Fiqih Qiyamullail (2)

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫قيام الليل‬‎
Fiqih Qiyamullail (2)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan pembahasan fiqih Qiyamullail, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Adab ketika hendak Qiyamullail
Disunahkan bagi seorang yang hendak qiyamullail melakukan beberapa perbuatan berikut:
1. Hendaknya sebelum tidur meniatkan dalam hatinya untuk melakukan qiyamullail.
Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُومَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ حَتَّى أَصْبَحَ كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Barang siapa yang mendatangi tempat tidurnya dalam keadaan berniat shalat malam, akan tetapi ia tertidur hingga bangun pada waktu Subuh, maka akan dicatat pahala niatnya itu, dan tidurnya merupakan sedekah untuknya dari Tuhannya Azza wa Jalla.” (HR. Nasai dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani)
2. Ketika bangun, duduk terlebih dahulu lalu mengusap bekas tidur dari mukanya, membaca doa bangun tidur yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Alhamdulilladzi ahyaanaa ba’da maa amaatana wa ilaihin nusyur, bersiwak, memandang ke arah langit dan membaca sepuluh ayat bagian akhir surat Ali Imran.
Dari Hudzaifah bin Al Yamani a berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak tidur mengucapkan,
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا
“Dengan nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.”
Dan ketika bangun dari tidur, Beliau mengucapkan,
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami, dan kepada-Nya kami dibangkitkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur hingga pertengahan malam; mendekati atau melewati sedikit, kemudian Beliau bangun dan duduk sambil mengusap bekas-bekas tidur dari wajahnya, lalu Beliau membaca sepuluh ayat terakhir surat Ali Imran (dari ayat inna fii khalqissamaawaati…dst (QS. Ali Imran ayat 190-200), kemudian Beliau berdiri mendatangi geriba (tempat air dari kulit) yang bergantungan, lalu Beliau berwudhu daripadanya dan memperbagus wudhunya, kemudian berdiri shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Membaca doa iftifah shalat malam dengan salah satu doa di bawah ini.
a. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bangun malam melakukan shalat tahajjud, Beliau membaca,
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ الحَقُّ وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Engkaulah yang mengurus langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya. Segala puji bagi-Mu, Engkaulah Pemberi cahaya langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya. Segala puji bagi-Mu, Engkaulah Raja langit dan bumi. Segala puji bagi-Mu, Engkaulah Yang Mahabenar, janji-Mu benar, pertemuan dengan-Mu benar, firman-Mu benar, surga benar, neraka benar, para nabi benar, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam benar, dan hari Kiamat benar. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal. Kepada-Mu aku kembali, karena-Mu aku melawan musuh, dan kepada-Mu aku berhukum. Ampunilah aku baik dosa yang terdahulu maupun yang akan datang, dosa yang aku sembunyikan maupun yang aku lakukan terang-terangan, Engkau yang mendahulukan dan Engkau yang mengakhirkan, tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau.”
Perawi bernama Abdul Karim Abu Umayyah menambahkan,
«وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ»
“Dan tidak ada daya serta upaya melainkan dengan pertolongan Allah.”
(HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah)
b. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengawali shalat malamnya dengan membaca,
اَللَّهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah Tuhan malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil, yang menciptakan langit dan bumi, yang mengetahui sesuatu yang gaib dan nyata. Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukilah aku kepada kebenaran dalam hal yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjuki siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” (HR. Muslim).
c. Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam, lalu Beliau membaca,
اَللهُ أَكْبَرُ (3) ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
“Allah Mahabesar (3x) Pemilik kerajaan, keperkasaan, kebesaran, dan keagungan.” (HR. Thayalisi, Abu Dawud, Nasa’i, dan dishahihkan oleh Al Albani).
Dan seseorang boleh membaca doa istiftah lainnya yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lainnya sebagaimana yang telah kami sebutkan sebagiannya dalam sunah-sunah shalat.
4. Mengawali shalat malam dengan dua rakaat yang ringan, lalu shalat malam setelahnya sesuai keinginannya.
Dari Asiyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bangun malam untuk shalat, maka Beliau mengawali shalatnya dengan dua rakaat yang ringan.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلِ، فَلْيَفْتَتِحْ صَلَاتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ
“Apabila salah seorang di antara kamu bangun untuk shalat malam, maka hendaklah ia awali shalat malamnya dengan dua rakaat yang ringan.” (HR. Muslim)
5. Membangunkan istrinya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ أَبَتْ، نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى، نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ»
“Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun malam lalu shalat, kemudian ia bangunkan istrinya. Jika istrinya enggan, maka ia percikkan air ke mukanya. Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun malam lalu shalat, kemudian ia bangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, maka ia percikkan air ke mukanya.” (HR. Abu Dawud, dan dinyatakan hasan shahih oleh Al Albani)
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, keduanya berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّيَا، أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا، كُتِبَا فِي الذَّاكِرِينَ وَالذَّاكِرَاتِ
“Apabila seorang laki-laki membangunkan istrinya di malam hari, lalu keduanya shalat, atau shalat dua rakaat bersama-sama, maka keduanya akan dicatat termasuk golongan laki-laki dan wanita yang banyak berdzikr.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani).
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwa suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bangun dan bersabda,
«سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الفِتْنَةِ، مَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الخَزَائِنِ، مَنْ يُوقِظُ صَوَاحِبَ الحُجُرَاتِ؟ يَا رُبَّ  كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الآخِرَةِ»
“Mahasuci Allah. Fitnah apa yang diturunkan pada malam ini dan perbendaharaan apa yang diturunkan pada malam ini? Siapakah yang mau membangunkan orang yang berada di dalam kamar. Betapa banyak orang yang berapakaian di dunia, namun telanjang di akhirat.” (HR. Bukhari)
Dari Ali radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi dirinya dan Fatimah di malam hari, lalu Beliau bertanya, “Mengapa kamu berdua tidak shalat?” Aku menjawab. “Wahai Rasulullah, jiwa kami berada di Tangan Allah. Jika Dia menghendaki membangunkan kami, niscaya kami bangun,” lalu Beliau berpaling saat kami mengatakan demikian dan tidak membalas apa-apa kepadaku, lalu aku mendengar Beliau saat berpaling sambil menepuk pahanya membacakan ayat, “Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (Terj. QS. Al Kahfi : 54)
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam, wal hamdulillahi Rabbil alamin.
Marwan bin Musa
Maraji’: Fiqhus Sunnah (Syaikh Sayyid Sabiq), Shahih Fiqhis Sunnah (Abu Malik Kamal bin As Sayyid), Tamamul Minnah (Syaikh M. Nashiruddin Al Albani), Al Fiqhul Muyassar fii Dhau’il Kitab wa Sunnah (Tim Ahli Fiqh, KSA), Mausu’ah Ruwathil Hadits (Markaz Nurul Islam Li Abhatsil Qur’ani was Sunnah),  Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger