بسم
الله الرحمن الرحيم
Kisah Utsman bin Affan
radhiyallahu 'anhu (3)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga
hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan kisah Utsman
radhiyallahu 'anhu, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pengangkatan
khilafah kepada Utsman radhiyallahu 'anhu setelah Umar bin Khaththab radhiyallahu
'anhu
Ketika Umar
menjabat sebagai khalifah, maka Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan Ali
bin Abi Thalib adalah orang yang paling dekat dengan Umar, dimana ia sering
bermusyawarah dengan mereka dalam berbagai masalah.
Saat tiba ajal Umar
bin Khaththab, setelah ditikam oleh Abu Lu'lu'ah Al Majusiy, maka ia berwasiat
agar urusan khilafah diserahkan kepada enam orang yang diridhai Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam saat Beliau wafat. Mereka itu adalah Utsman, Ali,
Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, dan Sa'ad bin Abi
Waqqash radhiyallahu 'anhum.
Ketika itu
Abdurrahman bin 'Auf melepaskan pencalonan kekhilafahan terhadap dirinya,
sehingga urusan syura diserahkan kepadanya, maka Abdurrahman menimbang di
antara kelima orang ini siapakah yang lebih layak menjabat sebagai khalifah,
kemudian pemilihan tertuju kepada Utsman atas saran Thalhah bin Ubaidillah dan
Sa'ad bin Abi Waqqash, lalu Abdurrahman meminta saran dari orang-orang yang
berpengalaman dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Ternyata mereka lebih memilih
Utsman dan ridha terhadap kepemimpinannya.
Saat Abdurrahman
melihat hal tersebut, maka ia langsung membaiat Utsman, lalu Ali mengikutinya,
diikuti pula oleh as-habusy syura yang lain, kemudian orang-orang pun
ikut membai'atnya di masjid.
Saat Utsman
menjabat sebagai khalifah
Setelah terbunuhnya
Umar radhiyallahu 'anhu, maka Utsman menggantikan kekhalifahannya, dan ia ingin
mengikuti jejak Abu Bakar dan Umar dalam keadilan pemerintahannya.
Utsman adalah orang
yang sayang kepada kaum muslimin, ia memperhatikan keadaan mereka, menanyakan
keadaan mereka, mengetahui masalah mereka dan berusaha menghilangkan derita
yang menimpa mereka. Ia juga seorang yang tawadhu kepada kaum fakir dan miskin.
Ia sering berjalan di pasar-pasar menanyakan kabar orang-orang, menanyakan
harga bahan pangan, ia juga sering mengunjungi orang yang sakit, bahkan
terkadang sampai tidur di masjid sehingga ada bekas di rusuknya karena tikar
yang ada di sana sebagaimana yang dialami Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Pada masa
kekhilafahannya, orang-orang banyak yang berada di Madinah, harta melimpah
ruah, dan kebutuhan orang-orang banyak yang tercukupi, ada yang menyeru mereka,
"Wahai manusia! Datangilah pemberian yang diberikan kepada kalian.
Wahai manusia! Datangilah rezeki kalian…dst." Lalu orang-orang
mengambil rezeki mereka, sehingga rumah-rumah kaum muslimin dipenuhi kelebihan
harta.
Meskipun Utsman
sebelum diangkat sebagai khalifah sebagai orang yang paling banyak hartanya,
seperti unta dan kambingnya, namun setelah diangkat sebagai khalifah ia
infakkan banyak hartanya untuk manusia sehingga tidak tersisa selain dua unta
yang ia gunakan untuk berhaji ke Baitullah.
Perluasan wilayah
Islam
Pada masa
khilafahnya, wilayah Islam semakin meluas dan banyak terjadi
penaklukan-penaklukan wilayah.
Di masa Beliau terjadi
penaklukkan wilayah Hamdzan, Beliau juga mengangkat para komandan pasukan yang
pemberani, dimana melalui mereka Islam menjadi tersebar luas. Abu Musa Al
Asy'ariy berhasil menaklukkan kota Ray, Al Walid bin Uqbah berhasil menaklukkan
wilayah Adzerbaijan dan Armeniyah, Abdullah bin Abi Sarh berhasil menaklukkan
kota Afrika, Sa'id bin Abil 'Aash berhasil menaklukkan kota Thibristan dan
menyerang bagian utara Persia, Abdullah bin Amir berhasil menaklukkan kota
Khurasan, pelosok wilayah Persia, kota Sijistan dan Karman.
Pada masa Beliau
juga ditaklukkan kota Sabur, Arjan, Ashbahan, Habasyah, dan ditaklukkan jazirah
Qabrus dan Malithah.
Utsman juga
mengamankan perbatasan wilayah Islam dari serangan Romawi, dan pasukan Beliau
berhasil menimpakan kekalahan demi kekalahan kepada mereka sehingga mereka
berhenti dari menyerang kota-kota kaum muslimin yang berdampingan dengan
wilayah mereka. Dan untuk yang pertama kalinya dalam sejarah Islam, Utsman
membentuk angkatan laut.
Utsman radhiyallahu
'anhu mengizinkan gubernur Syam, yaitu Mu'awiyah bin Abi Sufyan untuk
mengadakan penyerangan lewat laut. Demikian juga Beliau mengizinkan gubernur
Mesir, yaitu Abdullah bin Abis Sarh untuk mengadakan penyerangan lewat laut.
Sebelumnya Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu belum mengizinkan hal ini
karena khawatir kepada kaum muslimin yang belum memiliki keahlian di lautan.
Ketika itu, Utsman juga mensyaratkan para komandan pasukannya untuk tidak
memaksa seorang pun berperang di lautan. Oleh karena itu, siapa saja yang mau
berperang di sana dengan suka rela, maka ia dibawa dan dibantu.
Pada saat itu
armada laut kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran, seperti pada
pertempuran Dzatush shawariy. Armada laut Bizantium yang merupakan
armada terbesar di dunia juga berhasil dikalahkan oleh armada laut kaum
muslimin. Dan pada saat itu, beberapa jazirah di dekat laut tengah juga
berhasil ditaklukkan.
Daulah Islam ketika
itu menjadi Daulah terbesar di dunia. Daulah Islam telah mencapai bagian timur
bumi dan baratnya. Wilayah Islam pada zaman Beliau bagian timurnya dari Sind
dan bagian baratnya sampai Afrika. Bagian utaranya dari Qauqaz dan bagian
selatannya sampai Habasyah selain beberapa jazirah di laut tengah dan laut
merah yang kemudian menjadi laut yang termasuk wilayah Islam.
Pembukuan Al Qur'an
di zaman Utsman
Di antara jasa besar
Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu adalah pembukuan Al Qur'an dalam satu
mushaf.
Pembukuan ini
disebabkan karena adanya perbedaan manusia dalam hal qiraat (bacaan) mengikuti
perbedaan suhuf (lembaran) Al Qur'an yang ada di tangan para sahabat
radhiyallahu 'anhum sehingga dikhawatirkan terjadinya fitnah, maka Utsman pun
memerintahkan mengumpulkan suhuf-suhuf tersebut ke dalam satu mushaf agar manusia
tidak berselisih dan berpecah belah dalam Kitabullah.
Perluasan Masjid
Nabawi
Ketika Utsman
menyaksikan berdesakannya manusia ketika masuk ke Masjid Nabawi dan
Masjidilharam, maka Utsman mengeluarkan keputusan untuk memperluas kedua masjid
tersebut agar menampung sebagian besar kaum muslimin.
Awal terjadinya fitnah
dan terbunuhnya Utsman radhiyallahu 'anhu
Di zaman Utsman
radhiyallahu 'anhu kaum muslimin merasakan keamanan dan kenikmatan sehingga
setiap muslim mendapatkan penghasilan dari Baitulmal hingga tiba saatnya muncul
segolongan kaum munafikin yang benci terhadap Daulah Islam, mereka berusaha
merusaknya, mencorengnya, dan merobohkannya.
Fitnah ini muncul
dipimpin oleh seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam, bernama Abdullah bin
Saba' (pendiri agama Syi'ah). Dia dan
para pengikutnya berusaha membuat makar terhadap Islam dan kaum muslimin.
Mereka mulai mecari-cari cacat Utsman radhiyallahu 'anhu, mereka mengkritik
pemerintahan Utsman, menyatakan bahwa Beliau melakukan nepotisme; mengutamakan
kerabatnya, padahal kalau mereka tahu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu
Bakar, dan Umar radhiyallahu 'anhuma juga memanfaatkan mereka dan lagi mereka yang
diberi jabatan itu adalah orang-orang yang memiliki kemapanan dalam memimpin,
seperti Mu'awiyah (gubernur Syam), dimana ia termasuk juru tulis Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, Abdullah bin Abis Sarh (gubernur Mesir), dan
Abdullah bin 'Amir (gubernur Bashrah).
Kemudian kaum
munafikin itu mulai menyebarkan kedustaan terhadap Utsman, mereka menuduh Utsman,
bahwa ia telah merampas kekhalifahan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
'anhu, padahal Ali termasuk orang pertama yang membai'at Utsman radhiyallahu
'anhu.
Maka mulailah
Abdullah bin Saba' pergi mendatangi beberapa negeri-negeri Arab untuk
menyebarkan racun dan kedustaannya, tetapi ia tidak mendapatkan orang yang mau
mendengarkan ucapannya, lalu ia pergi ke Syam, kemudian ia diusir di sana. Ia
kemudian berpindah ke Kufah (Irak), dimana di sana banyak orang-orang yang
bermaksiat, dan ternyata ia mendapatkan pengikut di sana. Dari sinilah api
fitnah mulai menyala dan terbuktilah apa yang disabdakan Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam ketika Beliau berisyarat ke bagian timur Madinah,
"Ingatlah, fitnah itu dari sini." (HR. Bukhari dan Muslim)
Selanjutnya
Abdullah bin Saba' ini menetap di Mesir dan mengatur makarnya terhadap Utsman,
demikian pula ia menyebarkan berita yang menurutnya sebagai bentuk kezaliman Utsman
di beberapa negeri. Ia juga mengajak manusia untuk mendatangi Madinah mencabut
kekhilafahan Utsman dan memintanya melepaskan kekhalifahan, namun Utsman
menolaknya, dan lagi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga telah berwasiat kepada
Utsman untuk tidak melepas khilafahnya, dimana Beliau pernah bersabda
kepadanya, "Wahai Utsman, boleh jadi nanti Allah akan memakaikan
pakaian (khilafah) setelahku. Jika kaum munafikin memintamu untuk melepasnya,
maka jangan engkau lepaskan." Beliau mengucapkan hal ini tiga kali
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani dalam Zhilalul
Jannah (1172)).
Kemudian terjadilah
pengepungan rumah Utsman radhiyallahu 'anhu yang dilakukan selama 40 hari oleh
para pendemo. Meskipun begitu, Utsman tetap berani, tenang, dan sabar. Ketika
para sahabat datang untuk memerangi para pengepung, maka Utsman menyuruh mereka
tidak menyerang, dan meminta mereka berdiam di rumahnya. Pengepungan pun
semakin kuat, para pengepungnya mencegah Utsman berkunjung ke tempat lain,
mencegah Utsman dan keluarganya dari makanan dan minuman. Ketika itu, Ali
radhiyallahu 'anhu mendesak mereka sampai sorbannya jatuh karena hendak
membawakan air kepada Utsman dan keluarganya, lalu Zaid bin Tsabit datang
kepada Utsman sambil berkata, "Ini orang-orang Anshar. Mereka semua di
pintu. Jika engkau mau, maka kami akan menjadi penolong (agama) Allah untuk
kedua kalinya." Tetapi Utsman berkata, "Semoga engkau dibalas dengan
kebaikan. Aku tidak ingin darah ditumpahkan hanya karenaku."
Para sahabat juga
mendesak Utsman setelah kaum Muhajirin dan Anshar berkumpul beserta anak-anak
mereka untuk meminta izin memerangi para pengepung itu, namun Utsman tetap
berkata, "Saya bersumpah bagi orang yang berkewajiban taat kepadaku untuk
tidak berperang."
Demikianlah, Utsman
radhiyallahu 'anhu memberikan contoh dalam pengorbanan untuk menjaga umat dan
menjaga darah kaum muslimin serta darah para sahabat besar, dan untuk menjaga
eksistensi umat serta tidak membuatnya terpecah belah.
Utsman radhiyallahu
'anhu juga mengingatkan para pengepungnya dengan berkata, "Aku bertanya
kepada kalian dengan nama Allah dan atas dasar Islam! Tidakkah kalian
mengetahui, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berada di
bukit Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan aku, lalu bukit pun bergetar sehingga
batu-batunya berjatuhan ke atas tanah, lalu Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Diamlah wahai Uhud, karena yang berada di atasmu adalah
Nabi, Shiddiq (Abu Bakar), dan dua orang syahid." (HR. Bukhari)
Mereka berkata,
"Ya Allah, memang betul." Utsman berkata, "Allahu akbar. Mereka
bersaksi untukku demi Tuhan pemilik ka'bah, bahwa aku seorang syahid."
Lalu Utsman
berkata, "Aku bertanya kepada kalian atas nama Allah yang tidak ada tuhan
yang berhak disembah selain Dia, apakah kalian mengetahui, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memandang wajah-wajah manusia, lalu Beliau
bersabda, "Siapa yang sanggup menyiapkan perbekalan untuk mereka ini
(jaisyul 'usrah), maka Allah akan mengampuninya." Maka aku
menyiapkannya sehingga mereka tidak kekurangan unta dan talinya?" Mereka
berkata, "Ya Allah, memang betul." Utsman berkata, "Ya Allah,
saksikanlah."
Utsman berkata,
lagi, "Aku bertanya kepada kalian, namun pertanyaanku tertuju kepada para
sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Bukankah kalian mengetahui,
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa
yang menggali sumur Rumah, maka ia akan memperoleh surga," lalu aku
menggalinya. Bukankah kalian juga mengetahui, bahwa Beliau shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda, "Barang siapa yang menyiapkan perlengkapan jaisyul
'usrah, maka dia akan masuk surga." Lalu aku menyiapkannya?" Maka
para sahabat membenarkannya.
Kemudian Utsman
radhiyallahu 'anhu memberitahukan kepada orang-orang yang berada di sekitarnya,
bahwa ia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar, bahwa
mereka berkata kepadanya, "Bersabarlah! Sesungguhnya engkau akan berbuka
bersama kami nanti malam."
Ketika itu Utsman
radhiyallahu 'anhu sedang berpuasa di saat pengepungannya, lalu Beliau meminta
dibawakan mushaf untuk Beliau baca, lalu Beliau membacanya.
Kemudian para pengepung
itu memanjat pagar rumahnya dan mendatangi Utsman, tetapi istrinya
melindunginya sehingga jari-jemarinya putus. Selanjutnya mereka menikamnya
dengan pedang, sedangkan Utsman berkata, "Dengan nama Allah, aku
bertawakkal kepada Allah. Mahasuci Allah."
Dan darah Utsman
pun menetes menimpa ayat ini,
فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah
yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (QS. Al Baqarah:
137)
Selanjutnya pada hari
ketiga syahidnya Utsman radhiyallahu 'anhu, maka kaum muslimin membawanya
setelah shalat Maghrib untuk memakamkannya di Baqi'. Ketika itu Utsman wafat
dalam usia 80 tahun.
Demikianlah kisah
orang yang telah berjasa besar bagi Islam dan kaum muslimin. Semoga Allah
meridhainya dan mengumpulkan kita bersamanya di surga Firdaus, Amin yaa
Rabbal 'alamin.
Pembelaan Allah
kepada Utsman radhiyallahu 'anhu
Allah Azza wa Jalla
berjanji akan membela wali-wali-Nya yang mukmin sebagaimana firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ
"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi
mengingkari nikmat." (QS. Al Hajj: 38)
Inilah bukti
pembelaan Allah Azza wa Jalla kepada Utsman radhiyallahu 'anhu.
Abu Qilabah
berkata, "Aku termasuk rombongan orang yang berada di Syam, lalu aku
mendengar seorang berkata, "Celakalah diriku karena api neraka." Lalu
aku berdiri mendatanginya, dan ternyata orang itu terputus dua tangan dan dua
kakinya dari pinggangnya, kedua matanya buta, dan dalam keadaan menelungkupkan
wajahnya, lalu aku bertanya kepadanya tentang keadaannya, ia menjawab,
"Aku termasuk orang yang masuk mendatangi rumah Utsman. Ketika aku
mendekatinya, maka istrinya berteriak, lalu aku menamparnya. Kemudian Utsman
berkata, "Ada apa kamu, semoga Allah memotong kedua tanganmu, kedua
kakimu, membuat matamu buta, dan memasukkan dirimu ke neraka." Lalu
aku menjadi merinding dan keluar melarikan diri, sehingga aku mendapatkan
musibah seperti yang engkau lihat, dan tidak ada yang masih tersisa dari doanya
selain neraka." Maka aku berkata kepadanya, "Jauhlah dirimu."
Yazid bin Habib
memberitahukan, bahwa kebanyakan orang-orang yang datang untuk membunuh Utsman
bin Affan mendapat musibah kegilaan.
Wallahu a'lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa
sallam.
Marwan bin Musa
Maraji':
As-habur
Rasul lil Athfaal (Mahmud Al Mishri), Maktabah Syamilah versi
3.45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar