بسم
الله الرحمن الرحيم
Adab Terhadap Para Sahabat radhiyallahu anhum
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang adab terhadap para sahabat, semoga
Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma
aamin.
Ta’rif
(pengertian) sahabat
Sahabat
secara istilah adalah orang yang bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam keadaan muslim dan wafat di atas Islam.
Adab terhadap para sahabat
1. Mencintai para sahabat, karena Allah Azza wa Jalla dan
Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam mencintai mereka.
Hal itu, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan, bahwa Dia
mencintai mereka, dan mereka pun mencintai-Nya, Dia berfirman,
فَسَوْفَ
يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ
“Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah
lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang
yang suka mencela.” (Qs. Al Maidah: 54)
Ayat di atas merupakan sifat para
sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka.
2. Mengimani akan keutamaan mereka dibanding
kaum mukmin yang lain, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman memuji mereka,
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun
ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar.” (Qs. At Taubah: 100)
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
«لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ
أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ، ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ، وَلاَ نَصِيفَهُ»
“Janganlah kamu mencaci-maki para
sahabatku. Jika sekiranya salah seorang di antara kamu menginfakkan emas sebesar
gunung Uhud, maka infak itu tidak akan menyamai infak mereka baik satu mud
maupun separuhnya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
3. Memandang bahwa Abu Bakar Ash
Shiddiq radhiyallahu anhu adalah sahabat yang paling utama, setelah itu Umar,
Utsman, dan Ali radhiyallahu anhum.
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
«لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا،
لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَلَكِنْ أَخِي وَصَاحِبِي»
“Kalau sekiranya aku boleh mengangkat
kekasih dari umatku, tentu aku akan memilih Abu Bakar, akan tetapi ia adalah
saudaraku dan sahabatku.” (Hr. Bukhari)
Ibnu Umar radhiyallahu anhuma
berkata, “Dahulu kami mengatakan (tentang orang-orang yang paling utama) ketika
Nabi shallallahu alaihi wa sallam masih hidup, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman,
dan Ali, kemudian hal itu sampai ke telinga Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
namun Beliau tidak mengingkari.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud)
Ali radhiyallahu anhu berkata, “Sebaik-baik
umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar, lalu Umar. Jika aku mau menyebut
yang ketiga, tentu aku sebut dia, yakni Utsman.” (Diriwayatkan oleh Ibnu
Asakir, Kanzul Ummal no. 32684 dan 36139)
4. Mengakui kemuliaan dan keutamaan
mereka.
Contoh keutamaan Abu Bakar, Umar, dan
Utsman, bahwa suatu ketika gunung Uhud bergetar, padahal di atas mereka ada
Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«اسْكُنْ أُحُدُ فَلَيْسَ عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ،
وَصِدِّيقٌ، وَشَهِيدَانِ»
“Tenanglah wahai Uhud! Karena di
atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq, dan dua orang syahid.” (Hr. Ahmad, Bukhari, Abu
Dawud, dan Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam juga bersabda kepada Ali radhiyallahu anhu,
«أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ
هَارُونَ مِنْ مُوسَى؟ غَيْرَ أَنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي»
“Tidakkah engkau ridha? Jika
kedudukanmu denganku seperti kedudukan Harun dengan Musa, hanyasaja tidak ada
lagi nabi setelahku.” (Hr. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Beliau juga bersabda tentang Fatimah
radhiyallahu anha putrinya, dan Hasan serta Husain radhiyallahu anhuma kedua
cucunya,
«إِنَّ هَذَا مَلَكٌ لَمْ يَنْزِلِ الأَرْضَ قَطُّ
قَبْلَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ اسْتَأْذَنَ رَبَّهُ أَنْ يُسَلِّمَ عَلَيَّ
وَيُبَشِّرَنِي بِأَنَّ فَاطِمَةَ سَيِّدَةُ نِسَاءِ أَهْلِ الجَنَّةِ وَأَنَّ
الحَسَنَ وَالحُسَيْنَ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الجَنَّةِ»
“Sesungguhnya malaikat ini tidak
turun ke bumi sebelum malam ini, ia meminta izin kepada Rabbnya untuk
memberikan salam kepadaku dan memberikan kabar gembira kepadaku, bahwa Fatimah
adalah pemimpin wanita penduduk surga, dan bahwa Hasan dan Husain adalah pemimpin
para pemuda penghuni surga.” (Hr. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani)
«اللَّهُمَّ أَحِبَّهُمَا، فَإِنِّي أُحِبُّهُمَا»
“Ya Allah cintailah keduanya (Hasan
dan Husain), sesungguhnya aku mencintai keduanya.” (Hr. Bukhari)
Tentang Zubair bin Awwam radhiyallahu
anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيًّا وَإِنَّ حَوَارِيَّ
الزُّبَيْرُ بْنُ العَوَّامِ»
“Sesungguhnya setiap nabi memiliki hawari
(sahabat yang setia), dan sesungguhnya hawariku adalah Zubair bin Awwam.” (Hr.
Bukhari dan Muslim)
Tentang Abdullah bin Umar
radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ رَجُلٌ صَالِحٌ»
“Sesungguhnya Abdullah seorang yang
saleh.” (Hr. Bukhari)
Tentang Zaid bin Haritsah
radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«أَنْتَ أَخُونَا وَمَوْلاَنَا»
“Engkau saudara kami dan maula (budak
yang dimerdekakan) kami.” (Hr. Bukhari)
Tentang Ja’far bin Abi Thalib
radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«أَشْبَهْتَ خَلْقِي وَخُلُقِي»
“Engkau mirip denganku baik fisik
maupun akhlak.” (Hr. Bukhari)
Tentang Bilal bin Rabah radhiyallahu
anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي
الجَنَّةِ
“Aku mendengar suara sandalmu di
hadapanku di surga.” (Hr. Bukhari)
Tentang Salim Maula Abi Hudzaifah,
Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, dan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhum,
Rasulullah shallallahu alaih wa sallam bersabda,
«اسْتَقْرِئُوا القُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ، مِنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَسَالِمٍ، مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ ، وَأُبَيِّ بْنِ
كَعْبٍ، وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ»
“Mintalah pembacaan Al Qur’an dari
empat orang, yaitu dari Abdullah bin Mas’ud, Salim maula Abi Hudzaifah, Ubay
bin Ka’ab, dan Mu’adz bin Jabal.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Tentang Aisyah Ummul Mu’minin
radhiyallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ
كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
“Sesungguhnya keutamaan Aisyah di
atas wanita yang lain adalah seperti keutamaan makanan Tsarid (roti berkuah
dicampur daging) di atas makanan lainnya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Tentang kaum Anshar, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
«الأَنْصَارُ لاَ يُحِبُّهُمْ إِلَّا مُؤْمِنٌ، وَلاَ
يُبْغِضُهُمْ إِلَّا مُنَافِقٌ، فَمَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ
أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ»
“Tidak ada yang mencintai kaum Anshar
melainkan orang mukmin, dan tidak ada yang membencinya melainkan orang munafik.
Barang siapa yang mencintai mereka, maka Allah akan mencintainya, dan barang
siapa yang membenci mereka, maka Allah akan membencinya.” (Hr. Bukhari dan
Muslim)
«لَوْ أَنَّ الأَنْصَارَ سَلَكُوا وَادِيًا، أَوْ
شِعْبًا، لَسَلَكْتُ فِي وَادِي الأَنْصَارِ، وَلَوْلاَ الهِجْرَةُ لَكُنْتُ
امْرَأً مِنَ الأَنْصَارِ»
“Kalau sekiranya kaum Anshar menempuh
sebuah lembah atau jalan di gunung, tentu aku akan menempuh lembah orang-orang
Anshar, dan kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk orang-orang Anshar.”
(Hr. Bukhari)
Tentang Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu
anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«اهْتَزَّ العَرْشُ لِمَوْتِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ»
“Arsyi berguncang karena kematian
Saad bin Mu’adz.” (Hr. Bukhari)
Tentang keutamaan Usaid bin Khudhair
radhiyallahu anhu, bahwa suatu ketika ia bersama salah seorang sahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di rumah Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam pada suatu malam yang gelap, ketika mereka berdua pulang, tiba-tiba
ada cahaya di hadapan mereka sehingga mereka dapat berjalan di bawah cahaya
itu, dan ketika mereka berdua berpisah, cahaya pun terbagi dua (sebagaimana
dalam Shahih Bukhari no. 3805).
Tentang Ubay bin Ka’ab radhiyallahu
anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah
memerintahkan kepadaku untuk membacakan kepadamu ayat “Lam yakunilladziina
kafaru…dst.” (Qs. Al Bayyinah).” Lalu Ubay bertanya, “Apakah Allah menyebut
namaku?” Beliau menjawab, “Ya.” Maka Ubay pun menangis.” (Hr. Bukhari dan
Muslim)
Tentang Khalid bin Walid radhiyallahu
anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
سَيْفٌ مِنْ سُيُوفِ اللَّهِ
“Salah satu di antara pedang-pedang
Allah.” (Hr. Bukhari)
Tentang Abu Ubaidah ibnul Jarrah
radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«هَذَا أَمِينُ هَذِهِ الْأُمَّةِ»
“Ini adalah orang terpercaya umat
ini.” (Hr. Bukhari)
«أَرْحَمُ أُمَّتِي بِأُمَّتِي أَبُو بَكْرٍ،
وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ، وَأَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ،
وَأَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ، وَأَفْرَضُهُمْ زَيْدُ
بْنُ ثَابِتٍ، وَأَعْلَمُهُمْ بِالحَلَالِ وَالحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ أَلَا
وَإِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينًا وَإِنَّ أَمِينَ هَذِهِ الأُمَّةِ أَبُو
عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ»
“Umatku yang paling sayang kepada
umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menjalankan perintah Allah
adalah Umar, yang paling benar malunya adalah Utsman, paling pandai terhadap Kitabullah
adalah Ubay bin Ka’ab, paling mengerti faraidh (warisan) adalah Zaid bin
Tsabit, dan paling mengerti yang halal dan yang haram adalah Mu’adz bin Jabal.
Ingatlah, sesungguhnya setiap umat memiliki orang terpercaya, dan orang terpercaya
umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al
Jarrah.” (Hr. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Hakim, dan
Baihaqi, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 895)
5. Tidak menyebutkan keburukan para
sahabat, dan berdiam diri terhadap perselisihan yang terjadi di antara mereka.
Hal itu karena kebaikan mereka yang
begitu banyak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
«لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ
أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ، ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ، وَلاَ نَصِيفَهُ»
“Janganlah kamu mencaci-maki para
sahabatku. Jika sekiranya salah seorang di antara kamu menginfakkan emas sebesar
gunung Uhud, maka infak itu tidak akan menyamai infak mereka baik satu mud
maupun separuhnya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
6. Mengimani kesucian istri-istri
Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan bahwa mereka adalah wanita suci dan
bersih, serta mendoakan ridha Allah untuk mereka, demikian juga memandang,
bahwa istri Beliau yang terbaik adalah Khadijah binti Khuwailid dan Aisyah
binti Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhuma.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ
أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama
bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah
ibu-ibu mereka.” (Qs. Al Ahzaab: 6)
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa
alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji’: Minhajul Muslim (Abu
Bakar Al Jazairiy), Maktabah Syamilah versi 3.45, Kanzul
Ummal (Alauddin Ali bin Hisamuddin Asy Syadzili), dll.
0 komentar:
Posting Komentar