بسم الله الرحن الرحيم
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ
غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Berapa banyak terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar." (Qs. Al Baqarah: 249)
*Ksatria itu bernama Aleb Arslan,
Pemimpin Daulah Saljuk*
Seorang yang berhasil bersama
pasukannya -dengan izin Allah- menghadang serbuan pasukan besar Eropa ke negeri-negeri
Islam
Pada tahun 1071 M atau 463 H pasukan
Eropa berkumpul dalam jumlah 600.000 personil yang dilengkapi 1.000 manjanik
(senjata tempur zaman dahulu seperti ketapel besar), dimana setiap Manjenik
ditarik oleh seratus sapi dengan maksud untuk merobohkan Ka’bah dan menghabisi
wilayah Islam bagian timur.
Hadir dalam pasukan itu Paus dan
35.000 komandan pasukan yang dilengkapi pasukan besar, persenjataaan,
perlengkapan, dan berbagai peralatan perang. Mereka juga mengumumkan sebagai ‘perang
suci’ dan siap menuju negeri-negeri Islam untuk menghabisi kaum muslimin.
Saat itu kekhilafahan Bani
Abbasiyyah berada dalam kondisi yang sangat lemah dan kekurangan. Ketika itu
pasukan khalifah hanya memiliki 3000 tentara; yang keadaannya tidak
diperhitungkan selain mengandalkan doa kaum muslimin untuknya pada hari Jumat.
Meskipun begitu, ada sebuah
pemerintahan kecil yang bernama Daulah Saljuk yang menjaga perbatasan wilayah
khalifah dengan menghalangi serangan pasukan Bizantium dan terkadang mereka
terpukul mundur. Ketika itu pemimpin pasukan Saljuk adalah seorang pemuda
bernama Aleb Arslan yang dalam bahasa Arab artinya singa yang pemberani.
Kstaria ini (Aleb Arslan) baru
pulang dari Khurasan (wilayah yang meliputi Iran, Afganistan,
Tajikistan, Turkmenistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan) setelah perang dengan
membawa pasukan berjumlah 21.000 personel yang keadaannya antara mendapatkan
luka-luka dan kehilangan senjata. Ketika ia mendengar pasukan salibis datang,
maka ia segera kembali dan berusaha membujuk Armenus (Romanos) kaisar Bizantium
untuk tidak melakukan penyerangan ke wilayah Islam dengan berbagai cara seperti
dengan menarik diri dari wilayah kekuasaannya, atau dengan pajak yang akan
diserahkannya, atau dengan pemberian ghanimah dan harta.
Akan tetapi kaisar Romawi itu
tetap menolak dan memberitahukan bahwa kedatangan pasukan besar itu dengan
segala perlengkapannya tidak dapat diimbangi dengan harta kaum muslimin yang
ada ketika itu, dan keinginan utamanya adalah untuk menghabisi kaum muslimin
dan tempat-tempat suci mereka di Palestina dan Hijaz (wilayah Arab Saudi).
Ksatria ini ternyata gagal
membujuk kaisar, maka ia mengirim surat kepada khalifah untuk meminta bantuan,
namun khalifah tidak bisa membantu karena keadaan yang lemah dan sedikitnya
tentara.
Saat itu Aleb Arslan berusaha
membangkitkan semangat kaum muslimin dan mengirimkan beberapa utusan ke
negeri-negeri Islam, namun tidak ada yang menyambutnya kecuali sedikit, maka
Aleb Arslan mendatangi gurunya bernama Abu Nashr Muhammad bin Abdul Malik Al
Bukhari meminta sarannya terkait musibah besar yang melanda negeri-negeri
Islam, lalu gurunya mendorongnya untuk berjihad dan membela agama
Allah dengan kemampuan yang ada.
Saat itulah Aleb Arslan keluar
dengan membawa pasukan kecil dan memberitahukan, bahwa barang siapa yang ingin
berjihad, maka hendaknya ia tetap bersamanya, dan barang siapa yang ingin
pulang, maka sampaikan uzurnya kepada Allah dan silahkan pulang.
Ketika itu gurunya berkata di
tengah pasukannya, “Ini adalah hari di antara hari-hari Allah; bukan kesempatan
untuk sombong apalagi terpedaya, dan tidak ada yang mempertahankan agama Allah,
kehormatan darah kaum mulimin, dan tempat-tempat suci mereka di dunia ini –
saat itu- selain usaha dan iman kalian.”
Gurunya juga berkata kepada Aleb Arslan,
“Jadikan perang ini pada hari Jumat agar kaum muslimin berkumpul untuk kita,
serta para khatib mendoakan kita dalam shalat Jumat.”
Setelah menerima nasihat yang memuat
sebab kemenangan baik secara lahir maupun batin, dimana para mujahid butuh
dukungan moril seperti doa sebagaimana mereka juga butuh dukungan materil seperti
pedang dan tombak, maka pada hari Jumat tanggal 7 Dzulqa’dah tahun 463 H
bertepatan dengan 26 Agustus 1071 M Aleb Arslan bangkit dan shalat bersama kaum
muslimin yang ada sambil menangis dengan khusyu dan berdoa kepada Allah dengan
lamanya seraya bersujud dengan merendahkan diri kepada Allah, memohon
pertolongan-Nya, lalu ia ikat bagian ekor kudanya dengan kedua tangannya dan
berkata kepada pasukannya,
“Barang siapa yang ingin pulang,
silahkan pulang karena tidak ada kekuasaan di sini kecuali milik Allah.”
Kemudian ia menaiki kudanya dan
menyeru dengan suara tinggi di medan peperangan,
“Kalau aku kalah, maka aku tidak
akan kembali selamanya, karena medan perang nanti akan menjadi kuburku.”
Dengan cara seperti itu, maka
dengan izin Allah, Aleb Arslan berhasil merubah 21.000 personel pasukan menjadi
21.000 singa.
Di sebuah tempat bernama
Maladzkard (Malazgirt, wilayah Turki bagian tenggara), Aleb Arslan membagi
pasukannya, mengelompokkan, dan menyusun barisan pemanah di antara dua bukit,
sedangkan dirinya maju dengan pasukan yang bersamanya menghadang pasukan musuh dari
Romawi Bizantium di saat sisa pasukan Eropa mundur. Saat itulah pasukan Romawi
dalam jumlah 60.000 personel menyerbu, sehingga Aleb Arslan bersama pasukannya terpaksa
mundur dan menarik diri di antara dua bukit yang ada. Dari situlah ia keluar,
dan pasukan di belakangnya menyebar, ia juga membagi pasukannya ke dalam
beberapa kelompok untuk menghadang pasukan musuh yang maju, sebagian pasukannya
maju dan berkeliling di pinggir bukit, dan jalan di depan musuh ditutup
sehingga semua jalan tertutup, sedangkan pasukan kaum muslimin yang berada di
bawah pimpinan Aleb Arslan berhasil mengepung musuh dan menyergap mereka dengan
penyergapan yang paling ketat dalam sejarah perang.
Masuklah ketika itu pasukan
Bizantium, sedangkan Aleb Arslan menunggu mereka memenuhi jalur bukit itu, lalu
ia berisyarat kepada regu pemanah dan menghujani musuh dengan panah layaknya seperti
hujan yang turun.
Ketika itu, regu pemanah itu
adalah regu pemanah luar biasa –sebagaimana yang diceritakan Mahmud Syit
Khaththab-, mereka mampu menghabisi 60.000 pasukan musuh dalam waktu kurang lebih
2 jam, ketika ada yang berusaha naik maka mereka hujani dengan panah, sedangkan
yang berusaha keluar, maka diserang oleh pasukan Aleb Arslan.
Ketika itulah pasukan Eropa merasakan
kekalahan yang luar biasa, maka pasukan Armenia, Georgia, dan Rusia bergerak maju,
lalu mereka diserang oleh pasukan depan Aleb Arslan.
Terjadilah perselisihan antara
para komandan pasukan Eropa, mereka saling menyalahkan dan timbullah keretakan
dalam pasukan, kemudian mereka pun kembali ke negeri mereka dalam keadaan kalah
dan meninggalkan sisa pasukan Bizantium yang kemudian dihabisi oleh pasukan Saljuk
Aleb Arslan. Kaisar Bizantium ketika itu pun ditawan.
Bayangkan bagaimana bisa pasukan
yang berjumlah 21.000 berhasil mengalahkan pasukan besar Eropa dalam jumlah 600.000
yang haus darah dan penuh dendam? Itu adalah dengan izin Allah. Oleh karena
itu, orang yang mulia adalah orang yang dimuliakan Allah dan orang yang hina
adalah orang yang dihinakan Allah. Banyaknya pasukan tidaklah berguna apa-apa
jika tidak mendapat pertolongan Allah, dan pasukan kecil meskipun sedikit dapat
menang jika mendapat pertolongan-Nya.
Wa shallallahu alaa nabiyyina
Muhammad wa ‘alaa Alihi wa shahbihi wa sallam.
Diterjemahkan secara bebas dari
risalah yang dikirim Syaikh Walid Saif An Nashr oleh Marwan Hadidi .
Lihat Teks bahasa Arab di sini: https://t.me/wawasan_muslim/16497
0 komentar:
Posting Komentar