بسم
الله الرحمن الرحيم
Terjemah Umdatul Ahkam (28)
Segala puji bagi Allah
Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para
sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat,
amma ba'du:
Berikut lanjutan terjemah Umdatul Ahkam
karya Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H) rahimahullah.
Semoga Allah Azza wa
Jalla menjadikan penerjemahan kitab ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma
aamin.
Bab Wasiat
Wasiat adalah pesan khusus
untuk mengelola harta atau menyedekahkan sebagiannya setelah ia meninggal
dunia.
300
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله
عليه وسلم - قَالَ: ((مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ , لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ , يَبِيتُ
لَيْلَتَيْنِ إلاَّ وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ)) .
زَادَ مُسْلِمٌ: قَالَ ابْنُ عُمَرَ: ((مَا مَرَّتْ
عَلَيَّ لَيْلَةٌ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ
ذَلِكَ , إلاَّ وَعِنْدِي وَصِيَّتِي)) .
300.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda, “Tidak patut bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu
untuk dia wasiatkan sampai bermalam dua hari melainkan wasiatnya sudah tertulis
di sisinya.”
Imam
Muslim menambahkan, “Ibnu Umar berkata, “Sejak aku mendengar hadits itu dari
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka tidak ada satu hari pun yang
berlalu melainkan wasiatku ada di sisiku.”
301
- عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ - رضي الله عنه - قَالَ: ((جَاءَني رَسُولُ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - يَعُودُنِي عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ اشْتَدَّ
بِي فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ , قَدْ بَلَغَ بِي مِنْ الْوَجَعِ مَا تَرَى، وَأَنَا
ذُو مَالٍ , وَلا يَرِثُنِي إلاَّ ابْنَةٌ أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي؟ قَالَ:
لا، قُلْتُ: فَالشَّطْرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: لا، قُلْت: فَالثُّلُثُ قَالَ:
الثُّلُثُ , وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ، إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ ورَثَتَكَ أَغنياءَ خيرٌ منْ
أَنْ تَذَرَهمْ عالَةً يَتَكَفَّفونَ النَّاسَ، وإنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي
بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إلاَّ أُجِرْتَ بِهَا , حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ.
قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِي؟ قَالَ: إنَّكَ لَنْ
تُخَلَّفَ فَتَعْمَلَ عَمَلاً تَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ إلاَّ ازْدَدْت بِهِ دَرَجَةً
وَرِفْعَةً , وَلَعَلَّكَ أَنْ تُخَلَّفَ حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقْوَامٌ , وَيُضَرُّ
بِكَ آخَرُونَ. اللَّهُمَّ أَمْضِ لأَصْحَابِي هِجْرَتَهُمْ , وَلا تَرُدَّهُمْ عَلَى
أَعْقَابِهِمْ، لَكِنِ الْبَائِسُ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ يَرْثِي لَهُ رَسُولُ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - أَنْ مَاتَ بِمَكَّةَ)) .
301.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam pernah datang menjengukku pada tahun haji wada
karena sakit parah yang menimpaku, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah,
penyakit yang menimpaku sudah sedemikian parah seperti yang engkau saksikan,
sedangkan aku orang yang memiliki harta yang banyak, tidak ada ahli warisku
selain puteriku, maka bolehkah aku bersedekah dengan 2/3 dari hartaku?” Beliau
menjawab, “Tidak boleh.” Aku bertanya lagi, “Bagaimana jika aku sedekahkan
separuhnya?” Beliau menjawab, “Tidak boleh.” Aku bertanya lagi, “Bagaimana jika
sepertiga?” Beliau menjawab, “Sepertiga saja. Sepertiga itu sudah banyak. Hal
itu, karena jika engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik
daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada
manusia. Tidaklah engkau keluarkan infak karena mencari keridhaan Allah
melainkan engkau akan diberi pahala terhadapnya, sekalipun terhadap suapan yang
engkau berikan ke mulut istrimu.” Aku pun bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah
aku tetap masih hidup setelah para sahabatku?”[i] Beliau bersabda, “Engkau
tidaklah diberi usia panjang lalu mengerjakan amal karena mencari keridhaan
Allah melainkan dirimu semakin tinggi derajatnya di sisi Allah. Boleh jadi
engkau akan diberi usia panjang sehingga sebagian manusia dapat mengambil
manfaat darimu dan yang lain merasakan madharat. Ya Allah, lanjutkanlah hijrah
para sahabatku dan jangan Engkau kembalikan mereka ke belakang.” Akan tetapi
ketika itu yang malang adalah Sa’ad bin Khaulah, Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersedih terhadapnya karena meninggal di Mekkah.”
302
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: ((لَوْ أَنَّ النَّاسَ
غَضُّوا مِنْ الثُّلُثِ إلَى الرُّبْعِ؟ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
- قَالَ: الثُّلُثُ , وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ))
302.
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata, “Kalau sekiranya
manusia mengurangi wasiat mereka dari sepertiga ke seperempat (tentu lebih
baik), karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sepertiga
saja, dan sepertiga itu sudah banyak.”
Bab Faraidh
303
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما عَنْ النَّبِيِّ - صلى الله عليه
وسلم - قَالَ: ((أَلْحِقُوا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا، فَمَا بَقِيَ فَهُوَ لأَوْلَى
رَجُلٍ ذَكَرٍ)) . وَفِي رِوَايَةٍ: ((اقْسِمُوا الْمَالَ بَيْنَ أَهْلِ
الْفَرَائِضِ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ فَمَا تَرَكَتْ: فَلأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ)) .
303.
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, Beliau bersabda, “Serahkanlah bagian faraidh kepada yang berhak.
Sisanya untuk laki-laki yang terdekat (dengan si mayit/ashabah).” Dalam sebuah
riwayat disebutkan, “Bagikanlah harta antara ahli waris yang mendapatkan bagian
yang disebutkan dalam Kitabullah, sisanya untuk laki-laki yang terdekat.”
304
- عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رضي الله عنهما قَالَ: ((قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
, أَتَنْزِلُ غَداً فِي دَارِكَ بِمَكَّةَ؟ قَالَ: وَهَلْ تَرَكَ لَنَا عَقِيلٌ مِنْ
رِبَاعٍ؟ ثُمَّ قَالَ: لا يَرِثُ الْكَافِرُ الْمُسْلِمَ وَلا الْمُسْلِمُ الْكَافِرَ))
304.
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma ia berkata, “Aku bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah besok engkau akan singgah di rumahmu di Mekkah?” Beliau
bersabda, “Apakah Aqil mewariskan untuk kita sebagian pekarangan dan rumah?”
Lalu Beliau bersabda lagi, “Orang kafir tidak mewarisi harta orang muslim, dan
orang muslim tidak mewarisi harta orang kafir.”
305
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما ((أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه
وسلم - نَهَى عَنْ بَيْعِ الْوَلاءِ وَعَنْ هِبَتِهِ)) .
303.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa
sallam melarang menjual wala dan menghibahkannya.
Wala artinya hak orang yang
memerdekakan mewarisi harta orang yang dimerdekakannya.
306
- عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: ((كَانَتْ فِي بَرِيرَةَ ثَلاثُ سُنَنٍ: خُيِّرَتْ
عَلَى زَوْجِهَا حِينَ عَتَقَتْ , وَأُهْدِيَ لَهَا لَحْمٌ , فَدَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ
اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - وَالْبُرْمَةُ عَلَى النَّارِ , فَدَعَا بِطَعَامٍ
فَأُتِيَ بِخُبْزٍ وَأُدْمٍ مِنْ أُدْمِ الْبَيْتِ فَقَالَ: أَلَمْ أَرَ الْبُرْمَةَ
عَلَى النَّارِ فِيهَا لَحْمٌ؟ قَالُوا: بَلَى , يَا رَسُولَ اللَّهِ. ذَلِكَ لَحْمٌ
تُصُدِّقَ بِهِ عَلَى بَرِيرَةَ فَكَرِهْنَا أَنْ نُطْعِمَكَ مِنْهُ فَقَالَ: هُوَ
عَلَيْهَا صَدَقَةٌ , وَهُوَ مِنْهَا لَنَا هَدِيَّةٌ , وَقَالَ النَّبِيُّ - صلى الله
عليه وسلم - فِيهَا: إنَّمَا الْوَلاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ))
306.
Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, “Pada kisah Barirah terdapat tiga
sunnah, yaitu: (1) diberikan pilihan terhadap suaminya saat ia dimerdekakan,
(2) pernah dihadiahkan kepadanya daging, lalu Rasulullah shallallahu alaih wa
sallam masuk menemuiku, sedangkan tungku telah dipanaskan di atas api, lalu
Beliau meminta disiapkan makanan, kemudian dihidangkan roti dan lauk yang ada
di rumah, maka Beliau bersabda, “Bukankah tadi aku lihat ada tungku berisi
daging yang dipanaskan di atas api?” Lalu disampaikan, “Ya, wahai Rasulullah.
Itu adalah daging yang disedekahkan kepada Barirah, sehingga kami tidak suka
memberinya kepadamu,” maka Beliau bersabda, “Daging itu baginya adalah sedekah,
dan dari Barirah kepada kami adalah hadiah.” Nabi shallallahu alaihi wa sallam
juga bersabda tentang Barirah, “Sesungguhnya hak wala untuk orang yang
memerdekakan.”
KITAB NIKAH
307
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله
عليه وسلم -: ((يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ , مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَة فَلْيَتَزَوَّجْ
فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ , وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ , وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ
بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ))
307.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam pernah bersabda kepada kami, “Wahai para pemuda! Siapa saja di
antara kalian yang sudah mampu menikah, maka menikahlah, karena ia dapat
menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan. Barang siapa yang tidak sanggup,
maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa itu sebagai pengebirinya.”
308
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ - رضي الله عنه -: ((أَنَّ نَفَراً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ
- صلى الله عليه وسلم - سَأَلُوا أَزْوَاجَ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - عَنْ
عَمَلِهِ فِي السِّرِّ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لا أَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ:
لا آكُلُ اللَّحْمَ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لا أَنَامُ عَلَى فِرَاشٍ. فَبَلَغَ ذَلِكَ
النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ: مَا
بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوا كَذَا؟ لَكِنِّي أُصَلِّي وَأَنَامُ وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ
, وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي)) .
308.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu
alaihi wa sallam terkait amalan yang Beliau lakukan di saat tersembunyi?
(Setelah disampaikan) maka salah seorang di antara mereka berkata, “Aku tidak
akan menikahi wanita.” Yang lain berkata, “Aku tidak akan makan daging.” Yang
lain lagi berkata, “Aku tidak akan tidur di atas kasur.” Maka berita itu pun
sampai ke telinga Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu Beliau memuji Allah
dan menyanjung-Nya kemudian bersabda, “Mengapa orang-orang berkata begini dan
begitu?! Bahkan keadaanku adalah shalat dan tidur, berpuasa dan berbuka, dan
menikahi wanita. Barang siapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan termasuk
golonganku.”
309
- عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ - رضي الله عنه - قَالَ: ((رَدَّ رَسُولُ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - عَلَى عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُونٍ التَّبَتُّلَ وَلَوْ أَذِنَ
لَهُ لاخْتَصَيْنَا)) .
309.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam menolak permintaan Utsman bin Mazh’un untuk tidak
menikah (karena hendak ibadah). Kalau sekiranya Beliau mengizinkan Utsman bin
Mazh’un, tentu kami melakukan pengebirian.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa
alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar