بسم الله الرحمن
الرحيم
Khutbah Idul Adh-ha 1435 H
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّين. اللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. أَمَّا
بَعْدُ:
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang
shalat ‘Ied yang berbahagia!
Kita bersyukur
kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala atas nikmat-nikmat-Nya yang tidak terhingga
yang Dia limpahkan kepada kita. Di antara nikmat-nikmat itu, yang paling
besarnya adalah nikmat diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan membawa agama Islam, sehingga manusia yang sebelumnya berada dalam
kegelapan dan kebodohan, maka dengan mengikuti Beliau mereka berada dalam
cahaya dan pengetahuan. Ya, mereka menjadi kenal siapa Tuhan mereka, mengenal
jalan yang diridhai Tuhan mereka, dan mengenal untuk apa mereka diciptakan di
dunia.
Abu Bakar bin
Iyasy rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk bumi sedangkan mereka berada
dalam kerusakan, maka Allah memperbaiki kondisi mereka dengan Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, barang siapa yang mengajak
untuk mengikuti selain petunjuk yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam, maka sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang mengadakan
kerusakan.”
Umar bin Abdul
‘Aziz berkata, “Pendapat sudah tidak dianggap lagi ketika berhadapan dengan
Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Khatib
berwasiat kepada diri khatib dan kepada hadirin sekalian untuk tetap bertakwa
kepada Allah Azza wa Jalla, karena ia adalah solusi menghadapi problematika di
dunia dan sebagai kunci meraih rezeki, serta sebagai jalan untuk menggapai
surga di akhirat kelak. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا-وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barang
siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar.--Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaq: 2-3)
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali Imran: 133)
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Hari
Ied atau hari raya adalah hari yang biasa diisi dengan kegembiraan dan
kebahagiaan. Di hari raya setiap umat menampakkan rasa gembira dan bahagia,
serta berusaha menghibur dirinya dari kelelahan dalam menjalani hidup di dunia.
Oleh karena itu, nikmatilah semua yang baik yang Allah halalkan buat kita,
syukurilah nikmat itu dengan melaksanakan perintah-Nya, dan jauhilah hal-hal
yang diharamkan niscaya Dia akan menjaga nikmat itu atas kita dan akan
memberinya tambahan. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا
رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُواْ لِلّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya
kamu menyembah.”
(QS. Al Baqarah: 172)
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Kita
bergembira di hari raya karena dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk
dapat menjalankan ketaatan kepada-Nya dan dapat berlomba-lomba dalam kebaikan.
Kegembiraan ini adalah kegembiraan yang terpuji sebagaimana firman-Nya,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah,
"Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.”
(QS. Yunus: 58)
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Hari
Ied, baik Idul Fitri maupun Idul Adh-ha bukanlah sebagai adat-istiadat,
tetapi hari Ied merupakan ibadah. Ia memiliki sunnah-sunnah, syi’ar, atsar (pengaruh),
dan harapan dari pelaksanaannya. Oleh karenanya, hari Ied pada
hakikatnya untuk mereka yang mendekatkan diri kepada Allah Tuhannya dan
bertambah ketaatan kepada-Nya; bukan untuk mereka yang hanya mengganti
pakaiannya dengan pakaian baru dan kendaraannya dengan kendaraan baru sedangkan
kemaksiatan masih tetap dikerjakan. Al Hasan Al Basri rahimahullah
berkata, “Setiap hari yang kita lalui tanpa bermaksiat kepada Allah pada
hakikatnya adalah hari raya, dan setiap hari yang kita isi dengan ketaatan kepada
Allah, pada hakikatnya adalah hari raya.”
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ ، لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ.
Idul
Adh-ha adalah hari yang paling agung dan paling utama di sisi Allah, bahkan
lebih utama daripada Idul Fitri. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ
اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Sesungguhnya hari yang paling agung di
sisi Allah Tabaaraka wa Ta’aala adalah hari nahar (Idul Adh-ha), lalu hari qar
(setelah hari nahar).” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, dan Hakim, dishahihkan oleh Hakim dan Al Albani, Shahihul Jami’
no. 1064).
Hari
ini dan tiga hari setelahnya adalah hari raya kita kaum muslimin; di samping
Idul Fitri dan hari Jum’at. Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
يَوْمُ الْفِطْرِ وَ يَوْمُ النَّحْرِ وَ أَيَّامُ التَّشْرِيْقِ عِيْدُنَا
أَهْلُ الْإِسْلاَمِ وَ هِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَ شُرْبٍ
“Idul
Fitri, hari nahar (Idul Adh-ha), dan hari-hari tasyriq adalah hari raya kita
kaum muslim. Ia adalah hari makan dan minum. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi,
Nasa’i, dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no.
8193)
إِنَّ هَذِهِ الْأَيَّامَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَ شُرْبٍ وَ ذِكْرِ اللهِ
“Sesungguhnya
hari-hari ini (hari nahar dan hari tasyriq) adalah hari makan, minum, dan
berdzikr kepada Allah.” (HR. Ahmad, Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Oleh
karena hari tasyriq juga sebagai hari raya, maka diharamkan melakukan
puasa pada hari-hari tersebut kecuali bagi orang yang tidak memperoleh hadyu
tamattu, maka ia melakukan puasa pada hari tersebut.
Kita
pun disyariatkan banyak berdzikr berdasarkan hadits di atas. Oleh karenanya,
takbir pada hari raya Idul Adh-ha dimulai dari subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah)
hingga hingga akhir hari tasyriq.
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ
أَكْبَرُ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ
الْحَمْدُ.
Berkurban
adalah sunnah dua orang kekasih Allah Azza wa Jalla, yaitu Nabi Ibrahim dan
Nabi Muhammad ‘alaihimash shalatu was salam. Ibadah ini disyariatkan
untuk merealisasikan tauhid, mengagungkan dan membesarkan Allah Azza wa Jalla, serta
agar nama-Nya saja yang disebut ketika menyembelih hewan; tidak selain-Nya. Dia
berfirman,
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ -لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah,
sesungguhnya shalatku, kurbanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.—Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan yang demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)".
(QS. Al An’aam: 162-163)
Ibadah
kurban juga disyariatkan untuk membuktikan ketakwaan kita kepada Allah Azza wa
Jalla,
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ
يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
“Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj: 37)
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Pensyariatan
kurban sangat ditekankan bagi orang yang mampu, bahkan sebagian ulama
berpendapat wajib bagi mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ وَجَدَ سعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barang
siapa yang memiliki kesanggupan (untuk berkurban), namun tidak mau
melakukannya, maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami
(lapangan).” (HR. Ibnu Majah dan
lain-lain dengan sanad hasan).
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Ibadah
yang satu ini (kurban) memiliki aturan-aturan sebagaimana yang telah
diterangkan dalam Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yaitu:
- Seekor
kambing cukup untuk satu keluarga.
- Seekor
unta dan sapi cukup untuk tujuh orang.
- Hewan
kurban hanya sah jika selamat dari cacat yang menjadi penghalang untuk
keabsahannya. Cacat tersebut adalah buta sebelah matanya dengan jelas, pincang
dengan jelas, sakit dengan jelas, dan kurus sekali tidak bersumsum (Hal ini
berdasarkan hadits Al Barra’). Termasuk pula cacat-cacat yang semisal itu atau
lebih parah lagi.
- Usia
hewan yang dikurbankan harus sesuai. Jika unta, maka yang usianya 5 tahun, sapi
yang usianya 2 tahun, kambing yang usianya setahun, sedangkan biri-biri atau
domba minimal 6 bulan.
- Waktu
menyembelih dimulai dari setelah shalat
Ied, dan berlangsung hingga akhir hari tasyriq.
- Si
penyembelih wajib mengucapkan basmalah (Bismillah), dan dianjurkan menambahkan
dengan takbir “Allahu akbar”.
- Dianjurkan
dalam distribusi hewan kurban adalah orang yang berkurban ikut memakan daging
hewan kurbannya, lalu menyedekahkan, dan menghadiahkan kepada orang lain.
- Dianjurkan
menyembelih hewan sendiri jika ia mampu menyembelih, atau menghadiri proses
penyembelihan hewan kurbannya.
- Tidak
boleh membayar tukang jagal dari hewan kurbannya, namun tidak mengapa
memberinya dalam bentuk hadiah.
- Tidak
diperbolehkan menjual kulitnya, namun boleh dimanfaatkan.
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَ اللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ.
Ma’aasyiral
muslimin wal muslimaat
Sidang shalat ‘Ied yang berbahagia!
Di
sini kami juga mewasiatkan secara khusus kepada kaum wanita. Bertakwalah kalian
kepada Allah! Tutuplah aurat kalian, karena Dia berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء
الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن
يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Wahai
Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzaab: 59)
Demikian
pula kami wasiat kepada para remaja baik laki-laki maupun wanita, “Bertakwalah
kalian kepada Allah, hiasilah perangai kalian dengan akhlak Islami, dan isilah
kehidupan kalian dengan beribadah kepada Allah agar kalian mendapatkan naungan-Nya
pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.” Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan, bahwa ada tujuh golongan
yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali
naungan-Nya, di antaranya adalah pemuda yang tumbuh di atas ibadah kepada Allah
(Sebagaimana dalam Shahih Bukhari dan Muslim).
Kita
berdoa kepada Allah agar Dia membimbing kita semua ke jalan yang diridhai-Nya,
memasukkan kita ke surga, dan menghindarkan kita dari neraka.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْوَرَى ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ سُبْحَانَهُ
: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا " ، اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَّمَدٍ ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ ، وَعَلَى الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ ، وخَصَّ مِنْهُمُ الْخُلَفَاءَ الْأَرْبَعَةَ الرَّاشِدِيْنَ ، أَبِي
بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ ، وَاجْعَلْ هَذَا
الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناًّ وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ
أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا ، وَاجْعَلْ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ
ضَالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Marwan
Hadidi, S.Pd.I
0 komentar:
Posting Komentar