Mengenal Sastra Arab (3)

 بسم الله الرحمن الرحيم



Mengenal Sastra Arab (3)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut lanjutan pembahasan tentang Adab atau sastra Arab, semoga Allah Subhaanahu wa Ta'ala menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

Sastra di Masa Awal Islam

Natsar (Karya Bebas)

Khutbah (Pidato)

Khutbah Abu Bakar Ash Shiddiq saat menjadi khalifah

Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wafat, maka kaum muslimin mengangkat Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai khalifah mereka karena keutamaan dan kedudukannya dalam Islam, dimana dia adalah orang yang pertama beriman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari kalangan lelaki dewasa, menjadi pendamping Beliau ketika di gua dan ketika hijrah dari Mekkah ke Madinah, bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyuruhnya untuk mengimami manusia ketika Beliau sakit.

Saat Abu Bakar menjadi khalifah, maka ia berpidato kepada manusia, memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian berkata,

أَمَّا بَعْدُ : أَيُّهَا النَّاسُ، فَإِنَّي قَدْ وُلِّيْتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ بِخَيْرِكُمْ، فَإِنْ أَحْسَنْتُ فَأَعِيْنُوْنِي وَإِنْ أَسَأْتُ فَقَوِّمُوْنِي ، اَلصِّدْقُ أَمَانَةٌ وَالْكَذِبُ خِيَانَةٌ وَالضَّعِيْفُ فِيْكُمْ قَوِيٌّ عِنْدِيْ حَتَّى أُرْجِعَ عَلَيْهِ حَقَّهُ إِنْ شَاءَ اللهُ، وَالْقَوِيُّ فِيْكُمْ ضَعِيْفٌ حَتَّى آخِذَ الْحَقِّ مِنْهُ إِنْ شَاءَ اللهُ.

لاَ يَدَعُ أَحَدٌ مِنْكُمُ الْجِهَادَ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ ضَرَبَهُمُ اللهُ بِالذُّلِّ ، وَلاَ تَشِيْعُ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ إِلاَّ عَمَّهُمُ اللهُ بِالْبَلاَءِ

Amma ba’du:

Wahai manusia! Aku telah diangkat sebagai pemimpin bagi kalian padahal aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik, maka bantulah aku, dan jika aku berbuat salah, maka luruskanlah. Kejujuran adalah amanah, dusta adalah khianat. Orang yang lemah di antara kalian adalah orang yang kuat di sisiku sehingga aku dapat mengembalikan haknya insya Allah, dan orang yang kuat di antara kalian adalah orang yang lemah di hadapanku sehingga aku akan ambil hak darinya insya Allah. Tidaklah suatu kaum meningalkan jihad fi sabililah melainkan Allah akan menimpakan kehinaan, dan tidaklah suatu kaum melakukan perbuatan keji terang-terangan melainkan Allah akan mengirimkan azab secara merata. (Al Bidayah wan Nihayah 5/248 dan 6/301 karya Ibnu Katsir dan ia menyatakan isnadnya shahih, Baihaqi dalam As Sunanul Kubra juz 6 hal. 353 no. 12788, Ibnu Jarir dalam At Tarikh 2/237, dan Ibnu Hisyam dalam As Sirah 6/82 dari Ibnu Ishaq, ia berkata, “Telah menceritakan kepadaku Az Zuhri, telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik,” juga diriwayatakan oleh Ibnu Hibban dalam As Sirah hal. 419)

Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq

Dia adalah Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah dari kabilah Bani Taim bin Murrah bin Ka’ab dari kalangan kaum Quraisy. Lahir pada tahun ke-3 setelah tahun kelahiran Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberinya gelar Ash Shiddiq karena dia adalah orang yang pertama membenarkan Beliau dari kalangan laki-laki dewasa, juga yang membenarkan Beliau tentang peristiwa Isra dan Mi’raj. Dia juga sebagai khalifah pertama dari khulafa rasyidin. Ia wafat pada tahun ke-13 H dalam usia 63 tahun, dimakamkan di Madinah di samping kuburan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dia menjabat sebagai khalifah selama dua tahun tiga bulan, dimana di masa pemerintahannya, dia mampu menyatukan umat, mengembalikan orang-orang yang murtad ke pangkuan Islam, dan dia adalah seorang yang fasih, sehingga khutbahnya sangat menyentuh dan mengena di hati.

Isi Khutbah Abu Bakar Ash Shiddiq

Dalam khutbah di atas, Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhu menerangkan kepada mereka, bahwa mereka yang mengangkatnya sebagai khalifah yang menunjukkan bahwa Beliau tidak tamak terhadap khalifah. Selanjutnya, dia menerangkan bahwa dirinya bukanlah sebagai orang yang paling baik di antara mereka, yakni hal ini menunjukkan ketawadhuannya. Dia juga meminta mereka untuk membantunya jika dirinya di atas kebenaran, serta meluruskannya jika dirinya keliru. Dia juga menerangkan, bahwa ukuran kekuatan dan kelemahan di sisinya adalah kebenaran. Oleh karena itu, orang yang berada di atas kebenaran adalah orang yang kuat baginya meskipun lemah secara lahiriah, dan bahwa orang yang berada di atas kebatilan adalah orang yang lemah di sisinya meskipun sebagai orang yang kuat lahiriahnya sehingga ia ambil hak darinya.

Pokok fikiran khutbah di atas

Menerangkan tentang asas kekhalifahan Abu Bakar Ash Shiddiq, yaitu: tawadhu, musyawarah antara pemerintah dengan rakyat serta memberikan nasihat kepada pemerintah, tidak ada ketaatan kepada makhluk jika isinya maksiat, samanya manusia dalam masalah hak dan kewajiban, sehingga orang lemah menjadi kuat ketika di atas kebenaran, dan orang kuat menjadi lemah ketika di atas kebatilan.

Kelebihan sastra pada pidato Abu Bakar Ash Shiddiq

1. Mudahnya lafaz

2. Jelasnya makna dan dalamnya

3. Fasih dan jauh dari menyusahkan diri

4. Singkat

5. kalimatnya pendek

Kitabah (tulisan)

Surat Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada Raja Heraclius

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ، سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الهُدَى، أَمَّا بَعْدُ: فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ، أَسْلِمْ تَسْلَمْ، وَأَسْلِمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ، وَ: {يَا أَهْلَ الكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ، أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ} إِلَى قَوْلِهِ: {اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ} [آل عمران: 64]

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Dari Muhammad Rasulullah kepada Heraclius pembesar Romawi. Salam bagi orang yang mau mengikuti petunjuk. Amma ba’du:

Sesungguhnya aku mengajakmu dengan seruan Islam. Masuk Islamlah, niscaya engkau akan selamat. Allah akan memberimu pahala dua kali lipat. Jika engkau berpaling, maka engkau akan menanggung dosa para petani (rakyat). Wahai Ahli Kitab! Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Qs. Ali Imran: 64) (Hr. Bukhari)

Isi surat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

Dalam surat di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajak Raja Romawi Heraclius masuk ke dalam Islam agar dirinya selamat dan mendapatkan pahala dua kali lipat, yaitu pahala beriman kepada Nabi Isa dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dan jika dia berpaling, maka dia harus menanggung dosa rakyatnya, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menguatkan seruannya dengan ayat yang disebutkan di atas.

Jika kita perhatikan surat tersebut, maka kita akan temukan bahwa lafaz-lafaznya begitu jelas dan mudah diucapkan, susunannya selamat dan sejalan dengan kaidah tata bahasa Arab (nahwu dan sharaf). Di samping itu, isinya menyesuaikan kondisi orang yang ditujukan surat itu kepadanya serta diperkuat dengan ayat.

Pokok fikiran pada surat tersebut

1. Mengajak kepada tauhid

2. Menerangkan prinsip Islam dalam dakwah, yaitu mendahulukan kelembutan.

3. Memuat tiga hal penting; yaitu:

a. Mukadimah, yaitu diawali dengan basmalah, dan disebutkan siapa yang mengirim dan kepada siapa tertuju.

b. Isinya, yaitu ajakan kepada Islam dengan adanya targhib dan tarhib.

c. Penutup, yaitu disampaikan ayat penguat.

4. Dipisah antara mukaddimah dengan isi menggunakan kata ‘Amma ba’du’.

5. Menggunakan penguat dari ayat.

6. Jelasnya lafaz dan mudahnya diucapkan.

6. Singkat dan padat

Syair

Syair Hassan bin Tsabit Yang Memperingatkan Kaum Musyrik Sebelum Fathu Makkah

Kaum musyrik pernah mengadakan perjanjian damai dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada tahun ke-6 H untuk masa sepuluh tahun, akan tetapi kaum musyrik membatalkan perjanjian, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyiapkan pasukan besar untuk memerangi mereka dan untuk menaklukkan Makkah.

Berikut syair Hassan bin Tsabit yang menyebutkan persiapan pasukan kaum muslimin untuk menaklukkan Makkah, dimana ia memuji Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya serta mengancam kaum musyrik, ia berkata:

 عَدِمْنَا خَيْلَنَا إنْ لَمْ تَرَوْهَا    تُثِيْرُ النَّقْعَ مَوْعِدُهَا كَدَاءُ

Kuda kami tidak layak hidup jika belum kalian saksikan dalam serangan menerbangkan debu pada tempat yang tertuju di Kada (dekat Makkah).

فَإمَّاتُعْرِضُوْا عَنَّا اعْتَمَرْنَا  وَكَانَ الْفَتْحُ وَانْكَشَفَ الْغِطَاءُ
Jika kalian tidak  tidak berhenti menghalangi kami, maka pasti kami telah menunaikan ibadah umrah, selanjutnya kota mekah dibebaskan dan tirai kesyirikan akan disingkap.

وَإِلاَّ فَاصْبِرُوْا لِجِلاَدِ يَوْمٍ   يُعِيْنُ اللهُ   فِيْهِ  مَنْ    يَشَاءُ

Jika kalian tidak juga berhenti menghalangi kami, maka bersabarlah menghadapi hari pertempuran yang sulit, dimana Allah akan menolong hamba-hamba yang dikehendaki-Nya.

وَجِبْرِيْلٌ أَمِيْنُ اللهِ فِيْنَا    وَرُوْحُ القُدْسِ لَيْسَ لَهُ كِفَاءُ
Malaikat Jibril adalah makhluk yang diamanahkan oleh Allah, sebagai ruh yang suci yang tidak tertandingi oleh makhluk lainnya.

 وَقَالَ اللهُ: قَدْ أَرْسَلْتُ عَبْداً   يَقُوْلُ الْحَقَّ إِنْ نَفَعَ البَلاءُ
Allah berfirman, “Sungguh Aku utus seorang hamba yang mengucapkan kebenaran,” dan itu adalah ujian bagi keimanan manusia, semoga ujian itu bermanfaat.

شَهِدْتُ بهِ، فَقُوْمُوا صَدِّقُوْهُ!    فَقُلْتُمْ: لا نَقومُ ولا نَشَاءُ

Aku telah bersaksi (bersyahadat), dan tunaikanlah juga kesaksian kalian dan benarkanlah oleh kalian kebenaran itu, namun kalian menjawab, “Kami tidak mau bersyahadat dan kami tidak berkehendak membenarkan rasul itu.

وَقَالَ اللهُ قَدْ سَيَّرْتُ جُنْدًا   هُمُ الْأَنْصَارُ عُرْضَتُهَا اللِّقَاءُ

Allah berfirman, “Aku telah memberangkatkan tentara.” Mereka itulah kaum Anshar yang telah mempersiapkan dirinya untuk berperang.”

Siapakah Hassan bin Tsabit?

Dia adalah Abul Walid Hassan bin Tsabit Al Anshari, seorang penyair mukhadhram (yang hidup di zaman Jahiliyah dan Islam), dimana dia habiskan hampir separuh hidupnya di masa Jahiliyyah, lalu masuk Islam dan bagus keislamannya, sehingga dia jadikan syair-syairnya untuk membantu Islam, membela dakwah Islam, sehingga dia menjadi penyair Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan penyair Islam yang pertama. Dia wafat di Madinah pada tahun 54 H, demikian menurut pendapat yang rajih (kuat), setelah hidup dalam usia yang panjang.   

Isi syair Hassan bin Tsabit

Dalam syair di atas, para sahabat merasa tidak pantas memiliki kuda jika tidak digunakan untuk menaklukkan Makkah. Jika kaum musyrik tetap menghalangi para sahabat, maka mereka tetap akan umrah juga dan akan menyingkirkan tirai kemusyrikan daripadanya. Jika mereka tetap menghalangi, maka mereka harus siap diperangi, dan Allah akan membela kaum muslimin. Allah juga akan membela kaum muslimin dengan menurukan malaikat Jibril yang tidak ada tandingannya. Mereka juga hendaknya mengetahui, bahwa Allah telah mengutus Nabi dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam yang mengajak manusia kepada kebenaran untuk menguji mereka agar diketahui siapa yang taat dan siapa yang durhaka. Adapun Hassan telah membenarkan Beliau, lalu ia mengajak mereka juga untuk ikut membenarkan, namun mereka (kaum musyrik) tidak mau. Oleh karenanya, mereka harus siap mendapatkan balasan dengan pasukan yang dikirim Allah yang terbiasa berperang.

Pokok fikiran syair di atas dan kelebihannya

1. Menerangkan kekuatan kaum muslimin dan persiapan mereka menghadap kaum musyrik.

2. Bantuan Allah kepada kaum muslimin dengan diturunkan malaikat Jibril.

3. Ajakan kepada kaum musyrik untuk beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan membenarkannya.

4. Hassan terinspirasi dengan Al Qur’an dan hadits dalam ketegasan lafaz, jelasnya makna, dan tajamnya dalam menggambarkan.

5. Tampaknya perasaan agama yang kuat dalam membela dakwah.

6. Menggunakan kalimat yang menggambarkan kekuatan kaum muslimin.

7. Memilih pola yang indah, ringan, dan akhir kata yang mudah.

Bersambung….

Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa

Maraji': Maktabah Syamilah versi 3.35, Silsilah Ta’limil Lughatil Arabiyyah (Adab), http://wiyonggoputih.blogspot.com/2017/12/syair-shohabat-hasan-bin-tsabit-yang.html  dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger