Kiat Meraih Husnul Khatimah

بسم الله الرحمن الرحيم
حسن الخاتمة | مختارات من الرسائل الإسلامية المفيدة
Kiat Meraih Husnul Khatimah
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut kami sebutkan pembahasan tentang kiat meraih Husnul Khatimah (akhir kehidupan yang baik), semoga Allah Subhaanahu wa Ta'ala menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
Kiat Meraih Husnul Khatimah
1. Benarnya akidah dan ibadah, yakni dengan istiqamah menjaga tauhid dan mengikuti sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan Kami adalah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih;” dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (Qs. Fushshilat: 30)
istiqamah di atas tauhid tidak dapat dicapai kecuali dengan terus belajar tauhid, mengamalkannya dalam keseharian, dan mendakwahkannya, serta istiqamah di atasnya, dimana keutamaannya sebagaimana ayat di atas adalah mendapatkan kabar gembira ketika akan meninggal dunia berupa penjagaan dari hal yang dikhawatirkan (di hadapannya), dan mendapatkan hiburan sehingga tidak bersedih (terhadap masa yang telah berlalu dan apa yang ditinggalkannya), serta kabar gembira berupa surga yang dijanjikan Allah Azza wa Jalla, di samping  mendapatkan keteguhan dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat sebagaimana firman Allah Ta’ala di surah Ibrahim ayat 27, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu (kalimat tauhid) dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah akan menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Tafsir Hidayatul Insan karya penulis surah Fushshilat: 30)
2. Selalu bertobat dari dosa dan tidak menjadikan maksiat sebagai amal yang terus menerus dilakukan.
3. Berbaik sangka kepada Allah Azza wa Jalla
Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Anas, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menemui seorang pemuda yang akan meninggal dunia, lalu Beliau bersabda, “Apa yang engkau rasakan?” Ia menjawab, “Demi Allah, wahai Rasulullah, aku berharap kepada Allah, namun aku takut akan dosa-dosaku,” maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا المَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ»
“Tidaklah berkumpul dua perasaan ini dalam hati seorang hamba di saat seperti ini, melainkan Allah akan memberikan harapannya dan mengamankannya dari yang ditakutinya.” (Dihasankan oleh Al Albani)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
«لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللهِ الظَّنَّ»
“Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.” (Hr. Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Jabir)
4. Berbuat baik kepada orang lain
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 
صَنَائِعُ الْمَعْرُوْفِ تَقِي مَصَارِعَ السُّوْءِ وَصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَصِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيْدُ فِي الْعُمُرِ
“Perbuatan baik kepada orang lain dapat menjaga dari kematian yang buruk, sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dapat memadamkan kemurkaan Allah, dan silaturrahim dapat memanjangkan umur.” (Hr. Thabrani  dari Abu Umamah, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 3797)
5. Menunggu tibanya waktu shalat, berjalan kaki ke masjid, dan menyempurnakan wudhu.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
" أَتَانِي اللَّيْلَةَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ، - قَالَ أَحْسَبُهُ فِي الْمَنَامِ - فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ هَلْ تَدْرِي فِيمَ يَخْتَصِمُ المَلَأُ الأَعْلَى؟ " قَالَ: " قُلْتُ: لَا "، قَالَ: «فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا بَيْنَ ثَدْيَيَّ» أَوْ قَالَ: " فِي نَحْرِي، فَعَلِمْتُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ، قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ تَدْرِي فِيمَ يَخْتَصِمُ المَلَأُ الأَعْلَى؟ قُلْتُ: نَعَمْ، فِي الكَفَّارَاتِ، وَالكَفَّارَاتُ المُكْثُ فِي المَسَاجِدِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، وَالْمَشْيُ عَلَى الْأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ، وَإِسْبَاغُ الوُضُوءِ فِي المَكَارِهِ، وَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ عَاشَ بِخَيْرٍ وَمَاتَ بِخَيْرٍ، وَكَانَ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِذَا صَلَّيْتَ فَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ المَسَاكِينِ، وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ، قَالَ: وَالدَّرَجَاتُ إِفْشَاءُ السَّلَامِ، وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَالصَّلَاةُ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ "
“Semalam Tuhanku datang kepada-Ku dengan penampilang yang sangat indah –sepertinya ketika aku tidur- lalu berfirman, “Wahai Muhammad, tahukah engkau dalam hal apa para malaikat berbantah-bantahan?” Aku menjawab, “Tidak tahu.” Maka Allah meletakkan Tangan-Nya di antara kedua pundakku sehingga aku merasakan kesejukan di antara kedua dadaku –atau pada leherku-, maka aku pun tahu apa yang terjadi di langit dan di bumi.” Dia berfirman lagi, “Wahai Muhammad, tahukah engkau dalam hal apa para malaikat berbantah-bantahan?” Aku menjawab, “Ya, dalam hal kaffarat (pengampunan dosa), dan kaffarat itu terjadi dengan berdiam di masjid setelah shalat, berjalan kaki menuju shalat berjamaah, dan menyempurnakan wudhu ketika kondisi tidak menyenangkan. Barang siapa yang melakukan hal itu, maka dia akan hidup di atas kebaikan dan meninggal di atas kebaikan, dan dosa-dosanya bersih sebagaimana ketika dia dilahirkan oleh ibunya.” Dia juga berfirman, “Wahai Muhammad, ketika engkau shalat ucapkanlah,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ المَسَاكِينِ، وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu agar dapat mengerjakan berbagai kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mencintai orang-orang miskin, dan jika Engkau hendak menimpakan cobaan kepada hamba-hamba-Mu, maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terfitnah.”
Demikian pula dapat meninggikan derajat, yaitu ketika menyebarkan salam, memberi makan orang lain, shalat di malam hari ketika orang-orang sedang tidur.” (Dishahihkan oleh Al Albani)
6. Banyak mengingat kematian dan tidak berlebihan dalam mencintai dunia
7. Berdoa agar tidak dikuasai oleh setan saat menjelang ajal
Dari Abul Yasr, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa berdoa,
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ، وَالْحَرَقِ، وَالْهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا»
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa reruntuhan, jatuh dari tempat yang tinggi, dari tenggelam, terbakar, dan penyakit tua. Aku juga berlindung kepada-Mu dari dikuasai setan saat akan meninggal dunia. Aku juga berlindung kepada-Mu dari mati di jalan-Mu dalam keadaan melarikan diri, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena terpatuk (hewan berbisa).” (Hr. Nasa’i, dishahihkan oleh Al Albani)
8. Meminta kepada Allah agar memperoleh Husnul Khatimah
Misalnya berdoa,
أَللّٰهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ وَلَا تَخْتِمْ عَلَيْنَا بِسُوْءِ الْخَاتِمَةِ
"Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan husnul khatimah dan janganlah Engkau akhiri hidup kami dengan su’ul khatimah (akhir yang buruk)."
9. Membaca Sayyidul Istighfar di pagi dan petang
Imam Bukhari meriwayatkan dari Syaddad bin Aus, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
" سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ " قَالَ: «وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ»
“Sayyidul Istighfar (Pemimpin istighfar) adalah engkau mengucapkan, “Allahumma anta Rabbi...dan seterusnya sampai illaa anta.” (artinya: Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Beliau melanjutkan sabdanya, Barang siapa membacanya dengan yakin di bagian dari siang hari (pagi hari), lalu ia meninggal dunia pada hari itu, maka ia akan masuk surga. Demikian juga jika membacanya di bagian dari malam hari (sore hari) sambil meyakininya, lalu ia meninggal dunia sebelum tiba pagi hari maka ia akan termasuk penghuni surga.
10. Membaca doa sebelum tidur
Dari Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku,
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ، فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ، وَقُلْ:" اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ " فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ
“Apabila engkau mendatangi tempat tidurmu, maka wudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat, kemudian berbaringlah ke sisimu sebelah kanan, dan ucapkanlah, Allahumma aslamtu…sampai arsalta.” (artinya: Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu, aku meminta perlindungan kepada-Mu terhadap punggungku dengan rasa harap dan cemas kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan tempat keselamatan selain kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan Nabi-Mu yang engkau utus). Jika engkau wafat pada malam hari itu, maka engkau wafat di atas fitrah, dan jadikanlah kalimat itu sebagai kalimat terakhir yang engkau ucapkan (sebelum tidur).” (HR. Bukhari dan Muslim)
11. Memperhatikan kesalehan batin (hati yang bersih)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا .
“Demi Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya di antara kamu ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, akan tetapi catatan mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli neraka, ia pun masuk ke neraka. Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang melakukan perbuatan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, akan tetapi catatan mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli surga, ia pun masuk ke surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda Beliau “Sesungguhnya di antara kalian ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta akan tetapi catatan itu mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli neraka, ia pun masuk ke neraka,” hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya orang yang mengerjakan amalan ahli surga niatnya baik, karena orang tersebut meskipun tampak di hadapan manusia mengerjakan amalan penduduk surga namun memiliki niat yang buruk, dan niat buruk itu menguasai dirinya sehingga ia mendapatkan suu’ul khaatimah (akhir hayat yang buruk), nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.
Dan seseorang akan meninggal dunia sesuai keadaannya ketika hidup, maka hendaknya ia berusaha tetap di atas iman dan amal saleh. Kita meminta kepada Allah agar Dia memberikan kepada kita Husnul Khatimah, aamin,
Kisah
Sa'id bin Abdul Aziz rahimahullah berkata, "Saat Bilal bin Rabah akan meninggal dunia ia berkata, "Besok kami akan menemui para kekasih,  yaitu Muhammad dan para pengikutnya."  Ketika itu istrinya berkata, "Aduh sengsaranya diriku." Bilal berkata,  "Aduh bahagianya diriku."
(Siyar A'lamin Nubala 1/359)
Ismail bin Yahya Al Muzanniy rahimahullah berkata, “Aku menemui Imam Syafi'i saat ia sakit yang membawanya kepada kematian, aku pun bertanya kepadanya, "Wahai Abu Abdillah, bagaimana keadaanmu di pagi ini?” 
Ia menjawab sambil mengangkat kepalanya, "Keadaanku di pagi ini akan pergi meninggalkan dunia, akan berpisah dengan saudara-saudaraku, akan menemui amal burukku, dan akan menghadap Allah Ta'ala. Aku tidak tahu nasib ruhku, akankah menuju ke surga sehingga Aku mengucapkan selamat kepadanya, ataukah ke neraka sehingga aku berduka cita terhadapnya?” Lalu beliau pun menangis. (As Siyar 10/75)
Imam Nawawi rahimahullah berkata,”Ketauhilah, bahwa yang dipilih untuk seorang hamba pada saat sehatnya adalah memiliki rasa takut dan rasa harap secara sama, sedangkan ketika sakit, maka didahulukan rasa harap.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللهِ الظَّنَّ
“Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.” (Hr. Muslim)
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji: Maktabah Syamilah, Kutubus Sittah, Riyadhush Shalihin (Imam Nawawi), Hidayatul Insan (Penulis), 10 Kiat Meraih Husnul Khatimah (tulisan Ust. Najmi Umar Bakkar), dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger