بسم الله الرحمن الرحيم
Berkumpul Bersama Keluarga di Surga
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Saudaraku, di antara kebahagiaan yang besar yang diharapkan sekali
oleh seorang hamba adalah ketika ia dapat berkumpul kembali dengan orang-orang
yang dicintainya -terutama keluarganya- di surga; dengan ibu dan ayahnya,
dengan istri dan anaknya, dengan saudara dan kawannya setelah sebelumnya
berpisah.
Saudaraku, kita dapat berkumpul dengan orang-orang yang kita
cintai apabila kita dengan mereka sama-sama di atas keimanan atau di atas
Islam. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ
أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن
شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tidak
mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Setiap manusia terikat dengan
apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath Thuur: 21)
Tetapi, jika kita dengan mereka berbeda akidahnya; kita di atas
Islam, sedangkan mereka tidak di atas Islam, maka sesungguhnya kita tidak akan
berkumpul lagi dengan mereka. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman mengisahkan
tentang Nabi dan Rasul-Nya Nuh ‘alaihissalam, saat ia melihat anaknya yang akan
tenggelam, ia mengajak anaknya naik ke kapal dan beriman kepadanya, namun
anaknya menolak, lalu Nuh ‘alaihissalam berkata, “Ya Rabbi, Sesungguhnya anakku termasuk
keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah
hakim yang seadil-adilnya." (Terj. QS. Huud: 45), Allah berfirman,
يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ
صَالِحٍ فَلاَ تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَن
تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
“Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu. Sesungguhnya
(perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Oleh karena itu, janganlah kamu
memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya
aku memperingatkan kepadamu agar kamu tidak termasuk orang-orang yang tidak
berilmu."
(QS. Huud: 46)
Perhatikanlah! Allah Subhaanahu wa Ta’ala memisahkan Nabi Nuh
‘alaihissalam dengan anaknya, karena anaknya berada di atas kekafiran,
sedangkan Nabi Nuh ‘alaihissalam berada di atas keimanan. Allah Subhaanahu wa
Ta’ala juga memisahkan Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan istrinya karena kekafiran
istrinya (lihat QS. At Tahrim: 10), demikian pula memisahkan Nabi Luth
‘alaihissalam dengan istrinya karena kekafiran istrinya (lihat QS. At Tahrim:
10), memisahkan Asiyah ‘alaihassalam dengan suaminya, yaitu Fir’aun karena
kekafiran suaminya (lihat QS. At Tahrim: 10), dan memisahkan Nabi Ibrahim
‘alaihissalam dengan ayahnya, yaitu Azar (lihat QS. At Taubah: 114). Oleh karena itu, jika kita ingin berkumpul
kembali bersama keluarga, maka jagalah keimanan keimanan kita dan keluarga
kita; jangan sampai kita biarkan mereka memilih agama selain Islam. Demikian
pula jika kita ingin keluarga kita dan orang-orang yang kita cintai tidak
tersentuh api neraka, maka ajarkanlah mereka ilmu agama dan jangan biarkan
mereka di atas kemaksiatan. Jangan biarkan mereka meninggalkan shalat,
jangan biarkan istri dan puteri kita melepas jilbab, jangan biarkan mereka
meninggalkan puasa Ramadhan, dan jangan biarkan mereka berakhlak tercela serta
melakukan berbagai kemaksiatan. Ketahuilah! Mengingkari kemungkaran yang mereka
lakukan adalah tanda engkau mencintai dan sayang kepada mereka. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
(QS. At Tahrim: 6)
Saudaraku, ketahuilah! Jika engkau tidak memperhatikan masalah
ini, maka engkau akan berpisah dengan orang-orang yang engkau cintai; dengan
ayah dan ibumu, dengan istri dan anak-anakmu, dengan saudara dan kawan-kawanmu
sekalipun engkau akrab dengan mereka ketika di dunia. Allah Subhaanahu wa
Ta’ala berfirman,
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا
الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhruf: 67)
Ketahuilah wahai saudaraku! Orang-orang yang engkau jadikan teman
akrabmu sewaktu di dunia, jika mereka tidak di atas keimanan dan amal saleh,
kelak akan menjadi musuhmu, bahkan jika mereka biasa mengajakmu mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya, lalu engkau mengikutinya, maka engkau akan menyesal
berteman dengan mereka, dan engkau akan melaknat mereka habis-habisan. Allah
Subhaanahu wa Ta’ala berfirman menceritakan orang yang salah mengambil teman;
ia mengambil teman orang-orang yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي
اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً--
يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً-- لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ
جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim menggigit dua
tangannya, seraya berkata, "Wahai kiranya (dulu) aku mengambil jalan
bersama-sama Rasul"--Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak
menjadikan si fulan itu teman akrab(ku).--Sesungguhnya Dia telah menyesatkanku
dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan setan itu tidak
mau menolong manusia. (QS. Al Furqaan: 27-29)
قَالَ ادْخُلُواْ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُم مِّن
الْجِنِّ وَالإِنسِ فِي النَّارِ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَّعَنَتْ أُخْتَهَا
حَتَّى إِذَا ادَّارَكُواْ فِيهَا جَمِيعاً قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لأُولاَهُمْ
رَبَّنَا هَـؤُلاء أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَاباً ضِعْفاً مِّنَ النَّارِ قَالَ
لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَـكِن لاَّ تَعْلَمُونَ-- وَقَالَتْ أُولاَهُمْ لأُخْرَاهُمْ
فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍ فَذُوقُواْ الْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ
تَكْسِبُونَ
Allah berfirman, "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka
bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap
suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya);
sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk
kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terlebih dahulu,
"Wahai Tuhan Kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah
kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka." Allah berfirman,
"Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu
tidak mengetahui".--Dan berkata orang-orang yang masuk lebih dulu di
antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian, "Kamu tidak
mempunyai kelebihan sedikitpun atas Kami, maka rasakanlah siksaan karena
perbuatan yang telah kamu lakukan". (QS. Al A’raaf: 37-39)
Saudaraku, berpisah dengan orang-orang yang dicintai adalah
penderitaan yang besar. Tidak mengaa berpisah dengan mereka beberapa lama
–karena kita pasti akan berpisah-, namun yang penting adalah kita dapat
berkumpul lagi dengan mereka di surga dan caranya telah diterangkan
kepadamu. Malaikat Jibril ‘alaihissalam pernah berkata kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
«يَا مُحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ،
وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ
مَجْزِيٌّ بِهِ» ثُمَّ قَالَ: «يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُ اللَّيْلِ
وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ»
"Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, namun engkau akan
mati. Cintailah sesukamu, namun engkau akan berpisah dengannya. Berbuatlah
sesukamu, namun kamu akan diberi balasan." Selanjutkan malaikat Jibril berkata, "Wahai
Muhammad, kelebihan orang mukmin itu pada Qiyamullailnya, dan kemuliaannya
ketika tidak butuh kepada manusia." (HR. Asy Syirazi dalam Al
Alqaab, Hakim, Baihaqi dalam Asy Syu’ab dari Sahl bin Sa’ad, Baihaqi
dalam Asy Syu’ab pula dari Jabir, dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah
dari Ali, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no.
73).
Nasihat Dr. Aidh Al
Qarni
نَحْنُ لاَ نَمْلِكُ تَغْیِیْرَ الْمَاضِي
Kita tidak bisa merubah yang telah terjadi
وَ لاَ رَسْمَ الْمُسْتَقْبَل ..
Juga tidak bisa menggariskan masa depan
فَلِمَاذَا نَقْتُلُ أَنْفُسَنَا حَسْرَةً
Lalu mengapa kita bunuh diri kita dengan penyesalan?
عَلَى شَيْئٍ لاَ نَسْتَطِیْعُ تَغْیِیْرَهُ؟
Atas apa yang sudah tidak bisa kita rubah
الْحَیَاةُ قَصِیْرَةٌ وَأَهْدَافُهَا كَثِيْرَةٌ
Hidup itu singkat sementara targetnya banyak
فَانْظُرْ اِلَى السَّحَابِ وَ لاَ تَنْظُرْ اِلَى التُّرَابِ ..
Maka, tataplah awan dan jangan melihat ke tanah
اِذَا ضَاقَتْ بِكَ الدُّرُوْبُ
فَعَلَیْكَ بِعَلاَّمِ الْغُیُوْبِ
وَ قُلِ الْحَمْدُ
للهِ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ
Kalau merasa jalan sudah sempit, kembalilah ke Allah Yang
Maha Mengetahui yang ghaib! Dan ucapkan alhamdulillah atas apa saja.
سَفِيْنَةُ تَايْتَنِك بَنَاهَا مِئَاتُ الْأَشْخَاصِ
Kapal Titanic dibuat oleh ratusan orang
وَسَفِيْنَةُ نُوْحٍ بَنَاهَا شَخْصٌ وَاحِدٌ
Sedang kapal Nabi Nuh ‘alaihissalam dibuat hanya oleh
satu orang
الْأُوْلَى غَرَقَتْ وَالثَّانِيَةُ حَمَلَتِ الْبَشَرِيَّةَ
Tetapi, Titanic tenggelam. Sedang kapal Nabi Nuh
menyelamatkan umat manusia
اَلتَّوْفِيْقُ مِنَ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Taufik hanya dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala
نَحْنُ لَسْنَا السُّكَانَ الْأَصْلِيِّيْنَ لِهَذَا الْكَوْكَبْ الْأَرْضِ !!
بَلْ نَحْنُ نَنْتَمِي إِلَى الْجَنَّةِ
Kita bukanlah penduduk asli bumi, asal kita adalah
surga
حَيْثُ كَانَ أَبُوْنَا آدَمُ يَسْكُنُ فِي الْبِدَايَةِ لَكِنَّنَا نَزَلْنَا هُنَا مُؤَقَّتاً لِكَيْ نُؤَدِّي اخْتِبَارًا قَصِيْرًا ثُمَّ نَرْجِعُ بِسُرْعَةٍ ..
Tempat, dimana nenek moyang kita, Adam, tinggal pertama
kali. Kita tinggal di sini hanya untuk sementara, untuk mengikuti ujian lalu
segera kembali.
فَحَاوِلْ أَنْ تَعْمَلَ مَا بِوُسْعِكَ لِتَلْحَقَ بِقَافِلَةِ الصَّالِحِيْنَ
الَّتِي سَتَعُوْدُ إِلَى وَطَنِنَا الْجَمِيْلِ الْوَاسِعِ
وَ لاَ تُضَيِّعْ وَقْتَكَ فِي هَذَا الْكَوْكَبِ الصَّغِيْرِ
Maka berusahalah semampumu,
Untuk mengejar kafilah orangg-orang yang salih, yang
akan kembali ke tanah air yg sangat indah dan luas.
Jangan sia-siakan waktumu di planet kecil ini!
الْفِرَاقُ: لَيْسَ السَّفَرُ، وَلاَ فِرَاقُ الْحُبِّ، حَتَّى الْمَوْتُ لَيْسَ فِرَاقًا
سَنَجْتَمِعُ فِي الْآخِرَةِ. الْفِرَاقُ هُوَ: أَنْ يَكُوْنَ أَحَدُنَا فِي الْجَنَّةِ،
وَالْآخَرُ فِي النَّارِ جَعَلَنِي رَبَّي وَاِيَّاكُمْ مِنْ سُكَّانِ جَنَّتِهِ..
Perpisahan itu bukanlah karena perjalanan yg jauh,
Atau karena ditinggal orang tercinta,
Bahkan, kematian pun bukanlah perpisahan. Sebab, kita
akan bertemu lagi di akhirat. Sesungguhnya perpisahan yang hakiki adalah jika
salah seorang di antara kita di surga sedangkan yang lain di neraka. Semoga
Allah menjadikan diriku dan dirimu sebagai penghuni surga-Nya, Allahumma
amin.
Wallahu a’lam wa
shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhamma wa ‘ala alihihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar