بسم
الله الرحمن الرحيم
Khutbah Jum'at
Mencari Malam Lailatul Qadr
Oleh: Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Khutbah I
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ
اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ
اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا --يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فقَدْ فَازَ فوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ
اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Ma'asyiral
muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur
kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kepada kita berbagai
nikmat, terutama adalah nikmat Islam, Iman, Hidayah, Taufiq, Sehat wal Afiyat,
dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung oleh kita jumlahnya.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikuti Sunnahnya sampai hari Kiamat.
Khatib berwasiat baik kepada diri khatib sendiri maupun
kepada para jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, karena orang-orang yang bertakwalah yang akan memperoleh
kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Ma'asyiral
muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Kalau kita melihat sunnah Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam di bulan Ramadhan, terutama ketika Ramadhan masih tersisa sepuluh
hari lagi, kita akan tahu bahwa keadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
lebih semangat lagi mengisi bulan Ramadhan. Berbeda
dengan keadaan kita hari ini, dimana ketika bulan Ramadhan akan berakhir,
keadaan kita semakin lemah dan kurang bersemangat mengisi bulan Ramadhan, wallahul
musta’aan. Terbukti dengan kita melihat masjid-masjid yang sebelumnya (di
awal Ramadhan) ramai, namun di akhir-akhirnya semakin kurang ramai, bahkan
hanya terdiri dari beberapa shaf saja.
Dalam hadits
Aisyah radhiyallahu anhuma disebutkan,
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ
العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ»
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
apabila sudah masuk sepuluh (terakhir bulan Ramadhan), maka Beliau
mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan
keluarganya." (Hr. Bukhari dan Muslim)
Hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa
apabila bulan Ramadhan akan berakhir, maka hendaknya seseorang mempergiat beribadah
sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kalimat, "Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam apabila sudah masuk sepuluh (terakhir bulan Ramadhan)," menunjukkan
keutamaan sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Oleh karena itu, di antara ulama ada
yang menafsirkan ayat 2 surat Al Fajr "wa layaalin 'asyr"
(artinya: dan malam yang sepuluh) maksudnya adalah sepuluh terakhir bulan
Ramadhan, karena di dalamnya terdapat malam Lailatul qadr.
Kalimat, "mengencangkan ikat
pinggangnya," maksudnya adalah bersiap-siap untuk fokus beribadah dan
sungguh-sungguh dalam melaksanakannya. Ada pula yang berpendapat, bahwa kalimat
tersebut merupakan kinayah (kiasan) tentang menjauhi wanita dan tidak berjima'.
Imam Al Qurthubiy berkata, "Beliau menjauhi wanita dengan beri'tikaf."
Ada pula yang berpendapat, bahwa kalimat "mengencangkan ikat
pinggangnya" mengandung makna hakiki dan majazi, sehingga maksudnya tidak
melepas ikat pinggangnya, menjauhi wanita dan semangat untuk beribadah.
Kalimat, "menghidupkan
malamnya," maksudnya banyak bergadang untuk ketataan, yaitu dengan
melakukan qiyamullail, membaca Al Qur'an, berdzikr, memuhasabah dirinya, dsb.
Kalimat, "membangunkan
keluarganya," maksudnya mengingatkan dan mendorong mereka untuk
beribadah atau shalat malam.
Imam Tirmidzi dan Muhammad bin Nasr Al
Marwaziy meriwayatkan dari hadits Ummu Salamah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam ketika bulan Ramadhan tinggal sepuluh hari, maka tidak membiarkan
satu pun dari keluarganya yang sanggup qiyamullail kecuali membangungkannya.
Mungkin timbul pertanyaan,
"Bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membangunkan
keluarganya sedangkan Beliau dalam keadaan beri'tikaf di masjid?"
Jawab: Mungkin
saja Beliau membangunkan istrinya yang ikut i'tikaf di masjid, atau mungkin
Beliau membangunkannya dari masjid karena berdampingannya rumah Beliau dengan
masjid, atau mungkin saja Beliau keluar dari masjid tempat I'tikafnya ke
rumahnya untuk suatu keperluan sambil membangunkan keluarganya (Lihat Fathul
Bariy oleh Al Hafizh Ibnu Hajar Al 'Asqalani).
Ma'asyiral
muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Sebagaimana kita
ketahui, bahwa pada bagian akhir bulan Ramadhan (10 terakhir bulan Ramadhan) memiliki
keutamaa yang besar karena di salah satu malamnya terdapat malam Lailatul Qadr,
lalu apa keutamaan malam Lailatul Qadr?
Lailatul Qadr
adalah malam yang paling utama dalam setahun. Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ
رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ
الْفَجْرِ (5)
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.--Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu?[i]--Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.--Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan[ii].--Malam itu (penuh) Kesejahteraan[iii] sampai terbit fajar." (QS. Al Qadr: 1-5)
Maksud malam
lailatul Qadr lebih baik daripada seribu bulan adalah bahwa beramal pada malam itu mengimbangi dan melebihi beramal
selama seribu bulan; (seukuran) umur seseorang yang dipanjangkan umurnya selama
80 tahun lebih.
Lailatul qadr
adalah malam dibukanya seluruh pintu kebaikan, didengarkannya permohonan dan
dijawabnya doa, amal kebaikan pada malam itu ditulis dengan pahala yang
sebesar-besarnya, ia adalah malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Pada
malam itu, malaikat turun dengan jumlah yang sangat banyak melebihi jumlah
kerikil yang ada di bumi. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةٌ
سَابِعَةٌ أَوْ تَاسِعَةٌ وَ عِشْرِيْنَ إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فِي
الْأَرْضِ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ الْحَصَى
“Malam Lailatul
Qadr itu adalah malam ke 27 atau 29. Sesungguhnya para malaikat pada malam itu
di bumi lebih banyak daripada banyaknya batu kerikil.” (Hr. Ahmad dan
Thayalisi. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’
no. 5473).
Adapun keutamaan
melakukan qiyamullail bertepatan dengan malam Lailatul Qadr adalah sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut,
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang
melakukan qiyamullail bertepatan dengan malam Lailatul qadr karena iman dan
mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hr.
Bukhari dan Muslim)
Demikianlah di
antara keutamaan malam Lailatul Qadr, semoga kita mendapatkannya, aamin.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ
Khutbah II
اْلحَمْدُ للهِ الرَّبِّ الْعَظِيْمِ، الرَّؤُوْفِ الرَّحِيْمِ، ذِي
الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ، وَالْإِحْسَانِ الْعَمِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْكَرِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي قَالَ اللهُ فِيْهِ: {وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ
عَظِيمٍ} [القلم: 4] اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ فِي هَدْيِهِمُ الْقَوِيْمِ أَمَّا بَعْدُ:
Ma'asyiral
muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Setelah kita mengetahui keutamaan malam Lailatul Qadr, lalu
kapankah malam Lailatul Qadr itu?
Malam lailatul qadr terjadi di
malam-malam yang ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam sendiri mencari Lailatul Qadr dan memerintahkan para sahabat untuk
mencarinya di malam yang ganjil. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ
بِلَيْلَةِ القَدْرِ، وَإِنَّهُ تَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ، وَعَسَى أَنْ
يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، التَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالخَمْسِ
"Sesungguhnya aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian
tentang Lailatul Qadr. Tetapi fulan dan fulan bertengkar tentangnya, lalu
diangkat (pemberitahuan kapan malamnya). Boleh jadi disembunyikan itu lebih
baik bagi kalian. Carilah ia (malam Lailatul Qadr) di malam kedua puluh tujuh,
dua puluh sembilan, dan dua puluh lima." (HR. Bukhari)
Sebagian ulama
berpendapat, Lailatul qadr tidak terjadi pada malam tertentu dalam setiap
tahunnya, namun berubah-rubah. Mungkin pada tahun ini malam ke 27, pada tahun
depan malam ke 29 dsb. Dan sangat diharapkan terjadi pada malam ke 27. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا فَلْيَتَحَرَّهَا
لَيْلَةَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ
"Barang siapa yang mencarinya, maka carilah di malam
ke-27." (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih).
Ubay bin Ka'ab pernah berkata,
«وَاللهِ الَّذِي لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ، إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ، يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي، وَوَاللهِ إِنِّي
لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ، هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا، هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ
وَعِشْرِينَ، وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ
لَا شُعَاعَ لَهَا»
"Demi Allah
yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Sesungguhnya Lailatul
qadr itu di bulan Ramadhan. (perawi berkata), "Ubay bersumpah tanpa
menyebut "insya Allah." Ubay melanjutkan kata-katanya, "Demi
Allah, saya mengetahui pada malam kapan dia (Lalilatul Qadr); ia adalah malam
ke dua puluh tujuh. Dan tandanya adalah matahari terbit di pagi hari dalam
keadaan putih tanpa sorotan sinar." (Hr. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan
Tirmidzi)
Mungkin hikmah
mengapa malam Lailatul qadr disembunyikan oleh Allah Ta’ala adalah agar
diketahui siapa yang sungguh-sungguh beribadah dan siapa yang bermalas-malasan.
Dalam kitab Minhatul
Allam disebutkan,
Para ulama
berbeda pendapat dalam menentukan malam Lailatul Qadr, Al Hafizh Ibnu Hajar Al
Asqalani sampai menyebutkan 46 pendapat, sebagian besarnya pendapat yang tidak
didasari dalil, dan bisa disimpulkan menjadi tiga bagian:
1.
Pendapat yang batil, yaitu menyatakan bahwa Lailatul Qadr
telah diangkat, atau pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul Qadr ada pada
setiap bulan dalam setahun, serta pendapat bahwa Lailatul Qadr adalah pada
malam Nishfu Sya'ban.
2. Pendapat yang
lemah, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul Qadr terjadi di awal
Ramadhan atau pertengahan bulan Ramadhan.
3. Pendapat yang
kuat, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul Qadr di sepuluh terakhir
bulan Ramadhan.
Pendapat yang tampak
paling kuat adalah bahwa Lailatul Qadr di sepuluh terakhirnya, dan pada malam
ganjilnya lebih kuat lagi, sedangkan pada malam ke 27 tampak lebih kuat lagi
daripada malam-malam lainnya. (Minhatul Allam 5/147)
Selanjutnya apa
ciri dan tanda bahwa suatu malam sebagai malam Lailatul Qadr?
Ciri dan tandanya
adalah bahwa ia terjadi pada 10 terakhir bulan Ramadhan di malam ganjilnya, malamnya terang, tidak
panas dan tidak dingin. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَيْلَةُ
الْقَدْرِ لَيْلَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَّةٌ وَ لاَ بَارِدَةٌ (وَلاَسَحَابٌ
فِيْهَا وَلاَمَطَرٌ وَلاَرِيْحٌ ) وَ لاَ يُرْمَى فِيْهَا بِنَجْمٍ وَ
مِنْ عَلاَمَةِ يَوْمِهَا تَطْلُعُ الشَّمْسُ لاَ شُعَاعَ لَهَا
“Malam Lailatul Qadr
adalah malam yang terang, tidak panas dan tidak dingin (tidak ada gumpalan
awan, hujan maupun angin), dan tidak dilepaskan bintang. Sedangkan di antara
tanda pada siang harinya adalah terbitnya matahari tanpa ada syu’anya.” (Hr.
Thabrani dalam Al Kabir dari Watsilah, dan dihasankan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 5472, namun yang disebutkan dalam tanda
kurung menurutnya adalah dha’if, lihat Dha’iful Jaami’ no. 4958).
Syu’a, menurut Imam Nawawi artinya yang
terlihat dari sinar matahari ketika baru muncul seperti tali temali dan batang
yang menghadap kepadamu ketika engkau melihatnya, yakni sinar matahari yang berserakan
(sorotannya).
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
juga bersabda menerangkan tentang tandanya,
لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ
طَلْقَةٌ لاَ حَارَّة ٌوَلاَ بَارِدَةٌ وَتُصْبِحُ شَمْسُ صَبِيْحَتِهَا
ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاءُ
“(Malam Lailatul Qadr adalah) malam yang
ringan, sedang, tidak panas dan tidak dingin, dimana matahari pada pagi harinya
melemah kemerah-merahan.” (Hr. Thayalisi dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman,
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 5475).
Ibnu Katsir berkata, “Dan tanda malam Lailatul qadr adalah
bahwa malam tersebut bersih, terang, seakan-akan ada bulan yang bersinar,
tenang, tidak dingin dan tidak panas, sedangkan (pada pagi hari) matahari
terbit dalam keadaan sedang tanpa ada sinar yang berserakan seperti bulan pada
malam purnama.”
Adapun doa ketika mengetahui Lailatul
qadr adalah sebagaimana dalam hadits Aisyah radhiyallahu anha berikut:
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ :
أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ
فِيهَا? قَالَ: " قُولِي: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ
فَاعْفُ عَنِّي
Dari
Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah,
bagaimana pendapatmu jika aku mengetahui kapan malam lailatul qadr, apa yang
saya ucapkan?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau
Maha Pemaaf, Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah aku.” (Hr. Lima orang
Ahli hadits selain Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Tirmidzi dan Hakim).
Kita meminta
kepada Allah agar Dia memberikan kita kekuatan untuk memanfaatkan sepuluh
terakhir bulan Ramadhan dengan berbagai amal saleh dan menerima amal ibadah kita,
aamin.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
آلِ
مُحَمَّدٍ
كَمَا
صَلَّيْتَ
عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى
آلِ
إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ
حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ،
اَللَّهُمَّ بَارِكْ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
آلِ
مُحَمَّدٍ
كَمَا
بَارَكْتَ
عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى
آلِ
إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ
حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ
رَّحِيمٌ
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ -- وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ –
وَ الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
[i] Kalimat ini untuk membesarkan malam Lailatul Qadr.
[ii] Qatadah berkata, “Pada malam itu ditentukan segala urusan
dan ditentukan ajal dan rezeki, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Pada malam
itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,” (Terj. QS. Ad Dukhaan: 4)
[iii] Sa’id bin Manshur berkata dari Mujahid tentang firman Allah,
“Sejahteralah (malam itu),” ia berkata, “Yakni sejahtera, dimana setan
tidak dapat berbuat buruk di dalamnya atau mengganggu.” Qatadah dan Ibnu Zaid
berkata tentang firman Allah Ta’ala, “Sejahteralah (malam itu),”
maksudnya malam itu baik seluruhnya tidak ada keburukan sampai terbit fajar.”
0 komentar:
Posting Komentar