بسم الله الرحمن الرحيم
200 Tanya-Jawab
Akidah (5)
Segala puji bagi Allah Rabbul
'alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya,
para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma
ba'du:
Berikut
lanjutan 200 tanya jawab akidah berdasarkan Al Qur’an dan As Sunah yang merujuk
kepada kitab A’lamus Sunnah Al Mansyurah Li’tiqad Ath Thaifah An Najiyah
Al Manshurah karya Syaikh Hafizh bin Ahmad Alu Hakami rahimahullah, semoga Allah menjadikan penulisan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
200
Tanya-Jawab Akidah Islam
39. Pertanyaan: Apa dalil berbedanya
tingkatan keimanan orang-orang yang beriman?
Jawab: Allah Ta’ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ
السَّابِقُونَ
“Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,” (Qs. Al Waqi’ah: 10)
Dan seterusnya hingga ayat,
وَأَصْحَابُ
الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.” (Qs. Al Waqi’ah: 27)
Demikian pula firman Allah Ta’ala,
فَأَمَّا
إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ (88) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ
(89) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (90) فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ
الْيَمِينِ (91)
“Adapun jika dia (orang yang wafat) termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah),--Maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta
surga yang penuh kenikmatan.--Dan adapun jika dia termasuk golongan
kanan,---Maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan.” (Qs. Al Waqi’ah: 88-91)
Allah Ta’ala juga berfirman,
فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ
اللَّهِ
“Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan.”
(Qs. Fathir: 32)
Dalam hadits syafaat disebutkan, bahwa Allah mengeluarkan
dari neraka orang yang dalam hatinya ada keimanan meskipun seberat satu dinar,
lalu orang yang dalam hatinya ada keimanan meskipun seberat separuh dinar.
Dalam riwayat lain disebutkan,
يَخْرُجُ
مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ
الخَيْرِ مَا يَزِنُ شَعِيرَةً، ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الخَيْرِ مَا يَزِنُ بُرَّةً،
ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي
قَلْبِهِ مَا يَزِنُ مِنَ الخَيْرِ ذَرَّةً
“Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan
Laailaahaillallah, dimana dalam hatinya ada kebaikan seberat gandum syair, lalu
akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan Laailaahaillallah, dimana dalam
hatinya ada kebaikan seberat gandum, lalu akan keluar dari neraka orang yang
mengucapkan Laailaahaillallah, dimana dalam hatinya ada kebaikan seberat debu.”
(Hr. Bukhari dan Muslim)
40. Pertanyaan:
Apa dalil yang menunjukkan bahwa iman meliputi agama secara keseluruhan ketika
dimutlakkan?
Jawab: Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda dalam hadits delegasi Abdul
Qais,
آمُرُكُمْ
بِالإِيمَانِ بِاللَّهِ وَحْدَهُ، قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الإِيمَانُ بِاللَّهِ
وَحْدَهُ؟ قَالُوا اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ قَالَ: شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامُ الصَّلاَةِ،
وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَأنْ تُؤَدُّوْا مِنَ المَغْنَمِ الخُمُسَ
“Aku perintahkan kalian untuk beriman kepada Allah saja.”
Beliau melanjutkan sabdanya, “Tahukah kalian apa itu beriman kepada Allah
saja?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda,
“Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa
Muhamad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
memberikan seperlima dari ghanimah.” (Hr. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi,
dan Nasa’i)
41. Pertanyaan:
Apa dalil bahwa iman didefinisikan dengan rukun iman yang enam saat dirincikan?
Jawab: Sabda Nabi shallallahu
alaihi wa sallam saat ditanya oleh malaikat Jibril alahis salam,
“Beritahukanlah kepadaku tentang iman!” Beliau menjawab,
«أَنْ
تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ»
“Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada takdir yang
baik dan yang buruk.” (Hr. Muslim)
42. Pertanyaan: Apa dalilnya secara umum dari Al Qur’an?
Jawab: Yaitu firman Allah Ta’ala,
لَيْسَ
الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman
kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (Qs. Al Baqarah: 177)
إِنَّا
كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran
(dengan takdir).” (Qs. Al Qamar: 49)
Dan kami akan sebutkan dalil masing-masingnya insya
Allah.
43. Pertanyaan:
Apa makna beriman kepada Allah Azza wa Jalla?
Jawab: Maknanya adalah pembenaran
yang pasti dari lubuk hati akan keberadaan Allah Ta’ala yang tidak didahulu
sesuatu pun dan tidak diakhiri oleh yang lain. Dialah Al Awwal yang tidak ada
sebelum-Nya segala sesuatu, dan Al Akhir yang tidak ada setelah-Nya sesuatu apa
pun. Dialah Azh Zhahir yang tidak ada sesuatu pun di atas-Nya, dan Al Bathin
yang tidak ada sesuatu pun di bawah-Nya, Dia Maha Hidup, Mahaesa, dan menjadi
tumpuan seluruh makhluk, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. Demikian pula kita mentauhidkan
Allah dalam uluhiyyah (beribadah), Rububiyyah (keesaan-Nya dalam mengatur dan
menguasai alam semesta), dan dalam asma wa shifat (nama dan sifat-sifat-Nya).
44. Pertanyaan: Apa itu Tauhid Uluhiyyah?
Jawab: Yaitu mengesakan Allah
Azza wa Jalla dalam semua macam ibadah yang tampak maupun yang tersembunyi baik
berupa ucapan maupun perbuatan, serta menafikan ibadah kepada selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala siapa pun dia. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
“Dan Rabbmu memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain
kepada-Nya.” (Qs. Al Israa’ : 23)
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Sembahlah Allah dan jangan kamu menyekutukan-Nya dengan
sesuatu.” (Qs. An Nisaa: 36)
إِنَّنِي
أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ
لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Qs. Thaahaa: 14)
Dan ayat-ayat lainnya.
Melakukan Tauhid Uluhiyyah berarti telah memenuhi syahadat
Laailaahaillallah.
45. Pertanyaan: Apa lawan Tauhid Uluhiyyah?
Jawab: Lawannya adalah
syirik, dan ia terbagi dua: syirik akbar (besar) yang membuat hilang tauhid
secara keseluruhan, dan syirik ashghar (kecil) yang menafikan kesempurnaan tauhid.
46. Pertanyaan:
Apa itu syirik akbar?
Jawab: Yaitu seorang hamba
menjadikan selain Alah Ta’ala sebagai tandingan, dimana ia menyamakan tandingan
itu dengan Allah Rabbul alamin. Dia mencintai tandingan itu seperti mencintai
Allah, takut kepadanya sebagaimana takut kepada Allah, berlindung kepadanya,
berdoa kepadanya, takut dan berharap kepadanya, memohon kepadanya, bertawakkal
kepadanya, atau menaatinya dalam bermaksiat kepada Allah, atau mengikutinya
tidak di atas keridhaan Allah Azza wa Jalla, dan mengarahkan ibadah-ibadah
lainnya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar.” (Qs. An Nisaa: 48)
وَمَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Dan barang siapa yang menyekutukan Allah, maka sesungguhnya dia
telah tersesat dengan kesesatan yang jauh.” (Qs. An Nisaa: 116)
مَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ
“Barang siapa yang menyekutukan Alah, maka Allah haramkan surga
baginya dan tempatnya adalah neraka.” (Qs. Al Maidah: 72)
وَمَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ
أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan
angin ke tempat yang jauh.” (Qs. Al Hajj: 31)
Dan ayat-ayat lainnya.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
حَقُّ
اللَّهِ عَلَى العِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقُّ
العِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Hak Allah yang wajib dipenuhi hamba adalah beribadah hanya
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan hak hamba yang akan
dipenuhi Allah adalah bahwa Dia tidak akan menyiksa orang yang tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu.”
Hadits tersebut ada dalam Shahih Bukhari dan Muslim.
Dan sama saja dalam hal keluarnya dari Islam karena sebab
syirik ini baik orang yang melakukannya dengan terang-terangan seperti kaum
kafir Quraisy dan lainnya maupun orang yang menyembunyikannya seperti kaum
munafik yang suka menipu yang menampakkan keislaman di luar namun
menyembunyikan kekafiran di batinnya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ
نَصِيرًا (145) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ
وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada
tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolongpun bagi mereka.--Kecuali orang-orang yang bertaubat, mengadakan
perbaikan, dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas
(mengerjakan) agama mereka karena Allah, maka mereka itu adalah bersama-sama
orang yang beriman.” (Qs. An Nisaa’:
145-146)
Dan ayat-ayat lainnya.
Bersambung...
Wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa alaa alihi wa
shahbihi wa sallam wal hamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar