Mengupas Tuntas Masalah Dzikr (1)


بسم الله الرحمن الرحيم
Mengupas Tuntas Masalah Dzikr (1)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Ada sebuah amalan yang ringan dikerjakan, memberatkan timbangan, dicintai Ar Rahman, dan memasukkan seseorang ke surga yang penuh kenikmatan, namun banyak dilalaikan oleh insan, yaitu Dzikrullah.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala memerintahkan kita untuk banyak berdzikr, yakni menyebut nama-Nya dan mengingat-Nya. Dia berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya[i]." (Terj. QS. Al Ahzaab: 41)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ
"Perumpamaan orang yang berdzikr kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikr kepada Tuhannya (dari sisi bermanfaat dan tidaknya) seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." (HR. Bukhari dan Muslim)
مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللَّهِ تِرَةٌ، وَمَنْ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا، لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللَّهِ تِرَةٌ
"Barang siapa yang duduk di suatu tempat yang di sana ia tidak berdzikr kepada Allah, maka ia akan mendapatkan tirah dari Allah. Dan barang siapa yang berbaring di suatu tempat yang di sana ia tidak berdzikr kepada Allah, maka ia akan mendapatkan tirah dari Allah." (HR. Abu Dawud, dan dinyatakan hasan shahih oleh Syaikh Al Albani)
Tirah artinya penyesalan, yakni ia akan menyesal nanti karena tidak menyempatkan dirinya untuk berdzikr kepada Allah 'Azza wa Jalla. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَجْلِسُ قَوْمٌ مَجْلِسًا لاَ يُصَلُّوْنَ فِيْهِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً وَ إِنْ دَخَلُوا الْجَنَّةَ لِمَا يَرَوْنَ مِنَ الثَّوَابِ
"Tidaklah sebuah kaum duduk di majlis yang di sana mereka tidak bershalawat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kecuali hal itu akan menjadi penyesalan bagi mereka meskipun mereka masuk ke surga karena pahala yang mereka lihat." (HR. Nasa'i, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 7624)
Ada pula yang mengartikan tirah dalam hadits itu dengan kekurangan.
Keutamaan Dzikrullah
Keutamaan dzikrullah sangat banyak, di antaranya:
1.     Menenangkan hati.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (Terj. QS. Ar Ra'd: 28)
2.     Allah akan ingat kepadanya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ، وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ،
Allah Ta’ala berfirman, "Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) jika dia ingat Aku.  Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. (HR. Bukhari dan Muslim. Lafazh hadits ini lafaz Bukhari)
3.     Mengusir setan dan menjadikan setan tidak mampu menguasai dirinya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟
"Apabila seseorang keluar dari rumahnya, lalu ia mengatakan, "Bismillah…dst. sampai "Illaa billah," (artinya: Dengan nama Allah. Aku bertawakkal kepada Allah. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.") Maka dikatakan ketika itu, "Engkau ditunjuki, dicukupi, dan dijaga." Setan pun akan menjauh darinya. Kemudian setan yang lain berkata kepada kawannya, "Bagaimana kamu akan menguasai orang yang telah ditunjuki, dicukupi dan dipelihara." (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Ibnu Abbas berkata ketika menafsirkan firman Allah Ta'ala, "Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi," (Terj. QS. An Naas: 4), "Setan berada di dekat hati anak Adam. Ketika ia lupa dan lalai, maka setan membisikinya, dan ketika ia ingat kepada Allah, maka ia akan menyingkir."
4.     Sebagai ibadah yang ringan.
Abdullah bin Busr radhiyallahu 'anhu berkata, "Ada seorang lelaki berkata, “Wahai, Rasulullah! Sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagiku. Oleh karena itu, beritahulah aku sesuatu sebagai pegangan.” Beliau bersabda,
لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ.
“Yaitu tidak hentinya lisanmu basah karena menyebut nama Allah.” (HR. At Tirmidzi 5/458, Ibnu Majah 2/1246, lihat pula dalam Shahih At-Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/317.)
5.     Memberatkan timbangan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى اَلرَّحْمَنِ, خَفِيفَتَانِ عَلَى اَللِّسَانِ, ثَقِيلَتَانِ فِي اَلْمِيزَانِ, سُبْحَانَ اَللَّهِ وَبِحَمْدِهِ , سُبْحَانَ اَللَّهِ اَلْعَظِيمِ
“Ada dua kalimat yang dicintai Ar Rahman (Allah), ringan di lisan dan berat di timbangan yaitu, “Subhaanallah wa bihamdih-subhaanalalahil ‘azhiim[ii].” (HR. Bukhari dan Muslim)
6.     Menyelamatkannya dari kesulitan.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman tentang Nabi Yunus 'alaihis salam, "Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,-- Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit." (Terj. QS. Ash Shaaffaat: 143-144)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ
"Kenalilah Allah di waktu senggang, niscaya Dia akan mengenalimu di waktu susah." (HR. Ahmad dan Abul Qasim bin Bisyran dalam Amaalinya, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2961)
7.     Sebagai bentuk syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, "Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.--Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (Terj. QS. Al Baqarah: 151-152)
8.     Sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ))؟ قَالُوْا بَلَى. قَالَ: ((ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى.
“Maukah kamu, aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari menginfakkan emas dan perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lalu kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata, “Mau (wahai Rasulullah)!” Beliau bersabda, “Dzikir kepada Allah Yang Maha Tinggi”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
9.     Menyelamatkan diri dari azab Allah.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun." (Terj. QS. Al Anfaal: 33)
Mu'adz bin Jabal berkata, "Tidak ada sesuatu yang paling menyelamatkan dari azab Allah selain Dzikrullah."
10. Dll.
Ta'rif (definisi) dzikr
Berdzikr maksudnya menyebut dan mengingat Allah 'Azza wa Jalla, yaitu membaca lafaz-lafaz tertentu yang dianjurkan oleh syara’ untuk dibaca dan diperintah untuk banyak membacanya, seperti ucapan tasbih (subhaanallah), tahmid (al hamdulillah), tahlil (Laailaahaillallah) dan takbir (Allahu akbar), hauqalah (Laa haula walaa quwwata illaa billah), basmalah (bismillah), istighfar (Astaghfirullah), berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat, dsb. Kata "dzikr" juga bisa dipakai untuk perbuatan yang dilakukan secara rutin, yaitu yang wajib atau yang sunat, seperti membaca Al Qur’an, membaca hadits, mempelajari ilmu dan melakukan shalat sunat.
Imam Nawawi berkata dalam kitab Al Adzkar, "Ketahuilah, bahwa keutamaan dzikr tidak terbatas pada tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan sebagainya, bahkan setiap orang yang mengamalkan ketaatan kepada Allah Ta'ala, maka dia berdzikr kepada Allah Ta'ala, demikianlah yang dikatakan Sa'id bin Jubair radhiyallahu 'anhu dan para ulama lainnya."
Atha' rahimahullah berkata, "Majlis dzikr adalah majlis halal dan haram, bagaimana anda membeli dan menjual, shalat dan berpuasa, menikah dan mentalak, berhaji dan semisalnya."
Dzikr bisa dilakukan oleh lisan, dan orang yang membacanya akan diberi pahala, dan tidak disyaratkan harus menyelami maknanya, akan tetapi disyaratkan agar maksud (hati)nya tidak keluar dari maknanya. Jika di samping dibaca pada lisan diresapi pula oleh hati, maka itu lebih utama, terlebih jika sampai menyelami makna dan kandungannya yang berupa pengagungan terhadap Allah dan penafian dari kekurangan, maka akan bertambah lebih sempurna lagi, dan jika dzikr yang dibaca bertepatan ketika sedang melakukan amal saleh seperti shalat, jihad, dsb. maka akan bertambah lebih sempurna.
Bersambung…
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalhihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, Al Adzkar, Adz Dzikrul Jama'i bainal ittiba' wal ibtida' (Muhammad Al Khumais), dll.



[i] Yaitu dengan menyebut nama Allah setelah shalat, di waktu pagi dan petang, ketika di tempat tidur, ketika bangun dari tidur. Ketika akan pergi baik pagi maupun sore dari rumahnya, dan sebagainya.
Mujahid berkata, "Seseorang tidaklah termasuk laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah Ta'ala sampai ia berdzikr kepada Allah ketika berdiri, duduk, dan berbaring."
'Atha' berkata, "Barang siapa yang menjalankan shalat lima waktu dengan memenuhi hak-haknya, maka ia termasuk dalam firman Allah Ta'ala, "Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إذا أيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللَّيْلِ، فَصَلَّيَا، أَوْ صَلَّى رَكعَتينِ جَمِيعاً كُتِبَا في: {الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ} "، [الأحزاب: 35]
"Apabila seseorang membangunkan istrinya di malam hari, lalu keduanya shalat atau shalat dua rakaat bersama-sama, maka akan dicatat ke dalam golongan, "Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah," (Terj. QS. Al Ahzab: 35) (HR. Abu Dawud, Nasa'i dalam Al Kubra, dan Ibnu Majah, Shahihul Jami' no. 333).
Imam Amr bin Shalah pernah ditanya tentang ukuran seseorang telah termasuk Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, ia menjawab, "Apabila dia rutin membaca dzikr-dzikr yang ma'tsur (diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam) yang telah tetap di waktu pagi dan sore, di waktu dan keadaan yang beraneka ragam, di waktu malam dan siang."
[ii] Artinya: Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger