Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini hadits-hadits yang menyebut
pendidikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya di
atas cinta kepada mereka, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan
risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Menyatakan Rasa Senang Kepada
Peserta Didik
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، أَنَّ رَسُولَ صَلَّى
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ، وَقَالَ: «يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي
لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ» ، فَقَالَ: " أُوصِيكَ يَا
مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي
عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Dari Mu’adz bin Jabal, bahwa Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang tangannya dan bersabda, “Wahai
Mu’adz. Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu.”
Beliau juga bersabda, “Aku berwasiat kepadamu wahai Mu’adz agar tidak
meninggalkan membaca di akhir shalat, “Allahumma a’inniy...dst.”
(Artinya: Ya Allah, bantulah aku untuk mengingatmu, bersyukur kepada-Mu, dan
memperbaiki ibadahku kepada-Mu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban,
dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7969).
Memberikan Hadiah Kepada
Peserta Didik
عَنْ
اَنَسٍ قَالَ: مَا سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى اْلإِسْلَامِ
شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ. قَالَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ.
فَرَجَعَ إِلىَ قَوْمِهِ، فَقَالَ: يَا قَوْمِ أَسْلِمُوْا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ
عَطَاءً لاَ يَخْشَى اْلفَاقَةَ.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah diminta untuk Islam kecuali Beliau memberikan,
pernah datang kepada Beliau seseorang, lalu Beliau memberikan kepadanya kambing
(yang banyaknya hampir memenuhi) di antara dua bukit, orang itu pun pulang ke
kaumnya, dan berkata, “Wahai kaumku! Masuk Islamlah, sesungguhnya Muhammad itu
jika memberi tidak takut miskin.” (HR. Muslim)
Menunjukkan Rasa Santun
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ حَكِيمَ ابْنَ حِزَامٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى قَالَ حَكِيمٌ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَرْزَأُ أَحَدًا بَعْدَكَ شَيْئًا حَتَّى أُفَارِقَ الدُّنْيَا
Dari
‘Urwah bin Zubair dan Sa’id bin Al Musayyib bahwa Hakim bin Hizam berkata, “Aku
pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
beliau memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu beliau memberiku, dan meminta
lagi lalu beliau memberiku lagi. Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah) dan manis, barang siapa
yang mengambilnya dengan hati yang puas maka harta itu akan diberikan
keberkahan, namun barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang tamak maka
harta itu tidak akan diberikan keberkahan, perumpamaannya seperti orang yang makan tetapi
tidak kenyang, dan tangan yang di atas (memberi) lebih baik daripada tangan
yang di bawah (meminta).”
Hakim
pun berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah yang mengutusmu dengan membawa
kebenaran, aku sungguh tidak akan meminta sesuatu kepada seorang pun setelahmu sampai
aku meninggal.”
Maka ketika di zaman Abu
Bakar, dipanggilnya Hakim untuk diberikan sesuatu lalu ia menolak, kemudian
ketika di zaman Umar, Umar pun sama memanggilnya untuk memberikan sesuatu
kepadanya lalu dia menolak juga, maka Umar berkata, “Wahai kaum muslimin, saya
jadikan kalian saksi terhadap Hakim. Sungguh saya telah menawarkan kepadanya
haknya yang Allah berikan dalam harta fai’ (harta yang didapat tanpa melalui
peperangan) ini, namun ia tidak mau mengambilnya.” Hakim pun tetap terus tidak
mau mengambilnya dari seorang pun setelah wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sampai ia meninggal dunia.” (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ:
إِنَّ نَاسًا مِنَ الأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَأَعْطَاهُمْ، ثُمَّ سَأَلُوهُ، فَأَعْطَاهُمْ، ثُمَّ سَأَلُوهُ، فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى
نَفِدَ مَا عِنْدَهُ، فَقَالَ: «مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ
عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ
اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ»
Dari Abu
Sa’id Al Khudri radhiyallahu anhu, bahwa ada beberapa orang Anshar yang meminta
harta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka Beliau memberi
mereka, lalu mereka meminta lagi kepada Beliau, maka Beliau memberi mereka, dan
mereka meminta lagi, maka Beliau memberi mereka, sehingga habis harta yang ada
pada Beliau, kemudian Beliau bersabda, “Tidak ada harta yang ada padaku yang
aku sembunyikan dari kalian. Barang siapa yang menjaga dirinya dari
meminta-minta, niscaya Allah akan menjaganya. Barang siapa yang merasa cukup,
maka Allah akan cukupkan. Barang siapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah
akan membuatnya bisa bersabar. Tidak ada pemberian yang diberikan kepada
seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (Hr. Bukhari dan
Muslim)
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ، قَالَ:
بَيْنَا أَنَا أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ
عَطَسَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ، فَقُلْتُ: يَرْحَمُكَ اللهُ فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ،
فَقُلْتُ: وَاثُكْلَ أُمِّيَاهْ، مَا شَأْنُكُمْ؟ تَنْظُرُونَ إِلَيَّ، فَجَعَلُوا
يَضْرِبُونَ بِأَيْدِيهِمْ عَلَى أَفْخَاذِهِمْ، فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ يُصَمِّتُونَنِي
لَكِنِّي سَكَتُّ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي، مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ أَحْسَنَ
تَعْلِيمًا مِنْهُ، فَوَاللهِ، مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي، قَالَ:
«إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ، إِنَّمَا
هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ»
Dari
Mu’awiyah bin Hakam As Sulami ia berkata, “Ketika aku shalat bersama Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam tiba-tiba ada seorang yang bersin, lalu aku
mengucapkan ‘Yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu), maka orang-orang
memperhatikan diriku sehingga aku berkata, “Duhai malangnya ibuku, mengapa
kalian memperhatikan diriku?” Maka mereka menepuk tangannya ke paha, dan ketika
kulihat mereka menyuruhku diam dan membuatku marah, namun aku diam. Ketika
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selesai shalat, maka biarlah ayah dan
ibuku menjadi tebusannya. Aku belum pernah melihat pendidik sebelum dan
setelahnya yang lebih baik daripada Beliau. Demi Allah, Beliau tidak
membentakku, tidak memukulku, dan tidak mencelaku. Beliau hanya bersabda, “Sesungguhnya
shalat ini tidak layak ada ucapan manusia. Shalat itu isinya tasbih, takbir,
dan membaca Al Qur’an.” (Hr. Muslim)
عَنْ أَبِبيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ
أَعْرَابِيًّا بَالَ فِي المَسْجِدِ، فَثَارَ إِلَيْهِ النَّاسُ ليَقَعُوا بِهِ،
فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ،
وَأَهْرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ،
فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ»
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu bahwa ada seorang Arab badui yang buang air kecil di
dalam masjid, maka para sahabat segera bangkit untuk memukulnya, maka
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Biarkanlah dia, dan tuangkan
seember air untuk air kencingnya, karena kalian dikirim untuk memudahkan bukan
untuk menyusahkan.” (Hr. Bukhari)
Menunjukkan Rasa Sayang Kepada Peserta Didik
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ الْأَقْرَعَ
بْنَ حَابِسٍ أَبْصَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ
الْحَسَنَ فَقَالَ إِنَّ لِي عَشْرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ وَاحِدًا
مِنْهُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ مَنْ
لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ *
Dari Abu Hurairah, bahwa Al ‘Aqra’ bin Haabis pernah
melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Al Hasan (cucu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam), ia pun berkata, “Sesungguhnya saya punya
sepuluh anak, namun saya tidak pernah mencium salah seorang pun dari mereka,”
maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang
yang tidak menyayangi tidak akan disayangi.” (HR. Muslim)
Mengusap Kepala, Memegang
Pundak, Tangan, dan Mengelus Dada Peserta Didik serta Menasihatinya
عَنْ
أَبِي مَحْذُورَةَ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي سُنَّةَ
الْأَذَانِ؟، قَالَ: فَمَسَحَ مُقَدَّمَ رَأْسِي، وَقَالَ: " تَقُولُ:
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ،
Dari Abu Mahdzurah ia berkata, “Aku pernah berkata,
“Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku sunnahnya azan?” Maka Beliau mengusap bagian
depan kepalaku dan bersabda, “Kamu ucapkan, “Allahu akbar, Allahu Akbar...dst.”
(HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)
عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا
قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ
فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ،
وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ
لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ . [رواه البخاري]
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma,
ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memegang kedua
pundakku sambil bersabda, "Jadilah kamu di dunia seakan-akan orang
asing atau pengembara.“
Ibnu Umar berkata, “Jika kamu berada
di sore hari, maka jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari,
maka jangan tunggu sore hari, gunakanlah waktu sehatmu untuk sakitmu dan hidupmu untuk matimu.“ (HR.
Bukhari)
عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِ الْمُعَلَّى قَالَ كُنْتُ أُصَلِّي فَدَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ حَتَّى صَلَّيْتُ فَأَتَيْتُهُ فَقَالَ مَا مَنَعَكَ أَنْ
تَأْتِيَنِي قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي قَالَ أَلَمْ
يَقُلْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ
وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ }ثُمَّ قَالَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي
الْقُرْآنِ أَوْ مِنْ الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ قَالَ فَأَخَذَ
بِيَدِي فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَالَ نَعَمْ الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي
أُوتِيتُه
Dari Abu Sa'id bin Al Mu'alla ia berkata, "Suatu
ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam memanggilku, namun saya tidak menjawab panggilannya hingga
shalatku selesai. Ketika aku datang, beliau pun bertanya, "Apa yang
menghalangimu untuk mendatangiku?" Saya menjawab, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya saya sedang shalat." Beliau bersabda, "Bukankah Allah
'azza wajalla telah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! penuhilah
seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu…dst.” (QS. Al
Anfaal: 24). Beliau bersabda lagi, "Sungguh, saya akan mengajarimu satu
Memilih Kesempatan
Yang Tepat Dalam Menasihati
عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمًا فَقَالَ يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظِ اللَّهَ
تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ
فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ
يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ
يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ
عَلَيْكَ رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ
وفي
رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي
الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ
يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ
النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْراً
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, “Suatu
hari aku berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Beliau
bersabda, “Wahai ananda, saya akan mengajarkan kamu beberapa perkara: Jagalah
Allah, niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya kamu akan mendapatkan-Nya
di hadapanmu. Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah, jika kamu memohon
pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya
jika suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka tidak akan
dapat memberikan manfaat sedikit pun kecuali apa yang telah Allah tetapkan
bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak
akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena
telah diangkat dan lembaran telah kering[1].
(HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hasan shahih.”)
Dalam sebuah riwayat selain Tirmidzi
disebutkan, “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.
Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah.
Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan tidak menimpamu, maka tidak akan menimpamu
dan apa yang ditetapkan akan menimpamu,
maka pasti akan menimpamu, ketahuilah bahwa pertolongan bersama kesabaran dan
kelapangan bersama kesempitan dan di balik kesulitan ada kemudahan.”
Menghargai Peserta
Didik
Abu Rifa'ah
pernah berkata, "Saya pernah datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam di saat Beliau sedang berkhutbah, lalu saya berkata, "Wahai
Rasulullah, ada orang asing yang datang untuk bertanya tentang agamanya; ia
tidak mengetahui apa agamanya?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam datang menghampiriku dan meninggalkan khutbahnya. Ketika telah sampai di
dekatku, Beliau siapkan kursi yang sepertinya kaki-kaki kursi tersebut terbuat
dari besi, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di atasnya dan
mengajarkan kepadaku ilmu yang diajarkan Allah kepadanya. Setelah itu, Beliau
mendatangi khutbahnya dan melanjutkan kembali." (HR. Muslim)
Memberikan Pengertian
عَنْ
أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا،
فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ وَقَالُوا: مَهْ. مَهْ. فَقَالَ:
" ادْنُهْ، فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا ". قَالَ: فَجَلَسَ قَالَ: "
أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ؟ " قَالَ: لَا. وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ.
قَالَ: " وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ ". قَالَ:
" أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ؟ " قَالَ: لَا. وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ
جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ قَالَ: " وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ
لِبَنَاتِهِمْ ". الحديث وفيه: قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ:
" اللهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ "
Dari Abu Umamah,
ia berkata, “Ada seorang pemuda yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah saya berzina.” Lalu
orang-orang mendatanginya dan melarangnya sambil berkata, “Tinggalkanlah
perbuatan itu. Tinggalkanlah perbuatan itu.” Maka Beliau bersabda, “Dekatkanlah
dia kepadaku.” Maka pemuda ini mendekat kepada Beliau, lalu duduk, kemudian
Beliau bersabda, “Sukakah engkau jika zina itu terjadi pada ibumu?” Ia
menjawab, “Tidak, demi Allah. Biarlah Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.”
Beliau bersabda, “Demikian pula orang lain. Mereka tidak suka jika hal itu
terjadi pada ibu-ibu mereka.” Beliau bersabda lagi, “Sukakah engkau jika zina
itu terjadi pada puterimu?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah. Biarlah Allah
menjadikanku sebagai tebusanmu.” Beliau bersabda, “Demikian pula orang lain.
Mereka tidak suka jika hal itu terjadi pada puteri-puteri mereka...dst.” Di
akhir hadits, Beliau meletakkan tangan kepadanya dan berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah
hatinya, dan sucikanlah farjinya.” Maka akhirnya ia tidak menoleh lagi
terhadap hal itu. (HR. Ahmad, dinyatakan isnadnya shahih oleh Pentahqiq Musnad
Ahmad cet. Ar Risalah).
Memberikan Pujian Kepada Peserta Didik (Tidak Dihadapannya)
Jika Tampak Aman Baginya Dari Sikap Ujub
عَنْ
سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ
- عَنْ أَبِيْهِ: أنَّ رَسُوْلَ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ:
«نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ، لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيلِ» قَالَ سالِم:
فَكَانَ عَبدُ اللهِ بَعْدَ ذَلِكَ لاَ يَنامُ مِنَ اللَّيلِ إِلاَّ قَلِيلًا.
متفقٌ عَلَيْهِ.
Dari Salim bin
Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhum dari ayahnya, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah
Abdullah kalau ia shalat di malam hari.”
Salim berkata,
“Maka Abdullah setelah mendengar hal itu tidak tidur di malam hari kecuali
sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Adapun larangan
memuji di hadapan orang yang dipuji adalah apabila memuji secara berlebihan dan
dikhawatirkan fitnah ujub bagi yang dipuji sebagaimana yang dijelaskan Imam
Muslim dalam Shahihnya.
Wallahu
a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa
Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Riyadhush Shalihin (Imam Nawawi), Asyru wasa’il mu’atstsirah fit tarbiyah bil hubb (A. Jamal Madhi), At Tarbiyah bil Hub (Dr. Maisarah Thahir), Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Abu Yahya Marwan), Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam li Abhatsil Qur’ani was Sunnah), dll.
[1] Maksudnya
adalah apa yang ditetapkan Allah Ta’ala dalam Al Lauhul Mahfuzh sudah selesai,
tidak ada lagi perubahan terhadap kalimat Allah.
0 komentar:
Posting Komentar