بسم الله الرحمن الرحيم
Terjemah Umdatul Ahkam (25)
Segala
puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan terjemah
Umdatul Ahkam karya Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H) rahimahullah.
Semoga
Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan kitab ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
Kitab Jual-Beli
Bab Araya dan sebagainya
271 - عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ - رضي الله عنه - ((أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - رَخَّصَ لِصَاحِبِ الْعَرِيَّةِ: أَنْ يَبِيعَهَا بِخَرْصِهَا))
وَلِمُسْلِمٍ: ((بِخَرْصِهَا
تَمْراً , يَأْكُلُونَهَا رُطَباً)) .
271. Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam memberikan keringanan terhadap pemilik ariyyah,
yaitu dengan menjual kurma basah dengan perkiraan.” (Dalam riwayat Muslim
disebutkan, “Memperkirakan dengan kurma kering, dimana orang-orang miskin dapat
memakan kurma yang basah (segar).”)
Ariyyah (jamaknya araya) adalah menjual kurma basah
yang masih di pohon dengan kurma kering yang ditakar. Ariyyah ini termasuk
masalah yang dikecualikan dari jual beli muzabanah. Telah diterangkan
syarat-syaratnya di hadits sebelumnya.
272
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه -: ((أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم - رَخَّصَ فِي بَيْعِ الْعَرَايَا فِي خَمْسَةِ أَوْسُقٍ أَوْ دُونَ خَمْسَةِ
أَوْسُقٍ)) .
272. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam memberikan keringanan untuk jual-beli araya selama
dalam batas lima wasaq (1 wasaq = 60 sha) atau di bawah lima wasaq.
273
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله
عليه وسلم قَالَ: ((مَنْ بَاعَ نَخْلاً قَدْ أُبِّرَتْ فَثَمَرُهَا لِلْبَائِعِ , إلاَّ
أَنْ يَشْتَرِطَ الْمُبْتَاعُ)) . وَلِمُسْلِمٍ ((وَمَنْ ابْتَاعَ عَبْداً فَمَالُهُ
لِلَّذِي بَاعَهُ إلاَّ أَنْ يُشْتَرَطَ الْمُبْتَاعُ)) .
273. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang menjual
pohon kurma yang sudah dikawinkan, maka buahnya untuk penjual kecuali jika
pembeli mensyaratkan untuknya.” (Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Barang siapa
yang membeli budak, maka hartanya untuk penjual kecuali jika pembeli
mensyaratkan untuknya.”)
274
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله
عليه وسلم - قَالَ: ((مَنْ ابْتَاعَ طَعَامًا فَلا يَبِعْهُ حَتَّى يَسْتَوْفِيَهُ))
وَفِي لَفْظٍ: ((حَتَّى يَقْبِضَهُ)) . وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ مِثْلُهُ.
274. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membeli makanan, maka
jangan ia jual sebelum ia menerima dengan sempurna.” (Dalam sebuah lafaz
disebutkan, “Sampai ia menerimanya.”) Dari Ibnu Abbas juga disebutkan hal yang
sama dengan ini.
275
- عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنهما أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ عَامَ الْفَتْحِ: ((إنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ حَرَّمَ
بَيْعَ الْخَمْرِ وَالْمَيْتَةِ وَالْخِنْزِيرِ وَالأَصْنَامِ. فَقِيلَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ , أَرَأَيْتَ شُحُومَ الْمَيْتَةِ؟ فَإِنَّهُ يُطْلَى بِهَا السُّفُنُ , وَيُدْهَنُ
بِهَا الْجُلُودُ. وَيَسْتَصْبِحُ بِهَا النَّاسُ. فَقَالَ: لا، هُوَ حَرَامٌ. ثُمَّ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - عِنْدَ ذَلِكَ: قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ.
إنَّ اللَّهَ لَمَّا حَرَّمَ عَلَيْهِمْ شُحُومَهَا، جَمَلُوهُ ثُمَّ بَاعُوهُ فَأَكَلُوا
ثَمَنَهُ)) .
275. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhuma, bahwa ia
mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda pada saat Fathu
Mekkah, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamr (arak),
bangkai, babi, dan patung. Lalu ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana
menurutmu tentang lemak bangkai? Karena lemak itu digunakan untuk melumuri
kapal perahu dan untuk meminyaki kulit, serta dipakai lampu oleh manusia?”
Beliau menjawab, “Tidak boleh. Itu haram.” Kemudian Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi.
Sesungguhnya ketika Allah mengharamkan lemak bangkai, maka mereka
mencairkannya, menjualnya dan memakan hasilnya.”
Bab Salam
Salam secara istilah artinya menjual sesuatu yang
disifatkan dengan bayaran yang disegerakan (pemesanan dengan bayaran segera).
276
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: ((قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - الْمَدِينَةَ , وَهُمْ يُسْلِفُونَ فِي الثِّمَارِ: السَّنَةَ
وَالسَّنَتَيْنِ وَالثَّلاثَ. فَقَالَ: مَنْ أَسْلَفَ فِي شَيْءٍ فَلْيُسْلِفْ فِي
كَيْلٍ مَعْلُومٍ , وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ , إلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ)) .
276. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata,
“Saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tiba di Madinah, ketika itu
penduduknya melakukan salam (bayar di awal dan menerima barangnya setelah tiba
waktunya) pada buah-buahan untuk setahun, dua tahun, atau tiga tahun, lalu
Beliau bersabda, “Barang siapa yang melakukan salam terhadap sesuatu, maka
hendaknya ia melakukannya dengan takaran yang jelas, timbangan yang jelas, dan
sampai waktu yang jelas.”
Bab Syarat Dalam Jual-Beli
277
- عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: ((جَاءَتْنِي بَرِيرَةُ: فَقَالَتْ: كَاتَبْتُ
أَهْلِي عَلَى تِسْعِ أَوَاقٍ , فِي كُلِّ عَامٍ أُوقِيَّةٌ. فَأَعِينِينِي. فَقُلْتُ:
إنْ أَحَبَّ أَهْلُكِ أَنْ أَعُدَّهَا لَهُمْ , وَوَلاؤُكِ لِي فَعَلْتُ. فَذَهَبَتْ
بَرِيرَةُ إلَى أَهْلِهَا , فَقَالَتْ: لَهُمْ. فَأَبَوْا عَلَيْهَا. فَجَاءَتْ مِنْ
عِنْدِهِمْ وَرَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - جَالِسٌ. فَقَالَتْ: إنِّي عَرَضْتُ
ذَلِكَ عَلَى أَهْلِي , فَأَبَوْا إلاَّ أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْوَلاءُ. فَأَخْبَرَتْ
عَائِشَةُ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم -. فَقَالَ: خُذِيهَا وَاشْتَرِطِي لَهُمُ
الْوَلاءَ. فَإِنَّمَا الْوَلاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ. فَفَعَلَتْ عَائِشَةُ. ثُمَّ قَامَ
رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فِي النَّاسِ , فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى
عَلَيْهِ. ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ. فَمَا بَالُ رِجَالٍ يَشْتَرِطُونَ شُرُوطاً
لَيْسَتْ فِي كِتَابِ اللَّهِ؟ كُلُّ شَرْطٍ لَيْسَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَهُوَ بَاطِلٌ
وَإِنْ كَانَ مِائَةَ شَرْطٍ. قَضَاءُ اللَّهِ أَحَقُّ. وَشَرْطُ اللَّهِ أَوْثَقُ.
وَإِنَّمَا الْوَلاءُ لِمَنْ أَعْتَقَ))
277. Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, “Suatu ketika
Barirah datang kepadaku dan berkata, “Aku telah mengadakan mukatabah dengan
tuanku (membeli dirinya dari
tuannya) dengan bayaran Sembilan uqiyah (1 Uqiyah = 12
dirham). Setiap tahunnya aku bayarkan 1 uqiyah, maka bantulah aku. Aku pun
berkata, “Jika tuanmu mau, aku bisa siapkan uang sejumlah itu untuk mereka, namun
wala(kewarisan)mu menjadi milikku.” Maka Barirah pergi mendatangi tuannya dan
menyampaikan hal itu kepadanya, namun ternyata mereka menolaknya, lalu Barirah
datang dari sisi mereka, sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
dalam keadaan duduk, kemudian Barirah berkata, “Aku telah menawarkan hal itu
kepada mereka, namun mereka menolak kecuali jika walanya buat mereka,” maka
Aisyah menyampaikan hal itu kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu
Beliau bersabda, “Ambillah (Barirah) dan mintalah syarat agar walanya untukmu,
karena wala itu bagi orang yang memerdekakan.” Maka Aisyah radhiyallahu anha
melakukan hal itu, lalu Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam berdiri di tengah-tengah manusia memuji Allah dan
menyanjung-Nya, kemudian bersabda, “Amma ba’du, mengapa orang-orang membuat
syarat yang tidak ada dalam kitabullah? Semua syarat yang tidak ada dalam
kitabullah adalah batil meskipun seratus syarat. Ketetapan Allah itulah yang
berhak diikuti. Syarat Allah lebih kuat. Sesungguhnya wala itu untuk orang yang
memerdekakan.”
278
- عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنهما ((أَنَّهُ كَانَ يَسِيرُ عَلَى
جَمَلٍ فَأَعْيَا , فَأَرَادَ أَنْ يُسَيِّبَهُ. فَلَحِقَنِي النَّبِيُّ - صلى الله
عليه وسلم - فَدَعَا لِي , وَضَرَبَهُ. فَسَارَ سَيْراً لَمْ يَسِرْ مِثْلَهُ. ثُمَّ
قَالَ: بِعْنِيهِ بِوُقِيَّةٍ. قُلْتُ: لا. ثُمَّ قَالَ: بِعْنِيهِ. فَبِعْتُهُ بِأُوقِيَّةٍ.
وَاسْتَثْنَيْتُ حِمْلانَهُ إلَى أَهْلِي. فَلَمَّا بَلَغْتُ: أَتَيْتُهُ بِالْجَمَلِ.
فَنَقَدَنِي ثَمَنَهُ. ثُمَّ رَجَعْتُ. فَأَرْسَلَ فِي إثْرِي. فَقَالَ: أَتُرَانِي
مَاكَسْتُكَ لآخُذَ جَمَلَكَ؟ خُذْ جَمَلَكَ وَدَرَاهِمَكَ. فَهُوَ لَكَ))
278. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhuma, bahwa ia
pernah mengadakan perjalanan menaiki unta, tetapi unta itu sudah lemah,
sehingga Jabir hendak melepasnya, lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam
menemuinya dan mendoakan kebaikan untuk Jabir, kemudian memukul unta itu, maka
unta pun berjalan (cepat) di luar biasanya, lalu Beliau bersabda, “Juallah
kepadaku 1 uqiyah!” Aku menjawab, “Tidak.” Beliau bersabda lagi, “Juallah kepadaku 1
uqiyah!” Maka aku menjualnya kepada Beliau, tetapi aku meminta pengecualian
agar aku tetap diangkut di atas unta itu sampai ke keluargaku. Setelah aku
sampai, maka aku datang kepada Beliau dengan membawa unta itu dan Beliau membayarkan
uangnya kepadaku dengan tunai, lalu aku pulang, kemudian Beliau mengirim orang
untuk membuntutiku, lalu ia berkata, “Apakah menurutmu aku hendak meminta
dikurangi harganya untuk mengambil untamu? Ambillah unta dan dirhammu, semua
itu untukmu.”
279
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: ((نَهَى رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله
عليه وسلم أَنْ يَبِيعَ حَاضِرٌ لِبَادٍ. وَلا تَنَاجَشُوا وَلا يَبِعِ الرَّجُلُ عَلَى
بَيْعِ أَخِيهِ. وَلا يَخْطُبْ عَلَى خِطْبَتِهِ. وَلا تَسْأَلِ الْمَرْأَةُ طَلاقَ
أُخْتِهَا لِتَكْفِئَ مَا فِي صَحْفَتِهَا))
279. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam melarang orang kota menjualkan barang orang desa.
Beliau melarang najsy (persekongkolan untuk mengelabui pembeli), melarang seseorang
menjual barang yang telah dijualkan oleh saudaranya, melarang melamar wanita
yang sudah dipinang saudaranya, dan melarang wanita meminta supaya madunya
diceraikan agar dibalikkan apa yang ada di atas piringnya (nafkahnya hanya diberikan
kepadanya).”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa
Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar