بسم الله الرحمن الرحيم
Khutbah Idul Fitri 1438 H
Mari Merenung Sejenak!
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ :
Allahu
akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.
Laailaahaillallahu wallahu akbar. Allahu akbar
walillahil hamd.
Allahu
akbar, Allahu akbar, Allahu akbar kabira.
Allahu
akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillahil hamd. Allahu akbar wa ajallu.
Allahu akbar ‘ala maa hadaanaa.
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Kita memuji Allah Azza
wa Jalla atas nikmat-nikmat-Nya yang banyak tidak terhingga kepada kita, di
antaranya adalah nikmat Islam dan taufiq; dijadikan-Nya kita sebagai kaum
muslimin dan diberikan kepada kita kemudahan oleh-Nya untuk dapat menjalankan
ajaran Islam.
Di antara taufiq dan pertolongan Allah kepada kita adalah Dia memudahkan
kita menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, dimana tujuannya adalah
agar kita menjadi hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Maka dari itu, jangan sampai
setelah kita menjalankan ibadah puasa, kita kembali lagi berbuat maksiat; kita
kembali lagi meninggalkan shalat, kita kembali lagi durhaka kepada kedua orang
tua, kita kembali lagi bergaul dengan orang lain menggunakan akhlak tercela,
dan wanita-wanita kita kembali lagi melepas jilbab dan membuka aurat.
Ketahuilah wahai kaum
muslimin, bahwa tanda diterimanya amal seseorang adalah diberikan taufiq oleh
Allah untuk beramal saleh selanjutnya.
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Setelah kita selesai
menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, Allah Subhaanahu wa Ta’ala
memerintahkan kita untuk mengagungkan-Nya, Dia berfirman,
“Hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (Terj. QS. Al Baqarah: 185)
Kita mulai mengagungkan-Nya dengan bertakbir setelah terbenam matahari
hingga tiba di lapangan shalat Ied, yaitu dengan mengucapkan takbir, yang
lafaznya sudah khatib sampaikan di awal khutbah (lafaznya telah ditebalkan);
seseorang boleh memilih mana saja dari tiga lafaz itu.
Telah diriwayatkan dari Imam Syafi’i, Ibnul Musayyib, Urwah, dan Abu
Salamah, bahwa mereka bertakbir pada malam Idul Fitri dengan menjahar(keras)kan
takbirnya.
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Dengan tibanya malam Idul Fitri, maka kita diwajibkan membayar zakat fitri,
yaitu satu sha’ (4 mud/kaupan tangan orang dewasa) makanan pokok yang diberikan kepada kaum fakir dan miskin agar tidak ada lagi seseorang yang berkelilig
meminta-minta pada hari itu. Seseorang boleh mengeluarkan zakatnya sehari atau
dua hari sebelum hari raya sebagaimana praktek Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
dan lebih utama setelah shalat Subuh pada hari raya sampai menjelang shalat
Ied.
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Sekarang kita berkumpul di tempat ini, di antara kita ada yang lemah dan
ada yang kuat, ada yang masih muda dan ada yang suda tua, ada yang menjadi
atasan dan ada yang menjadi bawahan, ada yang kaya dan ada yang miskin, setelah
itu kita akan pulang ke rumah kita masing-masing. Ingatlah, kita juga akan
berkumpul lagi di suatu tempat dengan jumlah yang lebih banyak dari ini, yaitu
di padang mahsyar untuk dihisab (diperiksa amal) oleh Allah Azza wa Jalla. Selanjutnya masing-masing kita akan pulang, ada yang
pulangnya ke neraka –wal 'iyadz billah-, dan ada yang pulang ke surga. Maka dari itu, hendaklah
masing-masing kita memperhatikan dirinya; apakah dia sudah berada di atas
ketaatan kepada Allah ataukah masih berada di atas kemaksiatan? Jika
dirinya bergelimang di atas kemaksiatan, maka berarti dia telah bersiap-siap
pulang ke neraka dan menjadi bahan bakarnya, dan jika dirinya berada di atas
ketaatan, maka berarti dia telah bersiap-siap pulang ke surga. Allah Subhaanahu
wa Ta’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (Terj. QS. Al Hasyr: 18)
Kita meminta kepada Allah agar tempat kembali kita adalah ke surga dan
tidak ke neraka. Maka perbaikilah amal kita dari sekarang dan
jangan menunda!
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Sebagian manusia ketika diajak menaati Allah dan Rasul-Nya masih berat
melakukannya, padahal itu pertanda bahwa dirinya tidak mendapatkan taufiq dari Allah
Subhaanahu wa Ta’ala, Dia berfirman,
“Barang siapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (menjalankan agama) Islam. Dan barang
siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya
sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.” (QS. Al An’aam: 125)
Ada pula yang belum siap menaati Allah dan Rasul-Nya karena menyangka
dirinya masih jauh dari kematian; dirinya masih muda dan sehat, di samping
ingin memanfaatkan masa muda dengan bersenang-senang.
Kita katakan kepadanya, “Saudaraku, sesungguhnya kematian jika datang tidak
memperhatikan orang yang dijemput, baik muda atau tua, masih sehat atau sedang
sakit, ia bisa mendatanginya. Dan jika kematian telah datang kepadanya
sedangkan masa mudanya hanya ia isi dengan bersenang-senang dan hal yang
sia-sia, maka dia akan menyesal sekali; saat itu ia pun sadar. Padahal
ketika kematian telah datang, maka penyesalan dan sikap sadar tidak berguna
lagi, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan pada hari itu sadarlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi
kesadaran itu baginya.--Dia mengatakan, "Alangkah baiknya kiranya aku
dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (QS. Al Fajr: 23-24)
Saudaraku, menaati
Allah dan Rasul-Nya tidak menghalangimu untuk bersenang-senang menikmati masa
muda dan menikmati kesenangan dunia. Waktu yang Allah berikan kepadamu cukup banyak.
Amalan yang Allah wajibkan kepadamu sedikit dan disesuaikan kemampuan. Contohnya
shalat yang lima waktu, ternyata hanya sebentar dan tidak menghabiskan
waktu-waktu kita, di samping sebagai bentuk syukur kepada Allah yang telah
mengaruniakan berbagai nikmat kepada kita. Demikian pula zakat, Allah tidak
menuntut kita mengeluarkan semua harta kita, tetapi sebagian kecil daripadanya.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala membebankan kita beribadah di dunia karena untuk
itulah kita diciptakan, dan Dia sudah menyiapkan kenikmatan yang sempurna dan
kekal abadi, yaitu surga. Akankah surga itu diraih dengan diam saja dan tidak beramal?
Akankah seorang karyawan berhak mendapatkan gaji
sedangkan ia tidak bekerja?
Saudaraku kaum muslimin! Untuk memperoleh kenikmatan dunia saja seseorang harus
keluar dari rumahnya mencari rezeki; tidak mungkin dia santai dan berleha-leha
tiba-tiba turun rezeki dari langit. Apalagi surga? Akankah kita memperoleh
surga sedangkan kita tidak beramal? Saat azan memanggil kita untuk beribadah
kepada Allah, namun kita memilih tinggal di rumah dan enggan mendatanginya?
Ma’aasyiral muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Meskipun bulan Ramadhan telah berlalu, namun kesempatan meraih pahala yang
banyak masih ada, di antaranya adalah dengan melanjutkan berpuasa selama enam
hari di bulan Syawwal, di mana bagi mereka yang melakukannya akan dianggap
seperti berpuasa setahun. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian mengiringinya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawwal,
maka ia seperti berpuasa setahun.” (HR. Jama’ah Ahli Hadits selain Bukhari dan Nasa’i)
Sungguh
sangat beruntung orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk berpuasa sebelum
waktunya habis.
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (Terj. Qs. Ali Imran:
190)
Ya, pada penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah, ilmu-Nya yang sempurna, hikmah-Nya yang dalam, dan rahmat-Nya yang luas.
Allah
Ta'ala menjadikan malam dan siang sebagai kesempatan beramal, tahapan menuju
ajal, ketika tahapan yang satu lewat, maka akan diiringi oleh tahapan selanjutnya.
Siapa saja di antara mereka yang tidak sempat memperbanyak amal di malam
harinya, ia bisa mengejar di siang hari. Ketika tidak sempat di siang hari, ia
bisa mengejar di malam hari,
"Dan
Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin
mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Terj. Qs. Al Furqan: 62)
Oleh
karena itu, sudah sepatutnya seorang mukmin mengambil pelajaran dari pergantian
malam dan siang, karena malam dan siang membuat sesuatu yang baru menjadi bekas,
mendekatkan hal yang sebelumnya jauh, memendekkan umur, membuat muda anak-anak,
membuat binasa orang-orang yang tua, dan tidaklah hari berlalu kecuali membuat seseorang
jauh dari dunia dan dekat dengan akhirat. Orang yang berbahagia adalah orang
yang menghisab dirinya, memikirkan umurnya yang telah dihabiskan, ia pun
memanfaatkan waktunya untuk hal yang memberinya manfa'at baik di dunia maupun
akhiratnya. Jika dirinya kurang memenuhi kewajiban, ia pun bertobat dan
berusaha menutupinya dengan amalan sunat. Jika dirinya berbuat zhalim dengan
mengerjakan larangan, ia pun berhenti sebelum ajal menjemput, dan barang siapa
yang dianugerahi istiqamah oleh Allah Ta'ala, maka hendaknya ia memuji Allah serta
meminta keteguhan kepada-Nya hingga akhir hayat.
Ya Allah, jadikanlah amalan terbaik kami adalah pada
bagian akhirnya, umur terbaik kami adalah pada bagian akhirnya, hari terbaik
kami adalah hari ketika kami bertemu dengan-Mu, Allahumma aamiin.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَّمَدٍ ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ ، وَعَلَى الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ
، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناًّ
وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ
أُمُوْرِنَا ، وَاجْعَلْ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ ، وَنَعُوْذُ
بِكَ مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ
وَلاَ مُضِلِّيْنَ ، رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Marwan Hadidi, M.PdI
Telegram: @Pena_Islam
0 komentar:
Posting Komentar