بسم
الله الرحمن الرحيم
Syarah Kalimat Azan
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang syarah kalimat azan, semoga Allah
menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma
aamin.
Ta’rif (definisi) Azan dan Keutamaannya
Azan secara bahasa artinya pemberitahuan. Sedangkan secara syara’,
azan adalah pemberitahuan tibanya waktu shalat dengan kalimat khusus.
Azan memiliki banyak keutamaan, di antaranya sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits-hadits di bawah ini:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ
وَالصَّفِّ الأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ
لاَسْتَهَمُوا، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ،
وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ، لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ
حَبْوًا»
“Kalau
sekiranya manusia mengetahui keutamaan azan dan shaf pertama, kemudian untuk
memperolehnya mereka harus melakukan undian, tentu mereka akan melakukannya.
Kalau sekiranya mereka tahu keutamaan datang lebih awal (untuk shalat lima
waktu), tentu mereka akan berlomba-lomba kepadanya. Dan kalau sekiranya mereka
mengetahui keutamaan shalat Isya dan Subuh, tentu mereka akan menghadirinya
meskipun harus merangkak.” (HR. Bukhari dan lainnya)
«إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
الصَّفِّ الْمُقَدَّمِ، وَالْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ بِمَدِّ صَوْتِهِ
وَيُصَدِّقُهُ مَنْ سَمِعَهُ مِنْ رَطْبٍ وَيَابِسٍ، وَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ
صَلَّى مَعَهُ»
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bershalawat kepada shaf terdepan. Sedangkan muazin, dimintakan ampunan untuknya
sejauh terdengar suaranya, dan akan dibenarkan oleh sesuatu yang mendengarnya
baik sesuatu yang basah maupun sesuatu yang kering. Muazin juga memperoleh
pahala orang yang shalat bersamanya.” (Al Mundziriy berkata, “Diriwayatkan oleh
Ahmad dan Nasa’i dengan isnad yang jayyid.”)
مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ لَا يُؤَذَّنُ وَلَا تُقَامُ
فِيهِمُ الصَّلَاةُ إِلَّا اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ، فَعَلَيْكَ
بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّ الذِّئْبَ يَأْكُلُ الْقَاصِيَةَ
“Tidak
ada tiga orang dalam sebuah kampung, lalu tidak dikumandangkan azan serta tidak
ditegakkan shalat (berjamaah) melainkan setan akan menguasai mereka. Oleh
karena itu, tetaplah berjamaah, karena srigala hanya memakan kambing yang
menjauh (menyendiri).” (HR. Ahmad, dan dinyatakan isnadnya hasan oleh pentahqiq
Musnad Ahmad cet. Ar Risalah)
Hadits
ini menunjukkan, bahwa jika di suatu kampung tidak terdengar suara azan
berkumandang dan tidak ditegakkan shalat berjamaah, maka setan akan menguasai
kampung tersebut, sehingga kampung tersebut menjadi kampung yang rusak, dimana
kemaksiatan merajalela di sana.
Beliau
juga bersabda,
اَلْإِمَامُ
ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مَؤْتَمَنٌ، الَلَّهُمَّ أَرْشِدِ الْأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ
لِلْمُؤَذِّنِيْنَ
"Imam
adalah penjamin. Muazin adalah seorang yang diamanahi. Ya Allah, tunjukilah
para imam dan ampunilah para muazin." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu
Khuzaimah, Shahihut Targhib 1/100)
يَعْجَبُ رَبُّكُمْ مِنْ رَاعِي غَنَمٍ فِي رَأْسِ شَظِيَّةٍ
بِجَبَلٍ، يُؤَذِّنُ بِالصَّلَاةِ، وَيُصَلِّي، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:
انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي هَذَا يُؤَذِّنُ، وَيُقِيمُ الصَّلَاةَ، يَخَافُ مِنِّي،
قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ "
“Rabbmu kagum dengan seorang penggembala kambing
yang berada di atas perbukitan, ia mengumandangkan azan untuk shalat, lalu
melakukannya. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Lihatlah hamba-Ku ini! Ia
melakukan azan, mendirikan shalat, dan takut kepada-Ku. Aku ampuni hamba-Ku,
dan Aku akan masukkan dia ke surga.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa’i,
dishahihkan oleh Al Albani)
«الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
“Para
muazin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari Kiamat.” (HR. Ahmad,
Muslim, dan Ibnu Majah)
Tentang
maksud "paling panjang lehernya" ada beberapa tafsiran, di antaranya:
(1) lehernya paling panjang di antara manusia yang lain (secara hakiki) namun
bukan sebagai cacat, (2) sebagai orang yang paling rindu mengharap rahmat
Allah, (3) sebagai orang yang mendapat banyak pahala, (4) Ketika manusia
dibanjiri oleh keringat mereka sampai ada yang tenggelam oleh keringatnya, maka
para muazin dipanjangkan lehernya sehingga tidak tenggelam, wallahu a'lam. (Lihat
pula Syarah Shahih Muslim).
Termasuk keutamaannya juga adalah dapat mengusir setan, sebagai
syiar Islam yang agung –oleh karena itu harus dijaharkan-, bagian dari dakwah,
termasuk orang yang paling baik ucapannya, dll.
Syarah Kalimat Azan
Lafaz azan diawali dengan takbir “Allahu akbar” artinya
Allah Mahabesar; agar Dia saja yang kita agungkan dan kita besarkan. Dia Maha Besar dan
memiliki kedudukan tinggi, semua kebesaran tidak ada artinya apa-apa di hadapan
kebesaran dan keagungan-Nya. Kita mengagungkan-Nya pula dengan
mentauhidkan-Nya, dan bahwa Dia saja yang berhak kita sembah dan kita agungkan.
Selain-Nya tidak berhak kita sembah dan kita agungkan. Di antara pesan lainnya yang
dapat kita ambil dari kalimat Allahu akbar adalah hendaknya seseorang
memenuhi hatinya dengan merasakan keagungan dan kebesaran Allah Subhaanahu wa
Ta'aala, sehingga dengan begitu ia tidak berani berbuat maksiat atau
mendurhakai-Nya.
Kalimat
“Asyhadu allaailaahaillallah” artinya aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah. Maksud aku bersaksi adalah aku
menyatakan dengan lisanku sambil meyakini dengan hatiku serta siap tunduk
dengan konsekwensinya dengan anggota badanku, yaitu tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah saja. Aku tiadakan sesembahan selain Allah apa pun
bentuknya dan siapa pun orangnya, dan aku tetapkan bahwa yang berhak disembah
dan ditujukan berbagai macam ibadah hanyalah Allah Azza wa Jalla.
Kalimat
“Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah,” artinya aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah. Maksud kalimat ini adalah pernyataan kita, bahwa
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah benar-benar utusan Allah dan
sebagai hamba-Nya. Pada pernyataan sebagai “utusan Allah” terdapat larangan
bagi kita bersikap tafrith (meremehkan Beliau) sebagaimana orang-orang Yahudi
yang meremehkan Nabi mereka sampai menyakitinya (lihat Qs. Ash Shaff: 5). Oleh
karena itu, sikap kita terhadap Beliau adalah menaati perintahnya, menjauhi
larangannya, membenarkan semua sabdanya, beribadah kepada Allah sesuai
contohnya, mengedepankan sabda Beliau di atas semua perkataan manusia, dan
mencintai Beliau melebihi cinta kita kepada manusia yang lain.
Sedangkan
pada pernyataan, bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai hamba
Allah terdapat larangan bagi kita bersikap ifrath (melampui batas dan
berlebihan terhadap Beliau). Oleh karena itu, kita tidak menyikapi Beliau
sebagaimana sikap orang-orang Nasrani kepada Nabi mereka sampai menuhankannya.
Beliau adalah hamba Allah dan utusan-Nya bukan tuhan.
Disebutkan
syahadat Muhammad Rasulullah setelah syahadat Laailahaillallah
menunjukkan mulia dan tingginya nama dan kedudukan Beliau di sisi Allah Azza wa
Jalla. Demikian pula di dalamnya terdapat mengesakan Allah dalam beribadah
kepada-Nya, dan menjadikan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam satu-satunya
yang diikuti dalam beribadah kepada-Nya.
Kalimat
“Hayya ‘alash shalah” artinya marilah kita shalat. Di dalamnya terdapat
dakwah dan ajakan kepada manusia untuk melakukan amalan yang paling dicintai
Allah, yaitu shalat yang merupakan tiang agama dan bentuk perwujudan dari beribadah
dan mengabdi kepada Allah, dimana untuk tujuan itulah manusia diciptakan. Di
dalam shalat terdapat ibadah hati seperti khusyu’ dan menghayati bacaan, ibadah
lisan seperti dzikr dan membaca Al Qur’an, dan ibadah anggota badan seperti
berdiri, ruku, I’tidal, sujud, dst. Dengan shalat, hubungan seseorang kepada
Allah Ta’ala Penciptanya menjadi baik, sebagaimana dengan zakat hubungannya
dengan orang lain menjadi baik.
Kalimat
“Hayya ‘alal Falah” artinya marilah kita menuju kebahagiaan. Disebutkan
kalimat ini setelah kalimat “Hayya ‘alash Shalah” untuk menjelaskan,
bahwa jika kalian betul-betul menginginkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
maka datangilah shalat.
Kemudian kalimat azan diakhiri dengan
mengagungkan Allah dengan ucapan “Allahu akbar” serta menyebutkan kalimatul
ikhlas “Laailaahaillallah” yang merupakan kunci surga dan dzikr yang paling
utama; yang jika sekiranya langit dan bumi beserta penghuninya ditimbang dengan
kalimat itu, tentu kalimat itu lebih berat timbangannya karena keagungan dan keutamaannya.
Sungguh
agung dan mulia kalimat azan! Sehingga Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman
tentangnya,
وَمَنْ
أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي
مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerahkan diri?" (Terj. Qs. Fushshilat: 33)
Aisyah
radhiyallahu 'anha berkata ketika menafsirkan ayat tersebut, “Dia adalah muazin. Ketika ia mengucapkan, "Hayya
'alash shalaah" maka ia sedang menyeru kepada Allah." Ibnu Umar
dan Ikrimah juga menafsirkan ayat tersebut dengan muazin.
Dan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampai bersabda, “Kalau sekiranya
manusia mengetahui keutamaan azan dan shaf pertama, kemudian untuk
memperolehnya mereka harus melakukan undian, tentu mereka akan melakukannya.”
(Hr. Bukhari dan lain-lain)
Hikmah
dikumandangkan azan di setiap shalat lima waktu
Di
antara hikmah dikumandangkan kalimat azan di setiap shalat lima waktu dengan
suara keras adalah agar hanya Allah yang diagungkan dan dibesarkan oleh
manusia, dan agar mereka menyembah Allah saja dan mengikuti Rasul-Nya, serta
mengisi hidup mereka dengan beribadah sehingga mereka memperoleh kebahagiaan dan
keberuntungan di dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina
Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Fiqhul Muyassar (Tim
Ahli Fiqih, KSA), Al Mulakhkhash Al Fiqhi (Syaikh Shalih Al Fauzan), Maktabah
Syamilah versi 3.45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar