بسم
الله الرحمن الرحيم
Mari Berkaca Diri!
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Saudaraku, risalah ini ditulis karena rasa
sayang kepadamu dan karena keinginan agar engkau bahagia di dunia dan akhirat,
bukan karena rasa benci apalagi hendak mencela. Sama sekali tidak! Maka
terimalah dengan lapang dada.
Semua Umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Akan Masuk Surga
Selain Mereka Yang Enggan Masuk Surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى» ،
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: «مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ
الجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى»
“Setiap umatku akan
masuk surga selain orang yang enggan (masuk surga).” Para sahabat bertanya,
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang enggan itu?” Beliau menjawab, “Orang
yang taat kepadaku akan masuk surga dan orang yang durhaka kepadaku dialah
orang yang enggan (masuk surga).” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
Syarah Hadits
Hadits yang mulia ini
menegaskan kepada kita, bahwa pada hakikatnya orang yang taat kepada Allah dan
Rasul-Nya berarti ingin masuk surga, sedangkan mereka yang menolak taat kepada
Allah dan Rasul-Nya atau durhaka maka pada hakikatnya enggan masuk surga.
Imam Al Manawiy
rahimahullah dalam Faidhul Qadir menjelaskan, bahwa umat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini bisa maksudnya ummatud da’wah (non
muslim) maupun ummatul ijabah (orang muslim).
Jika maksudnya ummatud
da’wah yakni orang non muslim, ketika ia tidak mau memenuhi seruan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan masuk ke dalam Islam dan
mengamalkan ajaran-ajarannya, maka pada hakikatnya ia enggan masuk surga dan lebih
memilih masuk ke dalam neraka. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di hadits yang lain,
«وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا
يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ،
ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ
أَصْحَابِ النَّارِ»
“Demi Allah yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya,
tidaklah mendengar tentangku dari umat ini, baik ia orang Yahudi maupun
Nasrani, kemudian meninggal dunia dalam keadaan tidak beriman kepada agama yang
aku bawa melainkan termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Dan jika maksudnya adalah ummatul ijabah
(orang muslim), ketika ia meninggalkan
perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengerjakan
larangan-larangannya, maka pada hakikatnya ia enggan masuk surga dan lebih
memilih masuk neraka. Hal ini berdasarkan keumuman firman
Allah Ta’ala,
وَمَن
يَعْصِ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَاراً
“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka.” (QS. An Nisaa’: 14)
Hadits yang telah disebutkan sebelumnya juga menunjukkan, bahwa orang
yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya atau bertakwa, maka pada hakikatnya ingin
masuk surga.
Keutamaan Takwa
Saudaraku, menjalankan perintah-perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya atau yang disebut dengan Takwa
memiliki banyak keutamaan. Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjanjikan surga kepada
mereka yang bertakwa, Dia berfirman,
وَمَن
يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedangkan
mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisaa’: 13)
وَسَارِعُواْ
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Rabbmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa,” (QS. Ali Imran: 133)
Allah Subhaanahu wa Ta’ala juga menjanjikan jalan keluar terhadap semua
permasalahan yang dihadapinya selama di dunia jika seseorang bertakwa, Dia
berfirman,
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar.” (QS. Ath Thalaq: 2)
Bahkan Dia akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak
disangka-sangka. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. Ath Thalaq: 3)
Kalau pun keutamaan takwa hanya memasukkan seseorang ke dalam surga yang
penuh kenikmatan itu pun sudah cukup, lalu bagaimana jika ditambah dengan
kebahagiaan di dunia, mendapatkan jalan keluar terhadap semua problematika, dan
mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka? Oh, sungguh besar
sekali keutamaan takwa, namun banyak orang yang meninggalkannya.
Mari Berkaca Diri!
Saudaraku, sekarang mari kita menengok diri kita
masing-masing sebelum menengok orang lain; sudahkah kita menjalankan
perintah-perintah Allah, dan sudahkah kita menjauhi larangan-larangan-Nya?
Saudaraku, di hadapan kita ada perintah-perintah Allah
dan ada larangan-larangan-Nya. Jika kita menjalankan perintah-perintah Allah
dan menjauhi larangan-larangan-Nya, maka berarti kita adalah orang yang
bertakwa. Tetapi jika kita meninggalkan perintah-perintah Allah dan
mengerjakan larangan-larangan-Nya, maka berarti kita bukan orang bertakwa.
Perintah-perintah Allah ada dalam kitab-Nya dan
dalam Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula
larangan-larangan-Nya.
Perintah-perintah Allah misalnya tauhid (menyembah dan
mengarahkan berbagai bentuk ibadah hanya kepada Allah saja), berbakti kepada
orang tua, mendirikan shalat dan melaksanakannya dengan berjamaah, membayar
zakat, berpuasa Ramadhan, berbakti kepada orang tua, berhaji ketika mampu,
berkata jujur, menepati janji, menunaikan amanah, berbuat baik kepada orang
lain dan kepada tetangga, memakai jilbab bagi wanita, berakhlak mulia,
amar-ma’ruf (menyuruh orang lain mengerjakan perintah Allah), nahi-munkar
(melarang orang lain mengerjakan larangan Allah), bersabar terhadap musibah,
bersikap penyayang, menyambung tali silaturrahim, menyingkirkan hal yang
mengganggu dari jalan, menafkahi diri dan orang yang ditanggungnya dari harta
yang halal, peduli terhadap saudaranya yang sakit, yang kelaparan dan kehausan,
menjaga lisan dan tangannya dari mengganggu orang lain, dan sebagainya.
Sudahkah kita melakukannya?
Sedangkan larangan-larangan Allah misalnya syirk
(beribadah dan menyembah kepada selain Allah), mendatangi dukun dan peramal,
melakukan sihir, meyakini ramalan bintang (zodiak), memakai jimat, durhaka
kepada orang tua, meninggalkan shalat, enggan membayar zakat, meninggalkan
puasa Ramadhan, membunuh orang lain,
berzina, memutuskan tali silaturrahim, bermain judi, memakan riba,
menipu, mencuri, meminum minuman keras, berburuk sangka dan menuduh orang lain,
melakukan penganiayaan atau berbuat zalim, melakukan suap, menyerupai lawan
jenis (laki-laki menyerupai wanita atau sebaliknya), berduaan dengan wanita
yang bukan mahram dan menyentuhnya, berkata dusta, mengingkari janji,
berkhianat, berakhlak buruk kepada orang lain dan tetangga, bermusuhan, melepas
jilbab bagi wanita, membiarkan keluarganya bermaksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya (dayyuts), mengadu domba, ghibah, menggambar makhluk bernyawa,
bersikap sombong, menyakiti tetangga, mencaci-maki orang lain, memakai kain
melewati mata kaki, mengurangi takaran dan timbangan, tidak bersuci sehabis
buang air, memakai sutera dan perhiasan emas bagi laki-laki, meninggalkan
shalat berjamaah ketika azan memanggilnya untuk shalat, meninggalkan shalat Jum’at,
memata-matai kaum muslim dan mencari-cari kesalahan mereka, mengajarkan
perbuatan bid’ah (yang tidak dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam agama) kepada orang lain, menyambung rambut dan meminta disambung,
mentato dan minta ditato, dan
sebagainya. Sudahkah kita menjauhinya?
Jagalah Dirimu dan Keluargamu Dari Api Neraka
Saudaraku, jika diri kita telah melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka berarti kita telah menjaga diri
kita dari api neraka. Namun wahai saudaraku, di sana ada keluarga kita yang
perlu mendapatkan perhatian dari kita. Kebanyakan kita hanya memperhatikan
mereka dari sisi dunia, mencukupi kebutuhan duniawi semata, namun tidak
memperhatikan masalah ukhrawi; membiarkan keluarganya bergelimang di atas
maksiat dan tidak mengingkarinya padahal hal itu akan mencelakakan mereka dan
memasukkan mereka ke neraka.
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa sikap seperti ini
sebenarnya menunjukkan tidak adanya rasa sayang dalam diri kita kepada mereka.
Akankah kita biarkan mereka celaka? Akankah kita biarkan mereka masuk neraka?
Sungguh buruk dan jahat seorang yang membiarkan keluarganya; anak dan istrinya
celaka. Kita sebagai kepala keluarga adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban terhadap kepemimpinan kita terhadap mereka.
Saudaraku, betapa banyak kepala keluarga yang tidak
memperhatikan keselamatan keluarganya. Saat anaknya meninggalkan shalat, ia
biarkan begitu saja. Saat istri dan puterinya melepas jilbab, ia biarkan begitu
saja. Ketahuilah, sesungguhnya kepala keluarga yang seperti ini adalah kepala
keluarga yang tidak punya rasa sayang kepada keluarganya. Sekali lagi
ketahuilah, sesungguhnya kepala keluarga yang seperti ini adalah kepala
keluarga yang tidak punya rasa sayang kepada keluarganya.
Kalau sekiranya ia sayang kepada keluarganya, tentu
ia ingatkan mereka. Tentu ia suruh keluarganya; anak dan istrinya menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya; dimana dengan cara itu ia bisa
menyelamatkan keluarganya dari amukan api neraka dan dapat membawanya ke surga.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Syaikh
As Sa'diy berkata, "Memelihara diri adalah dengan cara menekannya untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, bertobat dari perbuatan
yang mendatangkan kemurkaan Allah dan mendatangkan azab-Nya. Sedangkan
memelihara istri dan anak adalah dengan mengajari mereka adab dan ilmu (agama)
serta menekan mereka untuk menjalankan perintah Allah."
Wallahu
a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa
Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Mausu’ah Ruwathil Hadits (Markaz Nurul Islam Li
Abhatsil Qur’ani was Sunnah), Faidhul Qadir (Imam Al Manawi), Maktabah
Syamilah versi 3.45, Software Al Bahits, Untaian Mutiara Hadits (Marwan
bin Musa), dll.
0 komentar:
Posting Komentar