Kisah Utsman bin Affan (2)

بسم الله الرحمن الرحيم
Kisah Utsman bin Affan
radhiyallahu 'anhu (2)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan kisah Utsman radhiyallahu 'anhu, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Utsman radhiyallahu 'anhu menikah dengan Ummu Kultsum radhiyallahu 'anha
Setelah wafatnya Ruqayyah, maka Utsman hidup sendiri. Bersamaan dengan itu, Hafshah juga telah menjadi janda karena kematian suaminya. Setelah habis masa 'iddah, maka Umar menawarkan kepada Utsman agar dia menikahinya, namun Utsman menolaknya dengan cara yang baik, maka Umar bersedih karenanya dan mengadukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam penolakan Utsman.
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang menikahi Hafshah binti Umar radhiyallahu 'anhuma, kemudian Utsman menikahi Ummu Kultsum binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dimana sebelumnya ia terus menjadi janda setelah ditalak oleh putera Abu Lahab, namun puteranya itu belum sempat menggaulinya, tampaknya Allah Subhaanahu wa Ta'ala juga telah menyiapkannya untuk Utsman agar puteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi istrinya.

Ketika Utsman menikahinya, maka Utsman dijuluki dengan Dzun Nurain (orang yang memiliki dua cahaya), karena dia menikahi dua orang puteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Utsman merasakan kebahagiaan setelah menikah dengan Ummu Kultsum radhiyallahu 'anha, sampai tiba lagi kesedihan yang baru, yaitu wafatnya Ummu Kultsum pada tahun ke-9 H, maka Utsman bersedih lagi dengan kesedihan yang dalam, karena dia tahu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mempunyai puteri lagi setelahnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun merasakan kesedihan Utsman, sehingga Beliau bersabda, "Kalau aku punya puteri yang ketiga, tentu aku akan menikahkannya kepada Utsman." (Diriwayatkan oleh Ibnu Hanbal dalam Fadhaa'ilush Shahabah juz 1 hal. 482 hadits no. 782)
Jihad fii sabilillah yang dilakukan Utsman radhiyallahu 'anhu
Utsman bin Affan hadir dalam semua peperangan yang dilakukan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selain perang Badar sebagaimana yang diterangkan.
Dan Utsman tidak menunda sedikit pun dari mengorbankan harta untuk tegaknya agama Islam ini.
Contoh menarik pengorbanan Utsman radhiyallahu 'anhu
Ketika para sahabat hijrah ke Madinah, maka mereka mengeluhkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan kekurangan air yang segar untuk mereka minum di Madinah. Ketika itu, air yang paling segar ada pada sebuah sumur yang dimiliki oleh seorang Yahudi, dia biasa menjual air kepada kaum muslimin dengan harga yang tinggi. Nama sumur itu adalah sumur Rumah, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang mau membeli sumur Rumah untuk kami, maka dia akan memperoleh surga." (HR. Bukhari secara  mu'allaq dalam Al Musaaqaah dan dimaushulkan oleh Tirmidzi dalam Al Manaqib (3699)).
Maka Utsman pun segera pergi mendatangi orang Yahudi itu dan memintanya untuk menjual kepadanya sumur Rumah, namun orang Yahudi itu menolaknya kecuali jika dibeli dengan harga 12.000 dirham, lalu Utsman pergi dan membawa uang untuk membeli separuhnya, sehingga sumur itu separuhnya untuk kaum muslimin sedangkan separuhnya lagi untuk orang Yahudi itu.
Ketika itu, kaum muslimin mengambil minum dan menyimpannya untuk hari selanjutnya, sehingga orang Yahudi itu tidak menemukan lagi pembeli hingga akhirnya ia terpaksa menjual separuhnya lagi kepada Utsman dengan harga 8.000 dirham, pada akhirnya sumur itu menjadi milik kaum muslimin sepenuhnya. Mereka bisa minum kapan saja.
Kisah lain tentang pengorbanan Utsman adalah, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meminta kaum muslimin untuk menginfakkan hartanya untuk memperluas masjidnya, Beliau bersabda, "Siapa yang mau memperluas masjid kami ini, maka dia akan memperoleh rumah di surga." (HR. Ahmad, Nasa'i, Daruquthni, Ibnu Abi Ashim, dan Adh Dhiya) Maka Utsman segera membeli tanah yang berdampingan dengan masjid dengan harga 20.000 dirham dan memberikannya untuk Masjid Nabawi.
Dan pada saat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak para sahabat mempersiapkan jaisyul 'usrah (pasukan di masa sulit) untuk menghadapi pasukan Romawi, maka Abu Bakar mengeluarkan semua hartanya, Umar membawa separuh hartanya, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri berkhutbah mengajak kaum muslimin bersedekah pula, kemudian Utsman datang dengan berkata, "Wahai Rasulullah, saya akan menyiapkan 100 ekor unta beserta perlengkapannya."
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit berkhutbah dan mengajak kaum muslimin bersedekah, maka Utsman datang lagi dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya akan menyiapkan 100 ekor lagi."
Dan pada ketiga kalinya, Utsman berkata, "Wahai Rasulullah, saya akan menyiapkan 100 ekor lagi."
Kemudian Utsman datang pada keempat kalinya dan menyiapkan di dekat Beliau harta sejumlah 1000 dinar, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setelah ini, maka tidaklah membahayakan Utsman amalnya selama-lamanya." (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani)
Kisah lainnya tentang pengorbanan Utsman adalah pada saat setelah haji Wada', Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyiapkan pasukan untuk mendatangi beberapa kabilah yang tinggal berdampingan dengan Romawi, lalu Utsman datang membawa 194 ekor unta dengan perlengkapannya, dan membawa 60 ekor kuda, tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sakit dan bertambah parah sakitnya, sehingga pemberangkatan pasukan tertunda, dan tidak dilakukan kecuali setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat.
Di masa Abu Bakar, terjadi paceklik, lalu Abu Bakar berkata kepada rakyatnya, "Insya Allah, tidak tiba besok sore hingga datang kemudahan dari sisi Allah."
Pada pagi harinya, datang kafilah besar milik Utsman dengan membawa berbagai macam makanan, lalu para pedagang datang kepada Utsman dan berkata, "Kami akan bayar kepadamu dua kali lipat dari harganya."
Utsman menjawab, "Tidak."
Lalu mereka berkata, "Kami akan bayar tiga kali lipat."
Utsman menjawab, "Tidak."
Mereka berkata, "Kami akan bayar lima kali lipat."
Utsman berkata, "Bahkan aku telah mendapatkan yang akan membayarkan sepuluh kali lipat, dan aku akan jual kepadanya."
Para pedagang berkata, "Engkau jual ke siapa?"
Utsman menjawab, "Aku menjualnya kepada Allah yang membalas satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan, dan aku sedekahkan sekafilah itu untuk kaum fakir Madinah tanpa bayaran dan hitungan."
Berita gembira surga untuk Utsman
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berada di atas bukit Hira' bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, dan Zubair, lalu begetarlah batu besar, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Diamlah, karena di atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq, atau seorang syahid."
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk ke kebun dan menyuruhku menjaga pintu kebun, lalu ada seseorang yang datang meminta izin, maka Beliau bersabda, "Izinkanlah dan beritahukan kabar gembira surga untuknya."  Ternyata orang itu adalah Abu Bakar, lalu datang lagi yang lain meminta izin, maka Beliau bersabda, "Izinkanlah dan beritahukan kabar gembira surga untuknya."  Ternyata orang itu adalah Umar. Kemudian datang lagi yang lain meminta izin, lalu Beliau berdiam sejenak dan berkata, "Izinkanlah dan beritahukan kabar gembira surga untuknya dengan mendapatkan musibah." Ternyata orang itu adalah Utsman."
Rasa malu Utsman
Utsman radhiyallahu 'anhu memiliki rasa malu yang tinggi, sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Utsman adalah umatku yang paling tinggi rasa malunya." (HR. Abu Nu'aim dalam Al Hilyah, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 3977).
Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  berbaring di rumahnya dalam keadaan tersingkap paha atau betisnya, lalu Abu Bakar meminta izin untuk masuk, kemudian Beliau mengizinkannya. Dan Beliau dalam keadaan seperti itu, lalu Beliau berbincang-bincang. Kemudian Umar datang meminta izin untuk masuk, maka Beliau mengizinkannya, sedangkan Beliau dalam keadaan seperti itu, lalu Utsman datang meminta izin, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dan merapihkan pakaiannya, lalu Utsman masuk dan berbincang-bincang. Ketika Utsman telah keluar, maka Aisyah berkata, "Abu Bakar masuk, namun engkau biasa-biasa saja dan tidak mempedulikannya, lalu Umar masuk, engkau juga biasa-biasa saja dan tidak mempedulikannya, lalu Utsman masuk, maka engkau duduk dan merapihkan pakaianmu." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Mengapa aku tidak malu dengan orang yang para malaikat malu terhadapnya."
Al Hasan Al Bashri berkata, "Utsman apabila berada sendiri  di rumahnya, sedangkan pintu terkunci, maka ia tidak melepaskan pakaiannya untuk menuangkan air ke badannya. Malu itulah yang membuatnya tertahan dari melakukan hal itu."
Ibadah Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu
Utsman radhiyallahu 'anhu adalah orang yang banyak beribadah, banyak melakukan shalat, puasa, berdzikr, dan membaca Al Qur'an. Beliau termasuk orang yang hapal Al Qur'an 30 juz.
Oleh karena itulah Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu ketika menafsirkan firman Allah Ta'ala,
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاء اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
"(Apakah kamu wahai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az Zumar: 9)
Maka ia berkata, "Orang itu adalah Utsman."
Utsman radhiyallahu 'anhu apabila melakukan shalat malam, maka Beliau tidak membangunkan pembantunya meskipun ia sudah tua. Ketika ia ditanya, "Mengapa engkau tidak membangunkan pembantumu untuk mengambilkan air wudhu?" Maka Utsman menjawab, "Kami telah meminta bantuan mereka di siang hari dan kami biarkan mereka di malam hari agar mereka dapat beristirahat."
Rasa takut Utsman radhiyallahu 'anhu
Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Hani maula Utsman, ia berkata, "Utsman apabila berdiri di atas sebuah kubur menangis sehingga basah janggutnya, lalu ia ditanya, "Disebutkan surga dan neraka, namun engkau tidak menangis, tetapi engkau menangis karena hal ini?" Maka Utsman berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ القَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ
"Sesungguhnya kubur merupakan awal persinggahan menuju akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka setelahnya lebih ringan lagi, dan jika ia tidak selamat darinya, maka setelahnya lebih berat lagi."
Beliau juga bersabda,
مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا وَالقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ
"Aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih buruk daripada kuburan." (Hadits ini dinyatakan hasan oleh Al Albani)
Abdullah bin Rumiy berkata, "Sampai berita kepadaku, bahwa Utsman berkata, "Kalau aku berada di antara surga dan neraka, namun aku tidak tahu ke mana aku diperintahkan memasukinya, tentu aku lebih memilih menjadi abu, sebelum aku mengetahui ke mana aku akan kembali."
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': As-habur Rasul lil Athfaal (Mahmud Al Mishri), Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger