بسم
الله الرحمن الرحيم
Syarah Kitab Tauhid (25)
(Penjelasan
Bahwa Sebagian Umat Ini Ada Yang Menyembah Berhala)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya
hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut
lanjutan syarah (penjelasan) ringkas terhadap Kitab Tauhid karya
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At Tamimi rahimahullah, yang banyak
kami rujuk kepada kitab Al Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At Tauhid karya
Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah, semoga Allah menjadikan
penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
**********
Bab: Penjelasan
Bahwa Sebagian Umat Ini Ada Yang Menyembah Berhala
Firman
Allah Ta’ala,
أَلَمْ تَرَ إِلَى
الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ
وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ
آمَنُوا سَبِيلًا
“Tidakkah
kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya
kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik
Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (Qs. An Nisa: 51)
**********
Penjelasan:
Setelah
penyusun (Syaikh Muhammad At Tamimi) menerangkan tentang tauhid dan hal-hal
yang dapat merusak atau mengurangi kesempurnaannya, maka pada bab ini, beliau
menerangkan, bahwa perbuatan syirik ini bisa terjadi di tengah umat Islam.
Beliau terangkan hal ini untuk membantah para penyembah kubur yang melakukan
perbuatan syirik sambil mengatakan, bahwa tidak mungkin terjadi syirik dalam
umat ini karena mereka mengucapkan Laailaahaillallah dan Muhammad
Rasulullah.
Kata ‘Jibt’
dalam ayat di atas mengandung arti patung, dukun, dan pesihir. Sedangkan ‘Thagut’
artinya setiap yang disikapi secara melampaui batas, tetapi yang dimaksud dalam
ayat ini adalah setan.
Dalam
ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan menunjukkan keanehan dan pengingkaran terhadap
orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mendapat bagian dari Al Kitab yang di
dalamnya terdapat penjelasan mana yang hak (benar) dan mana yang batil, namun
demikian mereka malah membenarkan kebatilan seperti penyembahan kepada berhala,
mendatangi dukun dan sihir, dimana mereka menuruti keinginan setan dalam hal
tersebut.
Jika
Ahli Kitab sampai ada yang beriman kepada Jibt dan thagut, maka umat yang
mendapatkan Al Qur’an ini juga tidak mustahil ada yang beriman dan menyembah
Jibt dan Thagut, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menerangkan, bahwa di tengah umat ini ada orang-orang yang melakukan seperti
perbuatan yang dilakukan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Kesimpulan:
1.
Di tengah umat ini ada
yang menyembah berhala sebagaimana yang dilakukan orang-orang Yahudi dan
Nasrani.
2.
Beriman kepada Jibt dan
Thagut bisa berupa sikap setuju dengan mereka yang melakukannya.
3.
Kafir kepada Jibt dan
Thagut merupakan kewajiban yang termaktub dalam semua kitab samawi.
4.
Wajibnya beramal dengan
ilmu, dan bahwa orang yang tidak beramal dengan ilmu terdapat keserupaan dengan
orang-orang Yahudi dan Nasrani.
**********
Firman
Allah Ta’ala,
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم
بِشَرٍّ مِّن ذَلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللهِ مَن لَّعَنَهُ اللهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ
وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ
Katakanlah,
"Maukah aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk
pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang
yang dikutuk dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan
babi dan (orang yang) menyembah thaghut?" (Qs.
Al Ma’idah: 60)
**********
Penjelasan:
Dalam ayat
di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi
wa sallam agar mengatakan kepada orang-orang yang menjadikan agama ini sebagai
senda gurau dan permainan dari kalangan Ahli Kitab, “Maukah aku beritahukan
kepada kamu orang yang akan memperoleh balasan yang buruk pada hari Kiamat di
sisi Allah?” Yaitu orang yang orang-orang yang dijauhkan dari rahmat Allah serta
dimurkai-Nya, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi, dan ada
(orang yang) menyembah thaghut?"
Orang-orang
Yahudi yang dijadikan kera adalah orang-orang yang melanggar kehormatan hari
Sabtu. Sedangkan orang-orang yang dijadikan babi adalah orang-orang kafir
tentang hidangan yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘alaihis salam dari kalangan
orang-orang Nasrani. Ada pula yang mengatakan, bahwa orang-orang yang dijadikan
kera dan babi adalah orang-orang yang melanggar kehormatan hari Sabtu, dimana
para pemudanya dijadikan kera, sedangkan orang-orang tuanya dijadikan babi.
Disebutkan
ayat di atas dalam bab ini oleh penulis (Syaikh Muhammad At Tamimi) adalah untuk
menerangkan, bahwa jika di antara mereka ada yang menyembah thagut, maka di
tengah umat ini juga ada yang melakukan hal yang sama.
Kesimpulan:
1.
Bisa terjadinya syirik di
tengah-tengah umat ini sebagaimana di tengah-tengah orang-orang Yahudi dan
Nasrani ada orang yang menyembah thagut.
2.
Membantah orang-orang yang
berada di atas kebatilan dengan menerangkan kesalahan dan cacat mereka saat
mereka mencela orang-orang yang berada di atas kebenaran dengan tuduhan dusta.
3.
Balasan disesuaikan dengan
amalan yang dilakukan.
4.
Menaati setan merupakan
sumber terjadinya kemusyrikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
**********
Firman
Allah Ta’ala,
قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا
عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًا
“Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya." (Qs. Al Kahfi: 21)
**********
Penjelasan:
Dalam
ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan tentang orang-orang yang
berkuasa atas urusan As-habul kahfi sebagai bentuk celaan terhadap mereka,
bahwa mereka mengatakan, “Kami
akan mendirikan sebuah rumah peribadatan yang didatangi manusia dan
dicari keberkahan di sana."
Pada
ayat tersebut terdapat dalil, bahwa akan ada di tengah umat ini orang-orang
yang membangun masjid di area pekuburan sebagaimana yang dilakukan oleh
generasi sebelum mereka.
Kesimpulan:
1.
Larangan menjadikan kuburan sebagai masjid dan peringatan
terhadapnya, karena hal itu dapat mengantarkan kepada kemusyrikan.
2.
Akan ada di tengah umat
ini orang-orang yang membangun masjid di area pekuburan sebagaimana yang
dilakukan oleh generasi sebelum mereka.
3.
Peringatan agar tidak
bersikap ghuluw (berlebihan) terhadap orang-orang saleh.
4.
Menjadikan kuburan sebagai
masjid termasuk bentuk ghuluw terhadap orang-orang saleh.
**********
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:
«لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ حَذْوَ الْقُذَّةِ بِالْقُذَّةِ حَتَّى
لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوْهُ» ، قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ:
اليَهُودَ، وَالنَّصَارَى قَالَ: «فَمَنْ»
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Kamu pasti akan mengikuti jalan orang-orang
sebelum kalian sama seperti bulu anak panah yang sejajar, sehingga jika mereka
masuk ke lubang dhabb (hewan seperti biawak namun lebih kecil),tentu kamu akan
masuk ke dalamnya.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah orang-orang Yahudi
dan Nasrani yang kami ikuti?” Beliau menjawab, “Siapa lagi?” (Hr. Bukhari dan
Muslim)
**********
Penjelasan:
Hadits di atas disebutkan dalam Shahih Bukhari no. 3456
dan Muslim no. 2669, namun yang saya dapatkan dengan lafaz ‘syibran bi
syibrin wa dzira’an bidzira’in’, wallahu a’lam.
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyampaikan dalam bentuk khabar (berita) yang mengandung larangan, yaitu bahwa
umatnya akan mengikuti tindakan yang dilakukan orang-orang Yahudi dan Nasrani
meskipun dalam masalah yang ringan.
Dalam hadits tersebut terdapat dalil, bahwa umat ini bisa terjatuh ke dalam perbuatan
syirik sebagaimana yang terjadi pada umat-umat terdahulu.
Kesimpulan:
1.
Terjadinya syirik di tengah-tengah umat ini seperti yang
terjadi pada umat-umat sebelumnya.
2.
Bukti kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam, karena telah terjadi apa yang Beliau sampaikan.
3.
Peringatan agar tidak menyerupai orang-orang kafir.
4.
Peringatan agar tidak melakukan perbuatan yang dilakukan
orang-orang kafir berupa syirik dan perbuatan yang diharamkan Allah lainnya.
**********
Dalam
riwayat Muslim dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ زَوَى لِي
الْأَرْضَ، فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ
مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا، وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ
وَالْأَبْيَضَ، وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا
بِسَنَةٍ عَامَّةٍ، وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى
أَنْفُسِهِمْ، فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ، وَإِنَّ رَبِّي قَالَ: يَا مُحَمَّدُ
إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ، وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ
لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ، وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ
عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ، يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ، وَلَوِ
اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا - أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا
- حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا، وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا
“Sesungguhnya
Allah telah menghimpun bumi di hadapanku, sehingga aku dapat melihat bagian
timur dan bagian baratnya. Kekuasaan umatku akan sampai kepada bagian yang
dihimpunkan untukku itu. Aku juga diberikan dua simpanan berharga; merah dan
putih (Romawi dan Persia). Aku memohon kepada Rabbku agar Dia tidak
membinasakan umat ini karena kelaparan (paceklik) yang berkepanjangan dan tidak
memberikan kekuasaan kepada musuh selain dari kaum mereka sendiri, sehingga
musuh itu nantinya akan merampas negeri mereka. Lalu Allah berfirman, “Wahai
Muhammad, sesungguhnya Aku ketika menetapkan keputusan, maka keputusan itu
tidak dapat dirubah, dan Aku telah memberikan kepadamu untuk umatmu agar tidak
dibinasakan disebabkan paceklik yang berkepanjangan, dan tidak dikuasai oleh
musuh selain dari kalangan mereka sendiri, sehingga musuh itu nantinya akan
merampas negeri mereka, meskipun manusia yang ada di jagat raya ini berkumpul
menghadapi mereka, sampai umatmu menghancurkan sebagian yang lain dan sebagian
mereka menawan sebagian yang lain.”
Hadits
ini juga diriwayatkan oleh Barqani dalam Shahihnya, dan ia menambahkan,
وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى
أُمِّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ، وَإِذَا وَقَعَ عَلَيْهِمْ السَّيْفُ لَمْ
يُرْفَعْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَلْحَقَ حَيٌّ
مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِيْنَ، وَحَتَّى تَعْبُدَ فِئَامٌ مِنْ أُمَّتِي الْأَوْثَانَ،
وَإِنَّهُ سَيَكُوْنُ فِي أُمِّتِي كَذَّابُوْنَ ثَلاَثُوْنَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ
نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ لاَ نَبيَّ بَعْدِيْ، وَلاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ
مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ مَنْصُوْرَةً لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ
مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
“Sesungguhnya yang aku takuti menimpa umatku adalah para
pemimpin yang menyesatkan. Ketika
terjadi pertumpahan darah di antara mereka, maka tidak akan berakhir sampai
hari Kiamat, dan tidak akan tegak hari Kiamat sampai sekelompok umatku
mengikuti kaum musyrik dan sehingga sekumpulan umatku menyembah berhala. Dan
sesungguhnya akan ada di tengah-tengah umatku tiga puluh pendusta;
masing-masing mereka mengaku dirinya nabi, padahal aku adalah penutup para
nabi, tidak ada lagi nabi setelahku. Dan akan senantiasa ada sekelompok dari
umatku yang berada di atas kebenaran dan mendapatkan pertolongan. Tidak
merisaukan mereka orang yang menelantarkan mereka dan menyelisihi mereka sampai
tiba keputusan Allah Tabaraka wa Ta’ala (angin sejuk yang mencabut nyawa
mereka).”
**********
Penjelasan:
Tsauban bin Bajdad atau bin Jahdar adalah seorang budak
yang dimerdekakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selalu menemani
Beliau hingga wafat. Beliau berasal dari daerah Sarah, tempat yang
terletak di antara Mekkah dan Yaman, ada pula yang mengatakan dari Himyar.
Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wafat, maka ia pergi ke Syam
dan singgah di Ramlah, kemudian pindah ke Himsh dan tinggal di sana hingga wafat
pada tahun 54 H.
Barqani adalah seorang Ahli Hadits dengan nama Abu Bakar
Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Ghalib Al Khawarizmi Asy Syafi’i. Ia lahir
tahun 336 H dan wafat pada tahun 425 H. Al Khathib berkata, “Ia seorang yang
tsabit (kokoh) dan wara’, kami belum pernah melihat di antara guru-guru kami
yang lebih tsabit daripadanya. Ia ahli di bidang fiqih dan menyusun banyak
karya.”
Hadits di atas memuat beberapa hal penting dan berita
yang benar. Allah Subhaanahu wa Ta’ala menghimpun bumi untuk Beliau, sehingga
Beliau melihat bagian timur dan barat bumi yang dikuasai umatnya, dan hal ini
telah terwujud, dimana kekuasana umatnya telah mencapai bagian timur dan barat
bumi. Beliau juga memberitahukan bahwa Beliau diberikan dua simpanan berharga, merah dan putih atau Romawi dan Persia, dan
ternyata umat Beliau berhasil mengalahkan dua negara adi daya dunia ketika itu.
Romawi disebut merah, karena biasanya perbendaharaan mereka adalah emas,
sedangkan Persia disebut putih karena perbendaharaan mereka adalah permata dan perak.
Beliau juga meminta kepada Allah Azza wa Jalla agar
umatnya tidak dibinasakan oleh paceklik panjang dan tidak diberikan kekuasaan
kepada musuh untuk menguasai umatnya sehingga musuh berhasil menguasai negeri
mereka dan menghabisi mereka, lalu Allah mengabulkan yang pertama dan
mengabulkan yang kedua selama umat menjauhi perpecahan dan pertengkaran. Jika
terjadi perpecahan dan pertengkaran, maka akan diberikan kekuasaan kepada
musuh, dan hal ini pun terjadi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengkhawatirkan
umatnya ditimpa pemimpin-pemimpin yang menyesatkan baik dari kalangan umara
(pemerintah) maupun ulama, karena membuat manusia mengikuti mereka dalam
kesesatan. Beliau juga menerangkan, bahwa ketika sudah terjadi fitnah dan
peperangan di tengah-tengah umat, maka hal itu akan terus terjadi sampai hari
Kiamat, sehingga ketika terbunuhnya Utsman bin Affan radhyallahu ‘anhu, maka
peperangan terus terjadi sampai sekarang. Beliau juga memberitahukan, bahwa di
antara umatnya ada yang mengikuti kaum musyrik baik tinggalnya maupun agamanya,
dan bahkan sekumpulan umatnya ada yang berbuat syirik, kubur pun disembah,
demikian pula pepohonan dan bebatuan juga disembah.
Beliau juga memberitahukan, bahwa akan muncul orang-orang
yang mengaku nabi, padahal tidak ada lagi nabi setelah Beliau. Al Hafizh
berkata, “Kebenaran sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
terbukti pada zaman Beliau
sendiri. Ketika itu, muncul Musailamah Al Kadzdzab di Yamamah dan Al Aswad Al
‘Insi di Yaman. Pada masa pemerintahan Abu Bakar muncul Thulaihah bin Khuwalid
di tengah-tengah Bani Asad dan Sajjah di tengah-tengah Bani Tamim. Al Aswad
terbunuh sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Musailamah terbunuh
dalam masa pemerintahan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu; dibunuh oleh Wahsyi yang
pernah membunuh Hamzah pada peperangan Uhud, dan Wahsyi dibantu oleh salah
seorang Anshar pada saat terjadinya perang Yamamah. Sedangkan Thulaihah
bertaubat dan wafat di atas Islam pada zaman pemerintahan Umar radhiyallahu
‘anhu. Disebutkan pula, bahwa Sajjah juga bertaubat. Demikian pula muncul nabi
palsu bernama Al Mukhtar bin Abu Ubaid Ats Tsaqafi dan ia mampu menguasai Kufah di awal pemerintahan Ibnuz Zubar. Ia menampakkan cinta kepada Ahlul Bait dan
mengajak manusia menuntut darah para pembunuh Al Husain, lalu ia pun diikuti,
kemudian ia membunuh para pembunuh Husain dan yang membantunya, kemudian
orang-orang pun mencintainya, lalu ia mengaku sebagai nabi, dan mengatakan,
bahwa Jibril alaihis salam datang kepadanya. Demikian pula muncul Al Harts Al
Kadzdzab, ia muncul di zaman pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, lalu ia
dibunuh, dan banyak pula yang mengaku nabi di zaman pemerintahan Bani
Abbasiyyah.”
Yang dimaksud dalam hadits bukanlah setiap orang yang
mengaku nabi secara mutlak, karena jumlah mereka banyak, dimana yang membuat
mereka mengaku demikian adalah karena hilang akal atau gila, akan tetapi
pengakuan nabi di sini adalah dari mereka yang memiliki kekuatan dan memiliki
syubhat. Allah telah membinasakan orang yang mengaku nabi itu, dan masih
tersisa yang akan menyusul mereka, dan diakhiri dengan Dajjal terbesar. (Lihat Fathul
Majid hal. 329)
Beliau juga menerangkan, bahwa akan tetap senantiasa ada
di tengah umat Beliau segolongan orang yang berada di atas Islam dan Sunnah
meskipun banyaknya gelombang fitnah, dan bahwa segolongan ini meskipun sedikit
tidak membuat kendor dan lemah semangat meskipun ditelantarkan oleh manusia.
Dalam hadits di atas terdapat dalil, bahwa di tengah umat
Beliau ada pula mereka yang menyembah berhala, demikian pula terdapat bantahan
terhadap mereka yang mengingkari terjadinya perbuatan syirik di tengah umat
ini.
Kesimpulan:
1. Terjadinya syirik di
tengah-tengah umat ini.
2. Bukti kenabian dan kerasulan
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Kasih sayang Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada umatnya, dimana Beliau meminta kepada Allah kebaikan
untuk umatnya.
4. Peringatan agar umat tidak
berpecah-belah.
5. Kenabian telah ditutup oleh
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
6. Kabar gembira, bahwa
kebenaran itu tidak akan sirna secara keseluruhan, bahkan akan senantiasa ada
sekelompok orang di tengah umat ini yang
berpegang dengan Islam dan Sunnah tanpa peduli cemoohan manusia.
Bersambung...
Marwan
bin Musa
Maraji’:
Al
Mulakhkhash fii Syarh Kitab At Tauhid (Dr. Shalih bin Fauzan
Al Fauzan), Fathul Majid (Abdurrahman bin Hasan), Maktabah Syamilah
versi 3.45, Tahdzibu Kamal (Yusuf bin Abdurrahman Al Mizziy), dll.
0 komentar:
Posting Komentar