بسم الله الرحمن الرحيم
Shalat di Atas Kendaraan dan Doa-Doa Safar
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga
terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut pembahasan shalat di atas kendaraan dan doa-doa
ketika safar, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya
dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Shalat di Atas Kendaraan
Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah
berkata, “Sah hukumnya shalat di atas kapal, kereta, dan pesawat sesuai yang
mudah bagi orang yang shalat dan tidak makruh.”
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma ia
berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang shalat di
kapal? Beliau menjawab,
صَلِّ
فِيْهَا قَائِمًا إِلاَّ أَنْ تَخَافَ الْغَرَقَ
“Shalatlah di sana dalam keadaan
berdiri kecuali jika engkau khawatir tenggelam.” (Diriwayatkan oleh Daruquthni
dan Hakim sesuai syarat Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah bin Abi Utbah ia berkata,
“Aku menemani Jabir bin Abdullah, Abu Sa’id Al Khudri, dan Abu Hurairah dalam
kapal. Mereka semua shalat dengan berdiri secara berjamaah yang diimami oleh salah
seorang di antara mereka, sedangkan mereka mampu ke pinggir pantai.”
(Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur, Abdurrazzaq, Ibnu Abi Syaibah, dan
Baihaqi, dan dinyatakan isnadnya shahih oleh Al Albani)
Doa-Doa Dalam Safar
Dianjurkan bagi musafir ketika keluar
dari rumahnya membaca,
بِسْمِ
اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ اللَّهُمَّ
أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ،
أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
Artinya: Dengan nama Allah, aku
bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan
Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menjadi orang tersesat atau
disesatkan, atau tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi,
bersikap bodoh atau dibodohi.
Hal ini berdasarkan kedua hadits di
bawah ini:
عَنْ
أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: مَا خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ
بَيْتِي قَطُّ إِلَّا رَفَعَ طَرْفَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: «اللَّهُمَّ أَعُوذُ
بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ
أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ»
Dari Ummu Salamah radhiyallahu anha ia
berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah keluar dari rumahku
kecuali mengangkat wajahnya ke langit dan berdoa, “Allahumma inni a’udzu
bika an adhillah…dan seterusnya sampai aw yujhala
‘alayya.” Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
menjadi orang tersesat atau disesatkan, atau tergelincir atau digelincirkan,
menzalimi atau dizalimi, bersikap bodoh atau dibodohi. (Hr. Abu
Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:
" إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى
اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ،
وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ
آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟ "
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu,
bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang keluar
dari rumahnya dan berdoa, “Bismillahi tawakkaltu alalllah….dan
seterusnya sampai ilaa billah.” (Artinya: Dengan nama Allah, aku
bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan
Allah.) Maka akan dikatakan, “Engkau telah ditunjuki, dicukupi, dijaga, dan
setan-setan akan menjauh darimu,” lalu setan yang satu berkata kepada yang
lain, “Bagaimana engkau mampu menggoda seseorang yang telah ditunjuki,
dicukupi, dan dijaga?” (Hr. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani)
Setelah membaca doa di atas, ada
doa-doa lainnya ketika dalam safar, seperti dalam hadits-hadits di bawah ini:
عَنْ
عَلِيِّ بْنِ رَبِيعَةَ، قَالَ: رَأَيْتُ عَلِيًّا أُتِيَ بِدَابَّةٍ لِيَرْكَبَهَا،
فَلَمَّا وَضَعَ رِجْلَهُ فِي الرِّكَابِ قَالَ: بِسْمِ اللهِ، فَلَمَّا اسْتَوَى
عَلَيْهَا قَالَ: " الْحَمْدُ لِلَّهِ، سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا
وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، ثُمَّ
حَمِدَ اللهَ ثَلاثًا، وَكَبَّرَ ثَلاثًا، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَكَ لَا إِلَهَ
إِلا أَنْتَ، قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي. ثُمَّ ضَحِكَ، فَقُلْتُ: مِمَّ
ضَحِكْتَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ؟ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَ مِثْلَ مَا فَعَلْتُ، ثُمَّ ضَحِكَ، فَقُلْتُ: مِمَّ ضَحِكْتَ
يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: " يَعْجَبُ الرَّبُّ مِنْ عَبْدِهِ إِذَا قَالَ: رَبِّ
اغْفِرْ لِي، وَيَقُولُ: عَلِمَ عَبْدِي أَنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ غَيْرِي
"
Dari Ali bin Rabi’ah ia berkata, “Aku
pernah melihat Ali saat disiapkan hewan tunggangan untuk dinaikinya. Saat ia
meletakkan kakinya di sanggurdi (pijakan kaki) ia mengucapkan, “Bismillah,” dan
ketika Ali telah berada di atasnya, ia mengucapkan, “Alhamdulillah
Subhaanalladzi sakhkhara lanaa haadzaa…dst. Sampai lamunqalibun.”
(artinya: segala puji bagi Allah. Mahasuci Allah yang telah menundukkan
kepadaku hewan ini padahal sebelumnya kami tidak menguasai. Dan kepada Tuhan
kamilah kembali), lalu ia mengucapkan ‘Alhamdulillah’ sebanyak tiga
kali, dan mengucapkan ‘Allahu akbar’ sebanyak tiga kali, kemudian
mengucapkan, “Subhaanaka…dst. Sampai faghfirliy.” (artinya:
Mahasuci Engkau, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau.
Sesungguhnya aku telah menzalimi diriku, maka ampunilah aku.) Lalu Ali
tersenyum, maka aku bertanya, “Mengapa engkau tersenyum wahai Amirul Mukminin?”
Ia menjawab, “Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melakukan
seperti yang aku lakukan,” kemudian Beliau tersenyum, lalu aku bertanya,
“Mengapa engkau tersenyum wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Rabbmu kagum
dengan seorang hamba yang berkata, “Ya Rabbi, ampunilah aku,” Dia berfirman,
“Hamba-Ku tahu, bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Aku.” (Hr.
Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim, ia berkata, “Shahih sesuai syarat Muslim.”)
عَنْ
عَلِيٍّ الْأَزْدِيِّ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ عَلَّمَهُمْ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اسْتَوَى عَلَى بَعِيرِهِ خَارِجًا إِلَى سَفَرٍ،
كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: «سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا
كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، اللهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى،
اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللهُمَّ أَنْتَ
الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ
بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي
الْمَالِ وَالْأَهْلِ» ، وَإِذَا رَجَعَ قَالَهُنَّ وَزَادَ فِيهِنَّ: «آيِبُونَ
تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ»
Dari Ali Al Azdiy, bahwa Ibnu Umar
pernah mengajarkan mereka (para tabi’in), bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam ketika berada di atas untanya hendak keluar safar bertakbir tiga kali
dan mengucapkan, “Subhaanalladzi sakhkhara lanaa haadzaa…dst.
Sampai fil maali wal ahli.” (artinya: Mahasuci Allah yang telah
menundukkan hewan ini kepada kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya, dan kepada Rabb kamilah kembali. Ya Allah, sessungguhnya kami
meminta kepada-Mu dalam safar ini kebaikan dan ketakwaan dan amal yang
diridhai. Ya Allah, ringan safar kami ini dan dekatkanlah yang jauhnya. Ya
Allah, Engkaulah yang menguasai perjalanan ini dan yang mengurus keluarga kami.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lelahnya perjalanan,
pemandangan yang menyedihkan, dan dari bencana dalam urusan harta dan keluarga.)
Apabila Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kembali, maka Beliau membaca
doa itu dan menambahkan,
آيِبُونَ
تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ
“Kami semua akan kembali kepada Rabb
kami. Kami semua bertaubat, mengabdi, dan memuji Tuhan kami.” (HR. Muslim dan
Ahmad)
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ سَرْجِسَ، كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا خَرَجَ فِي سَفَرٍ قَالَ: " اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ
السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمُنْقَلَبِ، وَالْحَوْرِ بَعْدَ الْكَوْرِ، وَدَعْوَةِ الْمَظْلُومِ،
وَسُوءِ الْمَنْظَرِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ "، وَإِذَا رَجَعَ قَالَ مِثْلَهَا،
إِلَّا أَنَّهُ يَقُولُ: " وَسُوءِ الْمَنْظَرِ فِي الْأَهْلِ وَالْمَالِ
" يَبْدَأُ بِالْأَهْلِ
Dari Abdullah bin Sarjis ia berkata,
“Rasulullah shallallauh alaihi wa sallam apabila bersafar berdoa, “Allahumma
inni a’udzu bika…dst.” (artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari kelelahan safar, kesedihan ketika kembali, kerusakan setelah keadaan
membaik, doa orang yang terzalimi, dan pemandangan yang buruk pada harta dan
keluarga.) dan ketika Beliau kembali, maka Beliau mengucapkan kalimat di atas
hanyasaja Beliau mengucapkan “Wa suu’il manzhar fil ahli wal maal”
(artinya: pemandangan yang buruk pada keluarga dan harta), Beliau mengawali
kata ‘keluarga’.” (Hr. Ahmad dan Muslim)
عَنْ
خَوْلَةَ بِنْتَ حَكِيمٍ السُّلَمِيَّةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : " مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ: أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ
اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ، لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ، حَتَّى يَرْتَحِلَ
مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ "
Dari Khaulah binti Hakim As Sulamiyyah, bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang singgah di
sebuah tempat, lalu mengucapkan, “A’udzu bikalimaatillahit taammaati min
syarri maa khalaq. (Artinya: Aku berlindung dengan kalimat Allah dari
kejahatan makhluk-Nya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya sampai
ia beranjak pergi meninggalkan tempat itu.” (Hr. Jamaah Ahli Hadits selain
Bukhari dan Abu Dawud)
Dari Shuhaib bahwa Nabi shallallahi alaihi wa
sallam tidak melihat sebuah kampung yang hendak Beliau datangi melainkan ketika
melihatnya mengucapkan,
اَللَّهُمَّ
رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظْلَلْنَ وَرَبَّ الْأَرْضِيْنَ وَمَا أقْلَلْنَ
وَرَبَّ الشَّيَاطِيْنِ وَمَا أَضْلَلْنَ وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ فَإِنَّا
نَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا
وَشَرِّ أَهْلِهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا
“Ya Allah Tuhan langit yang tujuh dan apa-apa
yang dinaunginya, Tuhan seluruh bumi dan apa-apa yang ada di atasnya, Tuhan
para setan dan mereka yang disesatkannya, Tuhan angin dan apa saja yang
diterbangkannya. Aku memohon kepada-Mu kebaikan kampung ini dan kebaikan
penduduknya, dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan kampung ini,
keburukan penduduknya, dan apa saja yang ada di dalamnya.” (Hr. Nasa’i, Ibnu
Hibban dan Hakim, keduanya menshahihkannya)
Dari Ibnu Umar ia berkata, “Kami pernah
bersafar bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan ketika Beliau
melihat kampung yang hendak Beliau datangi, Beliau mengucapkan,
«اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا
فِيهَا )ثَلَاثَ مَرَّاتٍ( اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا جَنَاهَا، وَحَبِّبْنَا إِلَى
أَهْلِهَا، وَحَبِّبْ صَالِحِي أَهْلِهَا إِلَيْنَا»
Artinya: “Ya Allah, berilah kami keberkahan
di dalamnya (3x). Ya Allah, berilah kami rezeki berupa buah-buahan yang dipetik
daripadanya, jadikanlah kami mencintai penduduknya, dan jadikan orang-orang
baik dari kalangan penduduknya mencintai kami.” (HR. Thabrani dalam Al
Awsath, dan dinyatakan sanadnya jayyid oleh penyusun kitab Fiqhus Sunnah)
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَانَ
فِي سَفَرٍ وَأَسْحَرَ يَقُولُ: «سَمِعَ سَامِعٌ بِحَمْدِ اللهِ وَحُسْنِ بَلَائِهِ
عَلَيْنَا، رَبَّنَا صَاحِبْنَا وَأَفْضِلْ عَلَيْنَا، عَائِذًا بِاللهِ مِنَ النَّارِ»
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu
alaihi wa sallam ketika safar dan masuk di akhir malam mengucapkan, “Sami’a
saami’un…dst. Minan naar (artinya: semoga ada yang mendengar
pujian kami kepada Allah dan cobaan-Nya yang baik kepada kami. Wahai Tuhan
kami, dampingilah kami dan limpahkanlah karunia kepada kami, sambil kami
memohon perlindungan kepada Allah dari neraka).” (Hr. Muslim)
Wallahu
a’lam wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalhihi wa shahbihi wa
sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Fiqhus Sunnah (Syaikh
S. Sabiq), Al Tamamul Minnah (M. Nashiruddin Al Albani), Maktabah Syamilah versi 345, dll.
0 komentar:
Posting Komentar