum ibu.
9. Ikutkan anakmu denganmu ketika
mengaji, atau ikutkan anakmu dalam TPA.
Imam Syafi’i rahimahullah
berkata, "Jika engkau menginginkan kebaikan dan kesalehan untuk hatimu,
anakmu, saudaramu, atau siapa saja yang engkau inginkan kesalehannya, maka
titiplah ia di taman-taman Al Quran dan tinggal di antara para penghapal Al
Quran, niscaya Allah akan memperbaiki keadaannya dengan izin-Nya, baik ia
menghendakinya maupun tidak." (Hilyatul Auliya karya Abu Nu'aim
9/123)
10. Buat ceklis amaliyyah harian dan
suruh mereka mengisinya
Berikut Contohnya:
No. |
Amaliyyah |
Ket. |
1 |
Shalat
5 waktu |
|
|
Shalat
Tepat Waktu |
|
|
Berjamaah |
|
2 |
Shalat
Sunah |
|
|
Rawatib |
|
|
Dhuha |
|
|
Witir |
|
3 |
Membaca
Al Qur'an |
|
4 |
Menghafal
Al Qur'an |
|
5 |
Muroja'ah
Al Qur'an |
|
6 |
Puasa
Ramadhan |
|
7 |
Puasa
Sunah |
|
8 |
Belajar/membaca
buku agama |
|
9 |
Menghafal hadits/doa harian |
|
10 |
Mempraktikkan
doa harian |
|
11 |
Hadir/Menyimak
Kajian |
|
12 |
Membantu
Orang Tua/Orang Lain |
|
13 |
Bersedekah |
|
14 |
Beramal
Saleh/Berakhlak Mulia |
|
|
|
|
11. Jangan memberikan contoh yang
buruk kepada anak, seperti tidak mau shalat berjamaah, jarang membaca Al Qur’an,
berkata kotor, merokok, dll.
12. Ajarkan mereka akidah, ibadah,
adab dan akhlak sebagaimana Lukman mengajarkannya kepada anaknya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ
لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ
تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي
الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (15) يَا بُنَيَّ
إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ
فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ
خَبِيرٌ (16) يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
(17) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19)
Dan
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah
adalah benar-benar kezaliman yang besar" (13) Dan Kami perintahkan
kepada manusia berbuat baik kepada kedua orang orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun .
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (14) Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (15)--Luqman melanjutkan kalimatnya lagi, "Wahai anakku! Sesungguhnya
jika ada seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau
di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (16) Wahai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah
mengerjakan yang baik dan cegahlah dari
perbuatan yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.
Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan .(17) Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (18) [Qs. Luqman: 13-18].
13. Tanggap terhadap kemungkaran
yang mereka lakukan dan jangan biarkan.
Jangan biarkan anakmu makan tangan
kiri, berkata dusta, menunda shalat, dsb.
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
*
“Barang siapa di antara kamu yang melihat
kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan
lisannya dan jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah
iman.” (Hr. Muslim)
14. Mencari lingkungan yang baik,
termasuk di dalamnya mencarikan sekolah yang Islami, seperti SDIT da Pesantren.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«الرَّجُلُ
عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ»
“Seseorang
mengikuti agama kawannya, maka hendaknya salah seorang di antara kamu melihat
siapa yang menjadi kawannya." (HR. Abu Dawud dan Tirmizi, dihasankan oleh
Al Albani)
15. Membiasakan adab Islami kepada
anak
Misalnya mengajarkan adab makan, adab
mengucapkan salam, adab bersin, adab di majlis, adab menguap, adab ketika
tidur, adab berbicara, adab buang air dsb.
16. Mencegah anak berprilaku seperti
wanita atau anak wanita berprilaku seperti anak laki-laki.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَعَنَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنْ الرِّجَالِ
وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ النِّسَاءِ وَقَالَ أَخْرِجُوهُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ
قَالَ فَأَخْرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فُلَانًا وَأَخْرَجَ
عُمَرُ فُلَانًا
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma,
ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang
bertingkah laku seperti perempuan dan wanita yang bertingkah laku seperti
laki-laki. Beliau bersabda, “Keluarkanlah mereka dari rumahmu.” Ibnu Abbas
berkata, “Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengeluarkan si fulan, dan
Umar juga mengeluarkan si fulan.” (Hr. Bukhari)
17. Bersikap adil terhadap
anak-anaknya.
Contoh tidak bersikap adil terhadap
anak-anak adalah seorang ayah melebihkan sebagian anak dalam pemberian dengan
meninggalkan yang lain, perbuatan ini hukumnya adalah haram kecuali jika
maksudnya membantu karena anak tersebut tidak mampu dengan syarat orang tua
memiliki niat di hatinya jika anak yang lain tidak mampu juga maka akan
diberikan hal yang sama. Namun perlu dibedakan antara nafkah dengan hibah,
karena nafkah masing-masing anak biasanya berbeda.
Terhadap pemberian atau hibah yang
tidak adil Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اَلَيْسَ يَسُرُّكَ
اَنْ يَكُوْنُوْا اِلَيْكَ فىِ الْبِرِّ سَوَاءً
“Bukankah kamu suka, jika mereka sama-sama
berbakti kepadamu?” (HR. Ahmad dan Muslim)
18. Melatih anak berpuasa di bulan
Ramadhan.
Rubayyi’ binti Mu’awwidz pernah berkata,
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim seseorang pada pagi hari
Asyura (10 Muharram) ke desa-desa Anshar (untuk menyerukan), "Bahwa
siapa yang tidak berpuasa sejak pagi hari maka dia harus menggantinya pada hari
yang lain, dan siapa yang sudah berpuasa sejak pagi hari maka hendaklah dia
melanjutkan puasanya". Dia (Ar Rubai' binti Mu'awwidz) berkata,
"Setelah itu kami selalu berpuasa dan kami juga mendidik anak-anak kecil
kami untuk berpuasa dan kami sediakan untuk mereka semacam alat permainan
terbuat dari bulu domba, apabila seorang dari mereka ada yang menangis meminta
makan maka kami beri dia permainan itu. Demikianlah terus kami lakukan hingga
tiba waktu berbuka." (Hr. Bukhari-Muslim)
19. Mengajarkan anak meminta izin
ketika masuk ke kamar orang tua.
Islam
menyuruh para orang tua mengajarkan anak meminta izin jika masuk ke kamar orang
tua, khususnya pada tiga waktu; sebelum shalat Subuh, pada siang hari (pada
saat tidur siang) dan setelah shalat Isya, lihat Qs. An Nuur: 58.
20. Menanamkan
rasa cinta kepada Allah dan RasulNya.
Cara menanamkan rasa cinta kepada Allah
adalah dengan mengajak anak memperhatikan nikmat-nikmat Allah yang diberikan
kepadanya, misalnya ketika ayah dengan anaknya sedang menikmati makanan, lalu
ayah bertanya, “Nak, tahukah kamu siapa yang memberikan makanan ini?” anak lalu
berkata, “Siapa, yah?” Ayah menjawab, “Allah, Dialah yang memberikan rizki
kepada kita dan kepada semua manusia.”
Dengan cara seperti ini Insya Allah
rasa cinta kepada Allah akan tertancap di hati anak.
Sedangkan
cara menanamkan rasa cinta kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam
adalah dengan menceritakan kepada anak sirah atau sejarah hidup Beliau, akhlak
Beliau, dsb.
21.
Menyiapkan perpustakaan Islami di rumah
Siapkan buku-buku seperti Al Qur’an
dan Tafsirnya, Aqidah Shahihhah, Fiqih, hadits dan syarahnya, sirah, adab dan
akhlak, dsb. Pilih yang muyassar atau
ringan agar mudah dibaca mereka.
Wallahu
a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa
sallam.
0 komentar:
Posting Komentar