Pendidikan di Atas Cinta

بسم الله الرحمن الرحيم
Pendidikan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di Atas Cinta

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut ini hadits-hadits yang menyebut pendidikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya di atas cinta kepada mereka, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Menyatakan Rasa Senang Kepada Peserta Didik

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، أَنَّ رَسُولَ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ، وَقَالَ: «يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ» ، فَقَالَ: " أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Dari Mu’adz bin Jabal, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang tangannya dan bersabda, “Wahai Mu’adz. Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu.” Beliau juga bersabda, “Aku berwasiat kepadamu wahai Mu’adz agar tidak meninggalkan membaca di akhir shalat, “Allahumma a’inniy...dst.” (Artinya: Ya Allah, bantulah aku untuk mengingatmu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7969).

Memberikan Hadiah Kepada Peserta Didik

عَنْ اَنَسٍ قَالَ: مَا سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى اْلإِسْلَامِ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ. قَالَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ. فَرَجَعَ إِلىَ قَوْمِهِ، فَقَالَ: يَا قَوْمِ أَسْلِمُوْا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ عَطَاءً لاَ يَخْشَى اْلفَاقَةَ.

Dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah diminta untuk Islam kecuali Beliau memberikan, pernah datang kepada Beliau seseorang, lalu Beliau memberikan kepadanya kambing (yang banyaknya hampir memenuhi) di antara dua bukit, orang itu pun pulang ke kaumnya, dan berkata, “Wahai kaumku! Masuk Islamlah, sesungguhnya Muhammad itu jika memberi tidak takut miskin.” (HR. Muslim)

Menunjukkan Rasa Santun

عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ حَكِيمَ ابْنَ حِزَامٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى قَالَ حَكِيمٌ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَرْزَأُ أَحَدًا بَعْدَكَ شَيْئًا حَتَّى أُفَارِقَ الدُّنْيَا

Dari ‘Urwah bin Zubair dan Sa’id bin Al Musayyib bahwa Hakim bin Hizam berkata, “Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu beliau memberiku, dan meminta lagi lalu beliau memberiku lagi. Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini hijau (indah) dan manis, barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang puas maka harta itu akan diberikan keberkahan, namun barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang tamak maka harta itu tidak akan diberikan keberkahan,  perumpamaannya seperti orang yang makan tetapi tidak kenyang, dan tangan yang di atas (memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (meminta).”

Hakim pun berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku sungguh tidak akan meminta sesuatu kepada seorang pun setelahmu sampai aku meninggal.”

Maka ketika di zaman Abu Bakar, dipanggilnya Hakim untuk diberikan sesuatu lalu ia menolak, kemudian ketika di zaman Umar, Umar pun sama memanggilnya untuk memberikan sesuatu kepadanya lalu dia menolak juga, maka Umar berkata, “Wahai kaum muslimin, saya jadikan kalian saksi terhadap Hakim. Sungguh saya telah menawarkan kepadanya haknya yang Allah berikan dalam harta fai’ (harta yang didapat tanpa melalui peperangan) ini, namun ia tidak mau mengambilnya.” Hakim pun tetap terus tidak mau mengambilnya dari seorang pun setelah wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai ia meninggal dunia.” (HR. Bukhari)

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّ نَاسًا مِنَ الأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَعْطَاهُمْ، ثُمَّ سَأَلُوهُ، فَأَعْطَاهُمْ، ثُمَّ سَأَلُوهُ، فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ، فَقَالَ: «مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ  يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ»

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu anhu, bahwa ada beberapa orang Anshar yang meminta harta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka Beliau memberi mereka, lalu mereka meminta lagi kepada Beliau, maka Beliau memberi mereka, dan mereka meminta lagi, maka Beliau memberi mereka, sehingga habis harta yang ada pada Beliau, kemudian Beliau bersabda, “Tidak ada harta yang ada padaku yang aku sembunyikan dari kalian. Barang siapa yang menjaga dirinya dari meminta-minta, niscaya Allah akan menjaganya. Barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan cukupkan. Barang siapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan membuatnya bisa bersabar. Tidak ada pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ، قَالَ: بَيْنَا أَنَا أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ عَطَسَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ، فَقُلْتُ: يَرْحَمُكَ اللهُ فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ، فَقُلْتُ: وَاثُكْلَ أُمِّيَاهْ، مَا شَأْنُكُمْ؟ تَنْظُرُونَ إِلَيَّ، فَجَعَلُوا يَضْرِبُونَ بِأَيْدِيهِمْ عَلَى أَفْخَاذِهِمْ، فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ يُصَمِّتُونَنِي لَكِنِّي سَكَتُّ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي، مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيمًا مِنْهُ، فَوَاللهِ، مَا كَهَرَنِي وَلَا ضَرَبَنِي وَلَا شَتَمَنِي، قَالَ: «إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ، إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ»

Dari Mu’awiyah bin Hakam As Sulami ia berkata, “Ketika aku shalat bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tiba-tiba ada seorang yang bersin, lalu aku mengucapkan ‘Yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu), maka orang-orang memperhatikan diriku sehingga aku berkata, “Duhai malangnya ibuku, mengapa kalian memperhatikan diriku?” Maka mereka menepuk tangannya ke paha, dan ketika kulihat mereka menyuruhku diam dan membuatku marah, namun aku diam. Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selesai shalat, maka biarlah ayah dan ibuku menjadi tebusannya. Aku belum pernah melihat pendidik sebelum dan setelahnya yang lebih baik daripada Beliau. Demi Allah, Beliau tidak membentakku, tidak memukulku, dan tidak mencelaku. Beliau hanya bersabda, “Sesungguhnya shalat ini tidak layak ada ucapan manusia. Shalat itu isinya tasbih, takbir, dan membaca Al Qur’an.” (Hr. Muslim)

عَنْ أَبِبيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ أَعْرَابِيًّا بَالَ فِي المَسْجِدِ، فَثَارَ إِلَيْهِ النَّاسُ ليَقَعُوا بِهِ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ، وَأَهْرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ»

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa ada seorang Arab badui yang buang air kecil di dalam masjid, maka para sahabat segera bangkit untuk memukulnya, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Biarkanlah dia, dan tuangkan seember air untuk air kencingnya, karena kalian dikirim untuk memudahkan bukan untuk menyusahkan.” (Hr. Bukhari)

Menunjukkan Rasa Sayang Kepada Peserta Didik

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ الْأَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ أَبْصَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ الْحَسَنَ فَقَالَ إِنَّ لِي عَشْرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ وَاحِدًا مِنْهُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ *

Dari Abu Hurairah, bahwa Al ‘Aqra’ bin Haabis pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Al Hasan (cucu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), ia pun berkata, “Sesungguhnya saya punya sepuluh anak, namun saya tidak pernah mencium salah seorang pun dari mereka,” maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang tidak menyayangi tidak akan di sayangi.” (HR. Muslim)

Mengusap Kepala, Memegang Pundak, Tangan, dan Mengelus Dada Peserta Didik serta Menasihatinya

عَنْ أَبِي مَحْذُورَةَ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي سُنَّةَ الْأَذَانِ؟، قَالَ: فَمَسَحَ مُقَدَّمَ رَأْسِي، وَقَالَ: " تَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ،

Dari Abu Mahdzurah ia berkata, “Aku pernah berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku sunnahnya azan?” Maka Beliau mengusap bagian depan kepalaku dan bersabda, “Kamu ucapkan, “Allahu akbar, Allahu Akbar...dst.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)

عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ . [رواه البخاري]

Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku sambil bersabda, "Jadilah kamu di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara.“

Ibnu Umar berkata, “Jika kamu berada di sore hari, maka jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari, maka jangan tunggu sore hari, gunakanlah waktu sehatmu untuk  sakitmu dan hidupmu untuk matimu.“ (HR. Bukhari)

عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِ الْمُعَلَّى قَالَ كُنْتُ أُصَلِّي فَدَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ حَتَّى صَلَّيْتُ فَأَتَيْتُهُ فَقَالَ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَأْتِيَنِي قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي قَالَ أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ }ثُمَّ قَالَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ أَوْ مِنْ الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ قَالَ فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَالَ نَعَمْ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُه

Dari Abu Sa'id bin Al Mu'alla ia berkata, "Suatu ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggilku, namun saya tidak menjawab panggilannya hingga shalatku selesai. Ketika aku datang, beliau pun bertanya, "Apa yang menghalangimu untuk mendatangiku?" Saya menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya sedang shalat." Beliau bersabda, "Bukankah Allah 'azza wajalla telah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu…dst.” (QS. Al Anfaal: 24). Beliau bersabda lagi, "Sungguh, saya akan mengajarimu satu surat paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an, atau dari Al Qur`an sebelum kamu keluar dari Masjid." Abu Sa'id berkata, “Kemudian Beliau memegang tanganku, dan saat Beliau hendak keluar Masjid, saya pun berkata, "Wahai Rasulullah, engkau telah mengatakan 'Saya akan mengajarimu surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an?” Beliau menjawab, "Benar. Yaitu Al Hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta Alam). Ia adalah As Sab'u Al Matsani, dan Al Qur`an Al Azhim yang telah diwahyukan kepadaku." (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah)

Menghargai Peserta Didik

Abu Rifa'ah pernah berkata, "Saya pernah datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di saat Beliau sedang berkhutbah, lalu saya berkata, "Wahai Rasulullah, ada orang asing yang datang untuk bertanya tentang agamanya; ia tidak mengetahui apa agamanya?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang menghampiriku dan meninggalkan khutbahnya. Ketika telah sampai di dekatku, Beliau siapkan kursi yang sepertinya kaki-kaki kursi tersebut terbuat dari besi, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di atasnya dan mengajarkan kepadaku ilmu yang diajarkan Allah kepadanya. Setelah itu, Beliau mendatangi khutbahnya dan melanjutkan kembali." (HR. Muslim)

Memberikan Pengertian

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا، فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ وَقَالُوا: مَهْ. مَهْ. فَقَالَ: " ادْنُهْ، فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا ". قَالَ: فَجَلَسَ قَالَ: " أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ؟ " قَالَ: لَا. وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ: " وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ ". قَالَ: " أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ؟ " قَالَ: لَا. وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ قَالَ: " وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِبَنَاتِهِمْ ". الحديث وفيه: قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ: " اللهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ "

Dari Abu Umamah, ia berkata, “Ada seorang pemuda yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah saya berzina.” Lalu orang-orang mendatanginya dan melarangnya sambil berkata, “Tinggalkanlah perbuatan itu. Tinggalkanlah perbuatan itu.” Maka Beliau bersabda, “Dekatkanlah dia kepadaku.” Maka pemuda ini mendekat kepada Beliau, lalu duduk, kemudian Beliau bersabda, “Sukakah engkau jika zina itu terjadi pada ibumu?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah. Biarlah Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.” Beliau bersabda, “Demikian pula orang lain. Mereka tidak suka jika hal itu terjadi pada ibu-ibu mereka.” Beliau bersabda lagi, “Sukakah engkau jika zina itu terjadi pada puterimu?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah. Biarlah Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.” Beliau bersabda, “Demikian pula orang lain. Mereka tidak suka jika hal itu terjadi pada puteri-puteri mereka...dst.” Di akhir hadits, Beliau meletakkan tangan kepadanya dan berdoa,  “Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya, dan sucikanlah farjinya.” Maka akhirnya ia tidak menoleh lagi terhadap hal itu. (HR. Ahmad, dinyatakan isnadnya shahih oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah).

Memberikan Pujian Kepada Peserta Didik (Tidak Dihadapannya) Jika Tampak Aman Baginya Dari Sikap Ujub

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ - عَنْ أَبِيْهِ: أنَّ رَسُوْلَ اللهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: «نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ، لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيلِ» قَالَ سالِم: فَكَانَ عَبدُ اللهِ بَعْدَ ذَلِكَ لاَ يَنامُ مِنَ اللَّيلِ إِلاَّ قَلِيلًا. متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Salim bin Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhum dari ayahnya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah kalau ia shalat di malam hari.”

Salim berkata, “Maka Abdullah setelah mendengar hal itu tidak tidur di malam hari kecuali sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Adapun larangan memuji di hadapan orang yang dipuji adalah apabila memuji secara berlebihan dan dikhawatirkan fitnah ujub bagi yang dipuji sebagaimana yang dijelaskan Imam Muslim dalam Shahihnya.

Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa

Maraji': Riyadhush Shalihin (Imam Nawawi), Asyru wasa’il mu’atstsirah fit tarbiyah bil hubb (A. Jamal Madhi), At Tarbiyah bil Hub (Dr. Maisarah Thahir), Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Abu Yahya Marwan), Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam li Abhatsil Qur’ani was Sunnah), dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger