بسم
الله الرحمن الرحيم
Kisah Utsman bin Affan
radhiyallahu 'anhu (1)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini kisah Utsman bin Affan radhiyallahu
'anhu, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas
karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Tahukah engkau
sahabat yang satu ini?
Dia adalah orang
yang sulit dicari tandingannya. Dia adalah orang yang para malaikat sampai
merasa malu kepadanya. Dialah orang yang kehidupannya bertabur rasa malu,
zuhud, wara', dermawan, siap berkorban, taat, dan memiliki rasa takut yang
tinggi kepada Allah Azza wa Jalla. Dialah orang yang membeli sumur Rumah agar
kaum muslim dapat meminum airnya secara gratis.
Dialah orang yang
mempersiapkan jaisyul 'usrah (pasukan di tengah kesulitan). Dialah orang yang
mengorbankan jiwa, harta dan semua yang dimilikinya untuk menegakkan agama
Allah dan untuk berbagi dengan saudaranya kaum muslim. Dialah Utsman bin Affan
radhiyallahu 'anhu.
Pada masa
Jahiliyyah
Utsman bin Affan
lahir enam tahun setelah tahun gajah, sehingga ia lebih muda enam tahun dari
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang lahir pada tahun gajah.
Utsman bin Affan
radhiyallahu 'anhu tumbuh dalam kehidupan yang baik dan di atas akhlak yang
mulia. Ia tidak pernah sujud kepada berhala dan tidak pernah meminum arak, dan
tidak ikut-ikutan dengan para pemuda bangsa Arab yang kehidupannya penuh dengan
main-main, kesia-siaan, dan sikap amoral. Ia juga tidak pernah melakukan
perbuatan keji.
Utsman adalah
seorang pemuda Quraisy yang mulia nasabnya, mulia akhlaknya, seorang yang kaya,
dan dermawan. Oleh karena itu, kaum Quraisy mencintainya, dan ia juga dikenal dengan
kejujuran, amanah, dan menepati janji. Ia juga seorang yang pandai membaca dan
menulis, dan kemudian sibuk dengan perniagaannya.
Utsman bin Affan
radhiyallahu 'anhu memiliki hubungan pertemanan yang kuat dengan Abu Bakar
radhiyallahu 'anhu sebelum Islam. Hal ini tidaklah mengherangkan, karena
ruh-ruh itu satuan pasukan. Jika sama, maka akan menyatu, dan jika tidak maka
akan berpisah.
Abu Bakar dan
Utsman adalah dua orang yang akhlaknya mirip Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam.
Kisah masuk Islamnya
Utsman
Negeri Arab
sebelumnya penuh dengan kemusyrikan dan kezaliman serta kebiasaan-kebiasaan
buruk kaum Jahiliyyah. Utsman sangat merindukan ada orang yang mengeluarkan
manusia dari kegelapan kepada cahaya. Tidak lama kemudian, diutuslah Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Utsman segera masuk Islam
melalui ajakan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu.
Oleh karena akhlak
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang begitu mulia, maka Utsman
ingin sekali menikahi puteri Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Para
periwayat menyebutkan, bahwa di zaman Jahiliyyah ketika sampai berita ke
telinga Utsman, bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menikahkan
puterinya yang bernama Ruqayyah kepada putera pamannya, yaitu Utbah bin Abi
Lahab, maka Utsman bersedih karena telah didahului oleh orang lain dan tidak
memperoleh akhlak puterinya yang mulia dan nasabnya yang suci, dimana ia tumbuh
dari rumah yang dikenal kemuliaan akhlaknya, yaitu rumah Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, maka Utsman segera pulang ke keluarganya dalam keadaan
bersedih, karena ia ingin menikahi Ruqayyah binti Muhammad bin Abdillah yang
dikenal sebagai orang yang jujur dan amanah. Saat Utsman sedang duduk bersama
keluarganya, maka tiba-tiba bibinya dari ibunya, yaitu Su'da binti Kuraiz masuk
menemuinya, dimana ia adalah wanita yang sudah tua namun cerdas. Su'da pun
berbicara dengan Utsman dan berusaha menghilangkan kesedihan yang menimpanya,
lalu Su'da memberitahukan kepadanya kabar gembira dengan akan hadirnya seorang
nabi yang akan menghapuskan penyembahan kepada patung dan mengajak manusia
menyembah Allah Yang Mahaesa. Su'da juga memberitahukan, bahwa Utsman nanti
akan menjadi pengikutinya dan akan menikahi puterinya.
Selanjutnya Utsman
terus berpikir tentang ucapan bibinya itu, lalu ia pergi menemui Abu Bakar Ash
Shiddiq dan memberitahukan ucapan bibinya.
Abu Bakar pun
berkata, "Benarlah yang dikatakan bibimu kepadamu serta berita gembira
yang disampaikannya. Sesungguhnya nabi tersebut telah diutus dengan membawa
risalah dari langit untuk mengajak manusia meninggalkan penyembahan kepada
patung beralih menyembah kepada Ar Rahman Jalla wa Alaa. Dan sesungguhnya
engkau wahai Utsman adalah seorang yang cerdas, tidak samar kebenaran bagimu.
Engkau juga tahu, bahwa kaummu berada dalam kesesatan; mereka menyembah
patung-patung itu yang tidak memberikan manfaat dan menimpakan bahaya, dan lagi
patung-patung itu mereka buat dengan tangan mereka sendiri."
Utsman balik
bertanya, "Siapakah nabi itu wahai Abu Bakar?"
Abu Bakar menjawab,
"Beliau adalah Muhammad bin Abdullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
seorang yang jujur lagi amanah."
Utsman berkata,
"Maukah engkau menemaniku kepadanya?"
Abu Bakar berkata,
"Ya."
Utsman pun
berangkat menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam melihat Utsman, maka Beliau bersabda, "Sambutlah wahai
Utsman seruan Allah. Sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu secara khusus
dan kepada makhluk Allah secara umum."
Utsman berkata,
"Demi Allah, tidaklah mataku melihat Beliau dan mendengar ucapannya
sehingga aku tenang dengannya, lalu aku benarkan kerasulannya dan aku bersaksi
bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad
adalah hamba Allah dan utusan-Nya."
Pernikahan Utsman
radhiyallahu 'anhu dengan Ruqayyah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam
Ketika itu belum
ada dari kalangan Bani Hasyim yang beriman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, namun mereka tidak memusuhi Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam selain
pamannya, yaitu Abu Lahab. Dia dan istrinya (Ummu Jamil) adalah termasuk orang
yang keras penentangannya kepada Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Abu
Lahab selalu memperingatkan manusia agar tidak mengikuti Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, sedangkan istrinya terus menyakiti Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam, hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk memisahkan putera mereka
dari puteri Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu Ruqayyah. Putera mereka,
yaitu Utbah disuruh oleh ibu dan bapaknya menceraikan puteri Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, dan ketika itu Ruqayyah belum sempat digauli. Ini termasuk
penjagaan Allah Azza wa Jalla untuk Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dan
puterinya.
Ketika Utsman
mendengar berita ditalaqnya Ruqayyah oleh Utbah, begitu gembiranya hati Utsman,
hingga kemudian Utsman segera mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam dan meminta agar Beliau menikahkan puterinya dengannya, kemudian Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam setuju dan menikahkannya.
Utsman termasuk
orang yang tampan, sedangkan Ruqayyah adalah orang yang mirip dengan Utsman
dalam kecantikan dan rasa malu. Oleh karena itu, orang-orang sering berkata,
Dua pasangan yang
paling baik yang dilihat orang
itulah Ruqayyah dan
suaminya Utsman
Kesabaran Utsman di
atas agama Allah
Ketika kaum Quraisy
mengetahui keislaman Utsman bin Affan, maka rasa cinta yang sebelumnya tertanam
dalam hati mereka berubah menjadi kebencian, bahkan mereka sampai menyiksanya
dengan berbagai siksaan.
Mereka tahu, bahwa
keislaman Utsman dapat menjadi sebab banyaknya para pemuda Quraisy yang masuk
Islam, karena kecintaan mereka kepadanya.
Dan di antara orang
yang sering menimpakan gangguan kepada Utsman adalah pamannya, yaitu Al Hakam
bin Abil 'Aas. Pamannya mengikatnya dan membuatnya lapar sambil berkata,
"Engkau akan tetap seperti ini sampai engkau meninggalkan agama Muhammad
dan kembali kepada agama ayah dan kakekmu."
Namun Utsman tetap
menolak kembali kepada perbuatan syirk, sehingga pamannya semakin keras
marahnya. Ia bahkan sampai melipat Utsman dalam tikar, lalu menyalakan api di
bawahnya sehingga Utsman merasakan sesak karena asapnya.
Setiap kali
pamannya menambah siksaan, Utsman semakin bertambah pula berpegang dengan agama
Islam, sehingga pamannya berputus asa dan membiarkannya.
Hijrah ke
Habasyah
Ketika kaum Quraisy
mengetahui bahwa paman Utsman tidak berhasil memurtadkannya dari agama Islam
dan mengembalikannya kepada agama nenek moyangnya, maka mereka bertambah benci
kepada Utsman, bahkan mereka menyakiti Utsman dan istrinya, Ruqayyah
radhiyallahu 'anhuma.
Saat Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam melihat kondisi itu, maka Beliau menyuruh para
sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah, karena di sana terdapat raja yang adil.
Maka Utsman bersama
istrinya hijrah ke Habasyah. Saat itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersedih karena berpisah dengan puteri dan menantunya, sebagaimana Khadijah pun
ikut bersedih.
Ketika itu, Utsman
dan istrinya merupakan sepasang kekasih yang pertama hijrah setelah Nabi Luth
'alaihis salam.
Utsman dan Ruqayyah
terus berada di Habasyah sampai tiba kabar, bahwa penduduk Mekkah banyak yang
masuk Islam, sehingga mereka berdua kembali ke Mekkah, namun ketika sampai di
sana ternyata penduduk Mekkah masih berada di atas kemusyrikan. Ketika itulah
Utsman dan istrinya disakiti kembali oleh kaum Quraisy, namun Utsman dan
istrinya tetap bersabar dan mengharapkan pahala dari sisi Allah Azza wa Jalla.
Tidak lama
kemudian, ibu Ruqayyah, yaitu Khadijah Ummum Mukminin meninggal dunia,
maka Ruqayyah dan Utsman bersedih karena kehilangan Ummul Mukminin, Khadijah
radhiyallahu 'anha.
Namun tidak begitu
lama, mereka berdua dikaruniakan oleh Allah Azza wa Jalla seorang anak, yang
kemudian diberi nama Abdullah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Hijrah ke Madinah
Ketika kaum Quraisy
terus menimpakan gangguan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para
sahabatnya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkan para sahabatnya
hijrah lebih dulu ke Madinah. Maka Utsman dan istrinya pun hijrah, kemudian
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyusul di belakang.
Perang Badar
Selang beberapa
lama setelah hijrah, Ruqayyah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
sakit keras, dan terus bertambah sakitnya, dan pada saat yang sama seruan jihad
berkumandang, lalu Utsman bersiap-siap untuk berjihad fi sabilillah, namun
Ruqayyah bertambah parah sakitnya, terlebih puteranya yang bernama Abdullah
juga telah wafat, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membiarkan Utsman
mengurus istrinya, lalu Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersama para
sahabatnya keluar untuk perang Badar, dan ketika itu Allah memberikan
kemenangan kepada kaum muslimin.
Setelah selesai
perang, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membagikan ghanimah perang dan
memberikan kepada Utsman radhiyallahu 'anhu, dan Beliau menganggap utsman
termasuk orang yang ikut perang Badar.
Ketika kaum
muslimin kembali dari perang Badar, dan mereka dalam keadaan sangat bergembira,
namun belum lagi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba ke Madinah, Beliau
telah mendapatkan informasi bahwa puterinya telah wafat, demikianlah berita
gembira ini bercampur dengan kesedihan.
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa
sallam.
Marwan bin Musa
Maraji':
As-habur
Rasul lil Athfaal (Mahmud Al Mishri), Maktabah Syamilah versi
3.45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar