بسم الله الرحمن الرحيم
Meraih Ampunan Allah Azza wa Jalla
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut beberapa
cara meraih maghfirah (ampunan) Allah Azza wa Jalla, semoga Allah menjadikan
risalah ini ditulis ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Ta’rif (Pengertian)
Maghfirah
Maghfirah berasal dari kata
ghafara. Jika dikatakan ” غَفَرَ اللهُ ذُنُوْبَهُ” (artinya: Allah mengampuni dosa-dosanya),
maka maksudnya Allah menutupi dosa-dosanya dan memaafkannya. Dengan demikian,
orang yang mendapatkan ampunan Allah Subhaanahu wa Ta’ala, berarti orang itu
ditutupi dosa-dosanya dan dimaafkan-Nya.
Meraih Ampunan Allah
Ampunan Allah Azza wa Jalla
adalah harapan terbesar seorang muslim, karena dengan diampuni dosa-dosanya -dimana
setiap manusia pasti punya dosa- maka seseorang akan memperoleh kebahagiaan
di dunia dan di akhirat. Di dunia dengan mendapatkan berbagai macam kenikmatan
(lihat surat Nuh ayat 11 dan 12) dan terhindar dari azab (lihat surat Al
Anfaal: 33), dan di akhirat dengan dimasukkan ke dalam surga-Nya.
Allah Azza wa Jalla dalam
banyak ayat di kitab-Nya mengajak hamba-hamba-Nya untuk meminta ampunan terhadap
dosa-dosa mereka dan bertobat kepada-Nya betapa pun banyak dan besar dosa yang
dilakukannya, dan Dia menjanjikan akan mengampuni dosa mereka jika mereka
meminta ampunan kepada-Nya. Dia berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا
تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
أَلَمْ يَعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ
عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima tobat dari
hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwa Allah Maha Penerima tobat lagi
Maha Penyayang?” (At
Taubah: 104)
نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang,” (At Taubah: 49)
Dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«لَلَّهُ
أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ أَحَدِكُمْ، مِنْ أَحَدِكُمْ بِضَالَّتِهِ، إِذَا
وَجَدَهَا»
“Sungguh, Allah lebih bergembira dengan tobat yang dilakukan salah
seorang di antara kamu daripada seseorang yang menemukan kembali hewan
kendaraannya yang hilang (di tengah padang pasir).” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim meminta ampun kepada
Allah dan berusaha meraih ampunan-Nya dengan melakukan amalan-amalan yang
menjadi sebab diampuni dosanya.
Amalan-amalan yang mendatangkan ampunan Allah Azza wa Jalla
1.
Meminta ampunan kepada Allah Azza wa Jalla dan
bertobat kepada-Nya sebelum ajal tiba dan sebelum matahari terbit dari barat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَابَ إِلَى اللهِ قَبْلَ أَنْ يُغَرْغِرَ قَبِلَ اللهُ مِنْهُ
“Barang siapa yang bertobat kepada Allah sebelum nyawa di
tenggorokan, maka Allah akan menerima tobatnya.” (HR. Hakim, dishahihkan oleh
Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6132)
«مَنْ
تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، تَابَ اللهُ عَلَيْهِ»
“Barang siapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat,
maka Allah akan menerima tobatnya.” (HR. Muslim)
2.
Menjaga Tauhid dan menjauhi syirk (menyekutukan
Allah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ
آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ
مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ
السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ
أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي
شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
Allah
Ta’ala berfirman, "Wahai anak Adam! Sungguh, selama kamu berdoa kepada-Ku
dan memohon kepada-Ku, maka Aku akan ampuni, Aku tidak peduli (betapa pun besar
dosamu). Wahai anak Adam! Seandainya dosa-dosamu setinggi awan di langit
kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan ampuni. Wahai anak Adam!
Sungguh, jika kamu datang kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian kamu
menemui-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu, maka Aku akan menemui kamu
dengan ampunan sepenuh itu pula.“ (HR. Tirmidzi dan dia berkata,
"Haditsnya hasan shahih.").
3.
Mendirikan shalat yang lima waktu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ
أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا، مَا تَقُولُ: ذَلِكَ يُبْقِي
مِنْ دَرَنِهِ " قَالُوا: لاَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا، قَالَ:
«فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ، يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الخَطَايَا»
Dari Abu Hurairah, bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana menurut kalian, jika ada sebuah sungai
di depan pintu rumah kalian, lalu ia mandi di sana setiap hari lima kali,
apakah hal itu akan menyisakan kotoran pada tubuhnya?” Para sahabat menjawab,
“Tentu tidak menyisakan kotoran sedikit pun.” Beliau bersabda, “Itulah
perumpamaan shalat yang lima waktu. Allah akan menghapuskan dosa-dosa
dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4.
Membayar Zakat
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At Taubah: 103)
Menurut As Sa’diy, maksud “membersihkan” adalah menyucikan mereka
dari dosa-dosa dan akhlak yang hina.
5.
Berpuasa Ramadhan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ»
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap
pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
6.
Berhaji ke Baitullah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ
حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ، وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ
أُمُّهُ»
“Barang siapa yang berhaji karena Allah, ia tidak berkata-kata
rafats (kotor) dan tidak berbuat kefasikan di dalamnya, maka ia akan pulang
dalam keadaan seperti ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari)
7.
Menjauhi dosa-dosa besar
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
إِن تَجْتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ
عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلاً كَرِيماً
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang
dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An Nisaa’: 31)
8.
Berbuat baik kepada manusia
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَا يَأْتَلِ أُوْلُوا الْفَضْلِ مِنكُمْ وَالسَّعَةِ أَن يُؤْتُوا
أُوْلِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan
di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada
kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada
jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu
tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang,” (QS. An Nuur: 22)
Dalam catatan kaki Terjemah Al Qur’an DEPAG disebutkan, bahwa ayat
ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu bahwa dia tidak akan
memberikan apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam
menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang
beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh memaafkan dan berlapang dada
terhadap mereka setelah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.
9.
Berbuat baik kepada hewan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا
رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ
خَرَجَ فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ
بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ
ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, ”Ketika seseorang sedang berjalan, di tengah perjalanan ia merasakan
kehausan, ia pun turun ke sumur dan meminum airnya. Lalu keluar darinya,
dilihatnya ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya; menjilat-jilati tanah
karena kehausan. Orang itu berkata, “Sungguh hewan ini merasakan kehausan
seperti yang aku rasakan,” maka orang itu mengisi air ke dalam sepatunya dan
menahannya dengan mulutnya, lalu memanjat ke atas dan memberi minum anjing itu,
Allah pun berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya.” Lalu para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami akan mendapatkan pahala dalam
(mengasihi) binatang?” Beliau menjawab, “Pada setiap yang berhati basah ada
pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)
10.
Meringankan atau membebaskan hutang orang yang kesulitan
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَلَقَّتِ
الْمَلاَئِكَةُ رُوحَ رَجُلٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَقَالُوا أَعَمِلْتَ مِنَ
الْخَيْرِ شَيْئًا قَالَ لاَ . قَالُوا تَذَكَّرْ . قَالَ كُنْتُ أُدَايِنُ
النَّاسَ فَآمُرُ فِتْيَانِى أَنْ يُنْظِرُوا الْمُعْسِرَ وَيَتَجَوَّزُوا عَنِ
الْمُوسِرِ - قَالَ - قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ تَجَوَّزُوا عَنْهُ
“Para malaikat bertemu dengan ruh seorang yang hidup
sebelum kamu lalu mereka berkata (kepadanya), “Pernahkah kamu berbuat baik
meskipun sedikit?” Dia menjawab, “Tidak.” Mereka berkata, lagi, “Cobalah
ingat,” Ia pun berkata, “Aku pernah memberi pinjaman kepada orang lain, lalu
aku memerintahkan pelayanku untuk memberi tangguh kepada orang yang susah dan
mempermudah yang mampu membayar.” Allah ‘Azza wa Jalla pun berfirman,
“Maafkanlah (kesalahan) dia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
11.
Bersabar terhadap musibah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَا
يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ
أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا
مِنْ خَطَايَاهُ»
“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah, baik berupa keletihan,
sakit, kecemasan, kesedihan, gangguan, dan penderitaan batin, sampai duri yang
mengenainya melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesahalannya dengan
musibah itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
12.
Mengerjakan semua amal saleh
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّـيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى
لِلذَّاكِرِينَ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang
ingat.” (QS. Huud: 114)
Ayat ini menerangkan, bahwa semua amal saleh dapat menghapuskan
dosa. Di antara amal saleh tersebut adalah berwudhu, berdzikr baik yang mutlak (kapan
saja) maupun yang muqayyad (pada saat tertentu), mengucapkan amin dalam shalat
bersamaan dengan aminnya para malaikat, menghadiri shalat Jum’at dengan
memperhatikan adab-adabnya, melangkahkan kaki ke masjid, melakukan shalat
berjamaah, shalat sunah dengan khusyu setelah berwudhu secara sempurna, menunggu
tibanya waktu shalat, melakukan qiyamullail di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala, berpuasa Arafah (9 Dzulhijjah), berpuasa Tasu’a dan Asyura (9
dan 10 Muharram), bersedekah, berumrah, memudahkan dalam bermuamalah (baik
berjual-beli, menagih, dan membayar hutang), berjabat tangan ketika bertemu, dan
lain-lain.
13.
Berdzikr kepada Allah
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، عَلِّمْنِي خَيْرًا
فَأَخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ فَقَالَ: "
قُلْ سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ
أَكْبَرُ قَالَ: فَعَقَدَ الْأَعْرَابِيُّ عَلَى يَدِهِ " وَمَضَى
فَتَفَكَّرَ ثُمَّ رَجَعَ فَتَبَسَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: تَفَكَّرَ الْبَائِسُ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ،
سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ
أَكْبَرُ هَذَا لِلَّهِ فَمَا لِي؟ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَا أَعْرَابِيُّ إِذَا قُلْتَ: سُبْحَانَ اللهِ قَالَ
اللهُ: صَدَقْتَ وَإِذَا قُلْتَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ قَالَ اللهُ: صَدَقْتَ،
وَإِذَا قُلْتَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ قَالَ اللهُ: صَدَقْتَ وَإِذَا قُلْتَ:
اللهُ أَكْبَرُ قَالَ اللهُ: صَدَقْتَ وَإِذَا قُلْتَ: اللهُمَّ اعْفِرْ لِي قَالَ
اللهُ: فَعَلْتُ وَإِذَا قُلْتَ: اللهُمَّ ارْحَمْنِي قَالَ اللهُ: فَعَلْتُ
وَإِذَا قُلْتَ: اللهُمَّ ارْزُقْنِي قَالَ اللهُ: قَدْ فَعَلْتُ قَالَ: فَعَقَدَ
الْأَعْرَابِيُّ عَلَى سَبْعٍ فِي يَدِهِ ثُمَّ وَلَّى "
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Seorang Arab badui pernah
datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai
Rasulullah, ajarkanlah aku kebaikan.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memegang tangannya dan bersabda, “Ucapkanlah, “Subhaanallah walhamdulillah
wa laa ilaaha illallah wallahu akbar,” (artinya: Mahasuci Allah, segala
puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah
Mahabesar), maka orang Arab badui itu menghitung kalimat itu dengan tangannya.
Ia pun pergi dan berpikir, lalu kembali lagi, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam tersenyum dan mengatakan, “Orang fakir ini berpikir kembali.” Lalu ia
datang dan berkata, “Wahai Rasulullah, ucapan Subhaanallah walhamdulillah wa
laa ilaaha illallah wallahu akbar adalah untuk Allah, lalu yang mana
untukku?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Wahai
orang Arab badui! Jika engkau mengucapkan, “Subhaanallah,” maka Allah
berfirman, “Engkau benar.” Jika engkau mengucapkan, “Alhamdulillah,” maka Allah
berfirman, “Engkau benar.” Jika engkau mengucapkan, “Laailaahaillallah,” maka
Allah berfirman, “Engkau benar.” Jika engkau mengucapkan, “Allahu akbar,” maka
Allah berfirman, “Engkau benar.” Jika engkau mengucapkan, “Allahummaghfirli
(artinya: Ya Allah, ampunilah aku)” maka Allah berfirman, “Aku akan
melakukannya.” Jika engkau mengucapkan, “Allahummarhamni (artinya: Ya Allah,
sayangilah aku)” maka Allah berfirman, “Aku akan melakukannya.” Jika engkau
mengucapkan, “Allahummarzuqni (artinya: Ya Allah, berilah aku rezeki)” maka
Allah berfirman, “Aku telah melakukannya.” Maka orang Arab badui itu menghitung
tujuh kalimat itu dengan tangannya kemudian pergi.” (HR. Baihaqi dalam Asy
Syu’ab. Syaikh Al Albani berkata, “Ini adalah isnad yang jayyid, para
perawinya tsiqah. Para perawi di bawah Al Hasan bin Tsawab adalah tsiqah,
hafizh, dan terkenal. Oleh karena itu, aku tidak sebutkan mereka. Adapun Hasan
bin Tsawab, maka saya telah dibuat kesulitan mengkajinya hingga kemudian aku
mendapatkannya, maka aku bersujud kepada Allah tanda syukur atas taufik-Nya.
Aku pun meminta tambahan karunia-Nya. Al Khathib Al Baghdadi menyebutkan
biografinya dalam At Tarikh (10/291-292) melalui riwayat sejumlah orang
hafizh. Telah diriwayatkan dari Daruquthni, bahwa ia berkata, “Orang Baghdadi
ini adalah tsiqah.” Ia wafat pada tahun 268 H...dst.”).
14.
Menutup majlis dengan doa kaffaratul majlis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ، فَقَالَ قَبْلَ
أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ،
إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
“Barang siapa yang duduk di sebuah majlis yang banyak terjadi
kegaduhannya, lalu sebelum bangun dari majlisnya ia berkata, “Subhaanakallahumma...dst.
sampai “wa atuubu ilaika” (artinya: Mahasuci Engkau ya Allah seraya aku memuji-Mu.
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Aku
meminta ampun dan bertobat kepada-Mu.”) melainkan akan diampuni hal yang terjadi di majlisnya
itu.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami’ no. 6192)
Wallahu a’lam wa
shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhamma wa ‘ala alihihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Tafsir Al Qur’anil ‘Azhim (Al Hafizh Ibnu Katsir), Taisirul Karimir Rahman (Abdurrahman As
Sa’diy), Silsilatul Ahaditsish Shahihah
(M. Nashiruddin Al Albani), http://www.lesanarab.com/,
Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam Li abhatsil
Qur’ani was Sunnah), Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar