بسم الله الرحمن الرحيم
Harta Yang Sia-Sia
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Imam Muslim
meriwayatkan dari Mutharrif, dari ayahnya, ia berkata, “Aku datang kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam saat Beliau membacakan ayat,
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
“Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu,” (QS. At
Takatsur: 1)
Beliau bersabda,
يَقُولُ ابْنُ آدَمَ: مَالِي، مَالِي، قَالَ: وَهَلْ لَكَ، يَا ابْنَ
آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ، أَوْ لَبِسْتَ
فَأَبْلَيْتَ، أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ؟ "،
Anak Adam akan berkata, “Hartaku! Hartaku!” Lalu
dikatakan, “Bukankah hartamu wahai anak Adam adalah yang kamu makan lalu habis,
atau yang kamu pakai lalu usang, atau yang kamu sedekahkan, itulah yang kamu
bawa?”
Saudaraku, banyak di antara kita yang kurang menyadari,
bahwa pada hakikatnya harta yang kekal itu adalah harta yang kita sisihkan di
jalan Allah. Itulah harta yang akan kita bawa ke akhirat, dan itulah harta yang
kekal. Adapun harta yang kita kumpulkan untuk kepentingan dunia semata; tidak
kita sisihkan di jalan Allah, maka harta itu akan kita tinggalkan betapa pun
kita telah berusaha menjaganya. Coba pikirkan! Bukankah harta yang kita
kumpulkan itu tidak kita bawa ke liang kubur. Dan coba pikirkan! Bukankah harta
yang kita makan itu habis, yang kita pakai itu akan segera usang? Ya benar.
Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
hadits di atas.
Namun entah mengapa banyak manusia yang bakhil
menyisihkan hartanya di jalan Allah. Adapun untuk kepentingan dunia, ia rela menyisihkannya meskipun dalam jumlah besar.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha menyebutkan, bahwa beberapa orang menyembelih kambing, lalu membagi-bagikannya kepada
orang-orang miskin, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada
Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Apa yang tersisa darinya?” Ia menjawab, “Tidak
tersisa selain pundaknya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَقِيَ كُلُّهَا غَيْرَ كَتِفِهَا
“Semuanya tersisa (masih
ada) selain pundaknya.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih
At Tirmidzi dan Ash Shahiihah (2544))
Perhatikanlah pernyataan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut! Beliau menyatakan bahwa
semua yang disedekahkan itulah yang tersisa atau yang kekal selain yang
ditahan, yaitu bagian pundaknya.
Obat penyakit
kikir
Kikir adalah penyakit yang perlu diobati, karena jika
tidak diobati, sifat buruk ini akan tetap menempel dalam diri kita sehingga
kita berhak mendapat celaan Allah Azza wa Jalla.
Ada beberapa obat yang ampuh
dalam mengobati penyakit kikir -bi idznillah-, di antaranya adalah
dengan merenungi firman Allah Ta’ala dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di samping meminta kepada-Nya agar disebuhkan dari penyakit
ini, seperti dengan doa berikut,
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ
وَالحَزَنِ، وَالعَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالبُخْلِ وَالجُبْنِ ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ،
وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ»
“Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari kekhawatiran di masa mendatang dan kesedihan, dari
kelemahan dan kemalasan, dari kekikiran dan sifat pengecut, dari terlilit
hutang dan ditindas orang.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Tiga orang Ahli
Hadits)
Berikut beberapa ayat dan
hadits yang dapat mengobati penyakit ini jika direnungkan baik-baik.
Pertama, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ
مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah,
padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi?“ (QS. Al Hadid: 10)
Kedua, ketahuilah!
Bahwa orang yang dilindungi dari sifat kikir adalah orang-orang yang beruntung.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَأَنفِقُوا خَيْراً لِّأَنفُسِكُمْ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ
فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan infakkanlah yang baik untuk dirimu. Barang siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghabun: 16)
Ketiga, enggan
berinfak menyebabkan seseorang menyesal di akhirat. Allah Subhaanahu wa Ta’ala
berfirman,
وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ
أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ
فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata,
"Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang
yang saleh?" (QS. Al
Munafiqun: 10)
Keempat, orang yang
kikir akan Allah mudahkan baginya jalan yang sukar. Allah Subhaanahu wa Ta’ala
berfirman,
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ
بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (10)
وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى (11)
“Dan adapun
orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,--Serta mendustakan pahala
terbaik,--Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.--Dan
hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.” (QS. Al Lail: 8-11)
Kelima, Allah akan membalas
secara secara sempurna bagi mereka yang mau berinfak. Dia berfirman,
وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ
تُظْلَمُونَ
Dan apa saja harta yang baik yang kamu infakkan, niscaya kamu akan
diberi pahalanya dengan sempurna sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya
(dirugikan).” (QS. Al
Baqarah: 272)
Keenam, Allah
Subhaanahu wa Ta’ala akan melipatgandakan pahala orang yang berinfak. Dia berfirman,
مَن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضَاعِفَهُ
لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka
Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan
memperoleh pahala yang banyak.” (QS. Al Hadid: 11)
Ketujuh, Allah
Subhaanahu wa Ta’ala akan mengganti infaknya. Dia berfirman,
وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ
الرَّازِقِينَ
“Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya dan
Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)
Kedelapan, ciri
orang-orang yang bertakwa yang berhak masuk surga adalah suka berinfak. Allah
Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa,--(yaitu) orang-orang yang menginfakkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 133-134)
Kesembilan, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا
مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا
وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Tidak ada
pagi hari yang dilalui manusia, kecuali ada dua malaikat yang turun; yang satu
berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak.” Yang satu
lagi berkata, “Ya Allah, berilah kebinasaan bagi orang yang bakhil.”
(HR. Bukhari)
Kesepuluh, Allah
Subhaanahu wa Ta’ala mencintai orang yang berinfak. Rasululullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ تَعَالَى جَوَّادٌ يُحِبُّ الْجُوْدَ وَ يُحِبُّ مَعَالِيَ
الْأَخْلاَقِ وَ يَكْرَهُ سَفْسَافَهَا
“Sesungguhnya
Allah Ta’ala Mahapemberi. Dia suka sifat memberi, Dia mencintai akhlak yang
mulia dan membenci akhlak yang rendah.” (HR. Baihaqi dalam Asy Syu’ab dan
Abu Nu’aim dalam Al Hilyah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami’ no. 1744)
Kesebelas, harta
yang ia simpan pada hakikatnya adalah harta ahli warisnya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«أَيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أَحَبُّ إِلَيْهِ
مِنْ مَالِهِ؟»
“Siapakah
di antara kalian yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya?”
Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang di antara kami
melainkan hartanya lebih dicintainya (daripada harta ahli warisnya),” maka
Beliau bersabda,
«فَإِنَّ مَالَهُ مَا قَدَّمَ، وَمَالُ
وَارِثِهِ مَا أَخَّرَ»
“Sesungguhnya
hartanya adalah yang ia infakkan, sedangkan harta ahli warisnya adalah yang ia
simpan.” (HR. Bukhari)
Keduabelas, sifat
kikir merupakan penyebab binasanya orang-orang terdahulu. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ
ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوا الشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ
مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ
وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ»
“Jauhilah
kezaliman karena kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat, dan jauhilah kekikiran
karena ia telah membinasakan orang-orang sebelummu; membuat mereka menumpahkan
darah dan menganggap halal yang diharamkan.” (HR. Muslim)
Ketigabelas, Allah
Subhaanahu wa Ta’ala akan memperbesar pahala sedekah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ
طَيِّبٍ، وَلاَ يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ، وَإِنَّ اللَّهَ
يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ، كَمَا يُرَبِّي
أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الجَبَلِ»
“Barang
siapa yang bersedekah seukuran kurma dari usaha yang baik, dan memang Allah
hanya menerima yang baik saja, maka Allah akan menerimanya dengan tangan
kanan-Nya, kemudian Dia mengembangkannya untuk pemiliknya sebagaimana salah
seorang di antara kamu membesarkan anak kudanya sehingga banyak menjadi seperti
bukit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kisah-kisah kedermawanan
Disebutkan
dalam sebuah riwayat bahwa Aisyah radhiyallahu 'anha pernah diberi Mu’awiyah
harta senilai 180.000 dirham, lalu Aisyah meminta disiapkan mangkok, kemudian ia
membagikannya kepada orang-orang. Ketika sore harinya, Aisyah berkata kepada
pembantunya, “Siapkanlah kepadaku makanan untuk berbuka,” maka pembantunya
menyiapkan roti dan minyak, dan berkata kepada Aisyah, “Mengapa kamu tidak
membelikan daging satu dirham dari harta yang kamu bagi-bagikan hari ini?”
Aisyah menjawab, “Kalau kamu mengingatkanku, tentu sudah aku lakukan.”
Demikian
juga disebutkan dalam riwayat bahwa Abdullah bin ‘Amir pernah membeli rumah
Khalid bin Uqbah bin Abi Mu’aith yang berada di pasar Makkah seharga 70.000
dirham. Di malam harinya, Abdullah mendengar tangis keluarga Khalid, ia pun
menanyakan sebabnya, lalu diberitahukan bahwa mereka menangis karena rumah
mereka yang dijual, Abdullah pun berkata kepada pembantunya, “Pergilah menemui
mereka, dan beritahukan bahwa rumah dan dirham semuanya untuk mereka.”
Pada saat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak bersiap-siap menghadapi Romawi
sedangkan kaum muslim berada dalam kondisi kesulitan sehingga pasukan Beliau
dikenal Jaisyul Usrah (pasukan dalam kondisi sulit), maka Utsman tampil
dengan mengeluarkan sedekah sejumlah 10.000 dinar, 300 unta berikut alas dan
pelananya, serta menyiapkan 50 ekor kuda.
Demikianlah
keadaan generasi salaf dahulu berinfak, jauh sekali dengan infak yang kita
keluarkan.
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa
Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu’ah
Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam Li abhatsil Qur’ani was
Sunnah), Minhajul Muslim (Syaikh Abu Bakr Al Jaza’iri), dan lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar