بسم
الله الرحمن الرحيم
Pengantar Ilmu Balaghah (2)
Mengenal Tingginya Sastra Al Qur’an
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin,
shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para
sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan
pengantar ilmu Balaghah agar kita mengetahui tingginya sastra Al Qur’an, semoga
Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
Fasihnya Al
Qur’an
Firman Allah Ta’ala,
قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلَامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ
مِمَّنْ مَعَكَ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Difirmankan, "Wahai Nuh! Turunlah
dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat
(yang mukmin) yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri
kesenangan kepada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa
azab yang pedih dari kami." (Qs. Hud:
48)
Dalam ayat ini diulang huruf mim sampai 16
kali, namun para pembaca Al Qur’an tidak merasakan kesulitan dalam membacanya,
dan tidak terasa berat saat disimak.
Contoh lainnya adalah firman Allah Ta’ala,
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا
فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ
قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra
Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak
diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, "Aku pasti
membunuhmu!" Habil menjawab, "Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa.”
(Qs. Al Maidah: 27)
Dalam ayat ini huruf qaaf diulang sebanyak 10
kali, namun para pembaca Al Qur’an merasakan ringan diucapkan padahal sifatnya
syiddah (tertahan suara), qalqalah (memantul), jahr (tertahan nafas), dan
isti’al (naiknya bagian belakang lisan sehingga menjadi tebal).
Benarlah firman Allah Ta’ala,
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan
Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Qs. Al Qamar: 17)
Al Ashmu’i menceritakan, bahwa ia mendengar
ucapan seorang budak wanita, lalu ia berkata kepadanya, “Alangkah fasih
perkataanmu!” Budak itu berkata, “Apakah ini masih dianggap fasih di hadapan
firman Allah Ta’ala,
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ
فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ
مِنَ الْمُرْسَلِينَ
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa,
"Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia
ke sungai (Nil). Janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati,
karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya
(salah seorang) dari para rasul.” (Qs. Al
Qashas: 17)
Dalam ayat ini Allah menggabungkan antara dua
perintah, dua larangan, dua berita, dan dua kabar gembira.
Contoh lainnya adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(30) أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (31)
“Sesungguhnya surat itu dari SuIaiman, dan
sesungguhnya (isi)nya, "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.--Bahwa janganlah kamu berlaku sombong terhadapku dan datanglah
kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." (Qs. An Naml: 30-31)
Dalam ayat ini terdapat tiga perkara, dari
siapa surat itu, isinya apa, dan kebutuhannya apa?
ILMU MA’ANI, BAYAN, DAN BADI
Ilmu Balaghah terbagi tiga, yaitu Ma’ani,
Bayan, dan Badi
1. Ilmu Ma’ani adalah ilmu yang menjaga lisan agar jangan sampai
pembicara salah dalam menerangkan makna di luar makna yang diinginkan (salah
mengungkapkan).
Contoh firman Allah Ta’ala,
وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ
رَبُّهُمْ رَشَدًا
“Dan sesungguhnya Kami tidak mengetahui
(dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang
di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (Qs. Al Jinn: 10)
Pada ayat di atas kalimat pertama dengan
bentuk majhul (tidak diketahui pelakunya), sedangkan kalimat terakhir (setelah
huruf “أَمْ
”) bentuknya ma’lum (diketahui pelakunya).
Adanya perbedaan ini adalah agar keburukan
tidak dihubungkan kepada Allah, bahkan kebaikan itulah yang dihubungkan
kepada-Nya. Alangkah terjaga sekali kalimat Al Qur’an!
Di antara materi ilmu Ma’ani adalah Khabar
dan Insya.
Khabar
artinya kalimat berita, dimana terhadapnya bisa dinyatakan benar atau dusta.
Sedangkan insya adalah kalimat perintah atau larangan, dimana terhadapnya tidak
bisa disebut benar atau dusta.
Pada dasarnya khabar disampaikan untuk
memberitahukan orang lain isi pernyataan yang terkandung dalam kalimat. Contoh:
حَضَرَ
الْأَمِيْرُ
“Pangeran telah datang.”
Tetapi bentuk khabar terkadang disampaikan
untuk tujuan lain:
Misalnya untuk dirahmati, seperti perkataan
Nabi Musa ‘alahis salam,
رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
"Ya Rabbi, sesungguhnya aku sangat
memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (Qs. Al Qashash: 24)
Atau untuk menunjukkan kelemahan, seperti
perkataan Nabi Zakariya alaihis salam,
رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي
"Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah
lemah.” (Qs. Maryam: 4)
Atau untuk menunjukkan keprihatinan, seperti
perkataan istri Imran,
رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ
"Ya Tuhanku, sesunguhnya aku
melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang
dilahirkan itu." (Qs. Ali Imran: 36)
Catatan:
Khabar yang disampaikan kepada orang lain
hendaknya singkat saja; sekedar yang perlu. Hal ini untuk menghindari omong
kosong. Tentunya hal ini jika pendengar akan menerima berita yang disampaikan,
tetapi jika dikhawatirkan mengingkari khabar yang disampaikan, maka sebaiknya
menguatkan dengan taukid sebagaimana firman Allah Ta’ala,
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa
mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, "Bahkan, demi
Tuhanku, kamu benar-benar akan dibangkitkan.”
(Qs. At Taghabun: 7)
Pada dasarnya insya disampaikan
sebagai permintaan dari pembicara untuk dikerjakan (perintah) atau ditinggalkan
(larangan), namun terkadang memiliki arti lain sesuai siyaqul kalam
(arah pembicaraan) dan qara’inul ahwal (kondisi yang diisyaratkan),
seperti firman Allah Ta’ala,
اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ
“Berbuatlah sekehendakmu!” (Qs. Fushshilat: 40) ini adalah kalimat ancaman.
Atau sebagai doa, seperti pada ayat,
أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ
“Berilah aku petunjuk untuk mensyukuri
nikmat-Mu.” (Qs. An Naml: 27).
Atau menunjukkan permohonan, seperti
perkataan Nabi Harun alaihis salam kepada Nabi Musa alaihis salam,
فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْأَعْدَاءَ وَلَا تَجْعَلْنِي مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Oleh karen itu, janganlah engkau menjadikan
musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah engkau masukkan aku ke dalam
golongan orang-orang yang zalim." (Qs. Al
A’raaf: 150)
Termasuk insya pula istifham (kata
tanya), tamanni (angan-angan), dan nida (panggilan).
Istifham meskipun berupa kata tanya, namun
terkadang mengandung arti lain sesuai siyaqul kalam, seperti firman Allah
Ta’ala,
سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ
“Sama saja bagi mereka, apakah kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan,”
(Qs. Al Baqarah: 6)
Kalimat ini untuk menunjukkan kesamaan
keadaan.
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan
(pula).” (Qs. Ar Rahman: 60)
Huruf “هَلْ
” di atas untuk penafian, yang artinya ‘tidak’.
فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ
“Tidakkah kamu berhenti?” (Qs. Al Maidah: 91)
Huruf “هَلْ
” di atas mengandung arti perintah untuk berhenti.
أَأَسْلَمْتُمْ
“Adakah kamu masuk Islam?” (Qs. Ali Imran: 20) Yakni masuk Islamlah.
Bahkan istifham bisa berupa larangan,
sebagaimana firman Allah Ta’ala,
أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ
“Apakah kamu takut kepada mereka? Padahal
Allah lebih berhak kamu takuti.” (Qs. At
Taubah: 13)
Istifham juga bisa untuk pengagungan, seperti
firman Allah Ta’ala,
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ
“Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi
Allah tanpa izin-Nya?” (Qs. Al Baqarah: 255)
Istifham juga bisa untuk membuat tertarik
(tasywiq) sebagaimana firman Allah Ta’ala,
هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
“Maukah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?”
(Qs. Ash Shaff: 10)
Bersambung...
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina
Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji’:
Maktabah Syamilah versi 3.45, Qawa’idul
Lughatil Arabiyyah (Hifni Bek Dayyab, dkk.), Hidayatul
Insan bitafsiril Qur’an (Penulis),
https://www.alukah.net/sharia/0/103195/ , https://mawdoo3.com/الأساليب_البلاغية_في_اللغة_العربية#. , http://www.3refe.com/vb/showthread.php?t=225470 , http://kertugas.blogspot.com/2018/01/majaz-aqli-dalam-ilmu-balagah-kata.html, l.
Dll.
0 komentar:
Posting Komentar