بسم
الله الرحمن الرحيم
Adab Berdzikr
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini pembahasan tentang adab berdzikr,
semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya
dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Dzikr adalah ibadah yang dilakukan oleh lisan dan hati
berupa mentasbihkan (menyucikan) Allah Ta'ala, memuji-Nya, dan menyifati-Nya
dengan sifat kesempurnaan dan keindahan.
Dzikr memiliki keutamaan yang banyak, di antaranya
seperti yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala berikut ini,
أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ
"Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar
Ra'd: 28)
Dan seperti dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam,
سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ» قَالُوا: وَمَا الْمُفَرِّدُونَ؟
يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «الذَّاكِرُونَ اللهَ كَثِيرًا، وَالذَّاكِرَاتُ»
"Orang-orang
yang bersendiri telah mendahului. Para sahabat bertanya, "Siapakah
orang-orang yang bersendiri?" Beliau menjawab, "Yaitu laki-laki dan
wanita yang banyak berdzikr kepada Allah." (HR. Muslim)
Adab berdzikr
Dalam berdzikr ada beberapa adab yang perlu
diperhatikan, di antaranya:
- Berusaha melazimi dzikr yang utama.
Dzikr yang utama ini adalah membaca Al Qur'an,
mengucapkan tasbih (Subhaanallah), tahmid (Al Hamdulillah), takbir
(Allahu akbar), tahlil (Laailaahaillallah), hauqalah (Laa haula
walaa quwwata illaa billah), dsb.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ
الْكَلاَمِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ . لاَ يَضُرُّكَ بَأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ
.
“Kalimat yang paling dicintai Allah ada empat, yaitu:
Subhaanallah, Al Hamdulillah, Laailaahaillallah, dan Allahu Akbar[i]. Tidak mengapa bagimu
memulai dari yang mana saja.” (HR. Muslim)
يَا عَبْدَ اَللَّهِ بْنَ قَيْسٍ! أَلَّا أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ
مِنْ كُنُوزِ اَلْجَنَّةِ? لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ.
“Wahai Abdullah bin Qais, maukah kamu aku
tunjukkan salah satu dari sekian perbendaharaan surga? Yaitu Laa haula wa laa
quwwata illaa billah (artinya: tidak ada daya dan upaya melainkan dengan
pertolongan Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini adalah dzikr mutlak yang seseorang dianjurkan
banyak mengucapkannya kapan saja selama tidak bertepatan dengan dzikr muqayyad
(dzikr pada kondisi tertentu yang telah diajarkan bacaannya secara khusus oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam).
- Dianjurkan dalam keadaan suci.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abul Juhaim
Al Anshariy, ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah datang dari
sumur Jamal, lalu ada seorang yang menemuinya dan mengucapkan salam, tetapi
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menjawab salamnya hingga Beliau
menghadap ke dinding (bertayammum) dan mengusap muka dan kedua tangannya, lalu
menjawab salamnya."
- Tenang dan khusyu'
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. Al Anfal: 2)
Ayat ini menunjukkan, bahwa Allah Ta'ala menginginkan
agar hamba-hamba-Nya ketika berdzikr hatinya khusyu' dan matanya menangis;
tidak seperti yang dilakukan sebagian orang yang membaca kalimat dzikr namun
hatinya tidak khusyu'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
menerangkan salah satu di antara tujuh golongan orang yang mendapatkan naungan
Allah di hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya,
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاه
"Dan
seseorang yang berdzikr kepada Allah di saat yang sepi, lalu matanya
mengucurkan air mata." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ
مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
"Dua
mata yang tidak akan tersentuh api neraka, yaitu: mata yang menangis karena
takut kepada Allah dan mata yang bergadang (dalam jihad) di jalan
Allah." (HR. Tirmidzi dan
dishahihkan oleh Al Albani)
لَا يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ
اللَّهِ حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ، وَلَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ
"Tidak
akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sampai
seperti susu berhenti keluar dari putingnya, dan tidak akan berkumpul debu di
jalan Allah dengan asap api neraka jahannam." (HR. Tirmidzi dan Nasa'i,
dishahihkan oleh Al Albani)
- Memanfaatkan waktu untuk banyak berdzikr kepada Allah Ta'ala
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
وَاذْكُر رَّبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ
بِالْعَشِيِّ وَالإِبْكَارِ
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu
sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (QS. Ali Imran:
41)
Aisyah radhiyallahu anha berkata,
- كَانَ
رَسُولُ اَللَّهِ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَذْكُرُ اَللَّهَ عَلَى كُلِّ
أَحْيَانِهِ -
"Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa berdzikr kepada Allah di setiap
waktunya." (HR. Muslim, dan diriwayatkan oleh Bukhari secara mu'allaq
(tanpa sanad)).
- Selalu Berdzikr baik ketika kondisi lapang maupun sempit, dan ketika ramai maupun sepi.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ
فِي الشِّدَّةِ
"Kenalilah Allah di waktu
senggang, niscaya Dia akan mengenalimu di waktu susah." (HR. Ahmad dan
Abul Qasim bin Bisyran dalam Amaalinya, dan dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami' no. 2961)
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ
عَبْدِيْ بِيْ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ
ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ، وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ
مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا
تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا
تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِيْ يَمْشِيْ أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً.
Allah Ta’ala berfirman, Aku sesuai dengan persangkaan
hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) jika dia ingat
Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku.
Jika dia menyebut nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam
perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal,
Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku
mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa),
maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari 8/171 dan Muslim
4/2061. Lafazh hadits ini riwayat Bukhari).
- Melazimi dzikr muqayyad
Seorang muslim hendaknya melazimi dzikr-dzikr muqayyad
(yang ditentukan bacaannya dan pada waktu kapan dibaca), misalnya dzikr hendak
tidur dan bangun tidur, dzikr memakai pakaian dan melepasnya, dzikr masuk wc
dan keluar wc, dzikr menuju masjid, dzikr masuk dan keluar masjid, dzikr
setelah shalat, dzikr pagi dan petang, dzikr ketika makan dan setelah makan,
dzikr ketika berada di pasar, dsb. Dengan begitu, ia tidak termasuk orang-orang
yang lalai, Allah Taala berfirman,
وَلاَ تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
"Dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al A'raaf:
205)
Jika demikian, maka Allah akan melupakannya ketika dia
butuh pertolongan-Nya baik di dunia maupun di akhirat.
Dan dzikr merupakan sebab untuk meraih kecintaan Allah
Ta'ala dan menjadi wali-Nya. Tentunya dzikr tersebut harus ikhlas dibaca dan
sesuai sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan dzikr yang
diucapkan karena riya' atau sum'ah dan bukan pula dzikr yang tidak diajarkan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti Ratiban, Barzanji, shalawat
badar, shalawat nariyah, dsb. Yang demikian adalah karena syarat diterimanya
ibadah adalah ikhlas dan mutaba'atur Rasul (mengikuti Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam).
- Memperhatikan adab dzikr dalam firman Allah Ta'ala di surat Al A'raf: 205.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً
وَدُونَ الجَهْرِ مِنَ القَوْلِ بِالغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِنَ الغَافِلِيْنَ
"Dan
sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al A'raaf: 205)
Dalam ayat ini terdapat beberapa adab dzikr, yaitu:
a. Berdzikr
dalam hati (dengan diucapkan pula di lisan namun pelan). Hal ini lebih membantu
keikhlasan.
b. Berdzikr
dengan tadharru' (merendahkan diri sambil mengakui kekurangan diri).
c. Berdzikr
sambil memiliki rasa takut, seperti takut akan siksa Allah karena kekurangan
amalnya dan takut jika amalnya tidak diterima.
d. Tidak
mengeraskan suara. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
«أَيُّهَا النَّاسُ
ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، إِنَّكُمْ لَيْسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا
غَائِبًا، إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا، وَهُوَ مَعَكُمْ»
"Wahai
manusia! Kasihanilah diri kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada yang
tuli lagi gaib; sesungguhnya kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar lagi
Mahadekat, dan Dia bersama kamu." (HR. Bukhari dan Muslim)
e. Berdzikr
dengan lisan; tidak hanya dengan hati saja.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala,
"dengan tidak mengeraskan suara," (Terj. QS. Al A'raaf: 205)
yang menunjukkan seseorang membaca dzikr tersebut dengan lisannya, namun tidak
keras-keras.
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Al Qur'anul Karim, Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu'ah
Haditsiyyah Mushaghgharah, Subulussalam (Imam Ash Shan'ani), Bulughul
Maram (tahqiq Sumair Az Zuhairi), Fiqhul Ad'iyah wal Adzkar (Abdurrazzaq
Al Badr), Adabudz Dzakir (www.islam.aljayyash.net), dll.
[i] Artinya: Mahasuci
Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah, dan Allah Mahabesar.
0 komentar:
Posting Komentar