بسم الله الرحمن الرحيم
Terjemah Umdatul Ahkam (20)
Segala
puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan terjemah
Umdatul Ahkam karya Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H) rahimahullah.
Semoga
Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan kitab ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
KITAB HAJJI
Bab Pakaian Yang Dipakai Oleh Orang Yang Ihram
220
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما: ((أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ , مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ مِنْ الثِّيَابِ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم -: لايَلْبَسُ الْقَمِيصَ , وَلا الْعَمَائِمَ , وَلا السَّرَاوِيلاتِ
, وَلا الْبَرَانِسَ , وَلا الْخِفَافَ , إلاَّ أَحَدٌ لا يَجِدُ نَعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ
خُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ , وَلا يَلْبَسْ مِنْ الثِّيَابِ
شَيْئاً مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ أَوْ وَرْسٌ)) . وَلِلْبُخَارِيِّ: ((وَلا تَنْتَقِبِ
الْمَرْأَةُ. وَلا تَلْبَسِ الْقُفَّازَيْنِ)) .
220. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa ada
seorang yang berkata, “Wahai Rasulullah, pakaian mana yang boleh dipakai oleh
orang yang ihram?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Orang
yang ihram tidak boleh memakai gamis, sorban, celana, mantel yang bertudung
kepala, dan sepatu, kecuali seorang yang tidak mendapatkan dua sandal, maka
pakailah sepatu namun potonglah bagian atasnya hingga berada di bawah kedua
mata kaki. Orang yang ihram juga tidak boleh memakai pakaian yang telah dikenai
Za’faran dan Waras (tanaman kuning yang wangi, yang biasa dipakai sebagai
perwarna pakaian).” Imam Bukhari menambahkan, “Wanita tidak boleh memakai cadar
dan memakai sarung tangan.”
221
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: ((سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - يَخْطُبُ بِعَرَفَاتٍ: مَنْ لَمْ يَجِدْ نَعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسِ
الْخُفَّيْنِ , وَمَنْ لَمْ يَجِدْ إزَاراً فَلْيَلْبَسْ السَّرَاوِيلَ لِلْمُحْرِمِ))
.
221. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkhutbah di Arafah
bersabda, “Barang siapa yang tidak mendapatkan dua sandal, maka pakaialah kedua
khuf (sepatu). Dan barang siapa yang tidak mendapatkan kain (penutup bawah),
maka pakailah celana bagi orang yang ihram.”
222
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما: ((أَنَّ تَلْبِيَةَ رَسُولِ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم -: لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ , لَبَّيْكَ لا شَرِيكَ لَكَ
لَبَّيْكَ , إنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لا شَرِيكَ لَكَ)) . قَالَ:
وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ يَزِيدُ فِيهَا «لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ , وَسَعْدَيْكَ
, وَالْخَيْرُ بِيَدَيْكَ , وَالرَّغْبَاءُ إلَيْكَ وَالْعَمَلُ» .
222. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa ucapan
talbiyah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah, Labbaikallahumma
labbaik…sampai Laa syariika lak. (artinya: Aku menyambut
panggilan-Mu ya Allah. Aku menyambut panggilan-Mu ya Allah; yang tidak ada
sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya pujian, nikmat, dan kerajaan hanya milik-Mu; tidak
ada sekutu bagi-Mu). Perawi (periwayat hadits ini, yaitu Nafi) berkata,
“Abdullah bin Umar menambahkan ‘Labbaik, Labbaik wa Sa’daik, wal khairu
biyadaik, war raghbaa ilaika wal ‘amal’ (artinya: aku sambut panggilan-Mu
dan memohon bantuan-Mu. Semua kebaikan di Tangan-Mu, sambil berharap dan
beramal karena-Mu).
223
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله
عليه وسلم -: ((لا يَحِلُّ لامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاَللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ
تُسَافِرَ مَسِيرَةَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ إلاَّ وَمَعَهَا حُرْمَةٌ)) . وَفِي لَفْظِ
الْبُخَارِيِّ: ((لا تُسَافِرُ مَسِيرَةَ يَوْمٍ إلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ)) .
223. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata,
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi wanita
yang beriman kepada Allah dan hari Akhir mengadakan safar sejauh perjalanan
sehari-semalam kecuali didampingi mahramnya.” Dalam lafaz Bukhari disebutkan,
“Wanita tidak boleh mengadakan safar yang memakan waktu sehari kecuali disertai
mahram.”
Bab Fidyah
224 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْقِلٍ قَالَ:
((جَلَسْتُ إلَى كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ. فَسَأَلَتْهُ عَنِ الْفِدْيَةِ؟ فَقَالَ: نَزَلَتْ
فِي خَاصَّةً. وَهِيَ لَكُمْ عَامَّةً. حُمِلْتُ إلَى رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم - وَالْقَمْلُ يَتَنَاثَرُ عَلَى وَجْهِي. فَقَالَ: مَا كُنْتُ أُرَى الْوَجَعَ
بَلَغَ بِكَ مَا أَرَى - أَوْ مَا كُنْتُ أُرَى الْجَهْدَ بَلَغَ بِكَ مَا أَرَى -
أَتَجِدُ شَاةً؟ فَقُلْتُ: لا. فَقَالَ: صُمْ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ , أَوْ أَطْعِمْ سِتَّةَ
مَسَاكِينَ , لِكُلِّ مِسْكِينٍ نِصْفَ صَاعٍ)) . وَفِي رِوَايَةٍ: ((فَأَمَرَهُ رَسُولُ
اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يُطْعِمَ فَرَقاً بَيْنَ سِتَّةٍ , أَوْ يُهْدِيَ
شَاةً , أَوْ يَصُومَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ)) .
224. Dari Abdullah bin Ma’qil ia berkata, “Aku pernah duduk di
samping Ka’ab bin Ujrah, lalu aku bertanya kepadanya tentang fidyah, maka ia
menjawab, “Ayat berkenaan dengan itu telah turun kepadaku secara khusus, namun
untuk kalian secara umum. Suatu ketika aku dibawa ke hadapan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam, sedangkan kutu bertaburan di wajahku, Beliau pun
bersabda, “Aku tidak menyangka penyakitmu seperti yang aku lihat – atau (Beliau
bersabda) ‘aku belum pernah diperlihatkan kesulitan seperti yang menimpamu
(saat ini), apakah engkau mampu menyembelih kambing?” Aku menjawab, “Tidak.”
Kalau begitu berpuasalah tiga hari atau berilah makan enam orang miskin, dimana
masing-masingnya memperoleh setengah sha (dua mud).” jawab Rasulullah. Dalam
sebuah riwayat disebutkan, “Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
memerintahkan kepadanya untuk memberikan satu farq (takaran seukuran 3 sha)
untuk enam orang miskin, atau menyembelih hadyu, atau berpuasa tiga hari.”
Bab Tanah Haram Mekkah
225
- عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ - خُوَيْلِدِ بْنِ عَمْرٍو - الْخُزَاعِيِّ الْعَدَوِيِّ رضي
الله عنه: أَنَّهُ قَالَ لِعَمْرِو بْنِ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ - وَهُوَ يَبْعَثُ الْبُعُوثَ
إلَى مَكَّةَ - ائْذَنْ لِي أَيُّهَا الأَمِيرُ أَنْ أُحَدِّثَكَ قَوْلاً قَامَ بِهِ
رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - الْغَدَ مِنْ يَوْمِ الْفَتْحِ. فَسَمِعَتْهُ
أُذُنَايَ، وَوَعَاهُ قَلْبِي، وَأَبْصَرَتْهُ عَيْنَايَ , حِينَ تَكَلَّمَ بِهِ:
((أَنَّهُ حَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ. ثُمَّ قَالَ: إنَّ مَكَّةَ حَرَّمَهَا
اللَّهُ تَعَالَى , وَلَمْ يُحَرِّمْهَا النَّاسُ. فَلا يَحِلُّ لامْرِئٍ يُؤْمِنُ
بِاَللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ: أَنْ يَسْفِكَ بِهَا دَماً , وَلا يَعْضِدَ بِهَا
شَجَرَةً. فَإِنْ أَحَدٌ تَرَخَّصَ بِقِتَالِ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
- فَقُولُوا: إنَّ اللَّهَ قَدْ أَذِنَ لِرَسُولِهِ , وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ. وَإِنَّمَا
أُذِنَ لِي سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ. وَقَدْ عَادَتْ حُرْمَتُهَا الْيَوْمَ كَحُرْمَتِهَا
بِالأَمْسِ. فَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ. فَقِيلَ لأَبِي شُرَيْحٍ: مَا قَالَ
لَكَ؟ قَالَ: أَنَا أَعْلَمُ بِذَلِكَ مِنْكَ يَا أَبَا شُرَيْحٍ، إنَّ الْحَرَمَ لا
يُعِيذُ عَاصِياً , وَلا فَارَّاً بِدَمٍ وَلا فَارَّاً بِخَرْبَةٍ)) .
225. Dari Abu Syuraih Khuwailid bin Amr Al Khuza’iy Al Adawiy
radhiyallahu anhu, bahwa ia pernah berkata kepada Amr bin Sa’id bin Ash saat ia
mengirim rombongan pasukan ke Mekah, “Wahai amir (paduka), izinkan aku
menyampaikan kepadamu ucapan yang pernah disampaikan Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam pada pagi hari penaklukan Mekkah, aku mendengarnya dengan
kedua telingaku, meresapinya dengan hatiku, dan melihatnya dengan kedua mataku
saat Beliau berbicara; Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya, selanjutnya
Beliau bersabda, “Sesungguhnya Mekkah telah disucikan Allah, bukan oleh
manusia. Oleh karena itu, tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah
dan hari Akhir menumpahkan darah di sana dan menebang pohonnya. Jika ada
seorang yang merasa mendapatkan rukhshah karena peperangan yang dilakukan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
maka katakanlah, “Sesungguhnya Allah mengizinkan Rasul-Nya dan tidak
mengizinkan dirimu.” (Beliau melanjutkan sabdanya), “Sesungguhnya hal itu
diizinkan kepadaku sesaat di siang hari, dan kesuciannya kembali lagi seperti
sebelumnya. Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.” Lalu
Abu Syuraih ditanya, “Apa jawaban Amr?” Ia menjawab, “Aku lebih tahu darimu
wahai Abu Syuraih, sesungguhnya tanah haram tidak melindungi pelaku maksiat, orang
yang menumpahkan darah dan orang yang melakukan pengkhianatan.”
226
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ - ((لا هِجْرَةَ بَعْدَ الفَتْحِ , وَلَكِنْ
جِهَادٌ وَنِيَّةٌ. وَإِذَا اُسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا , وَقَالَ: يَوْمَ فَتْحِ
مَكَّةَ: إنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضَ. فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَإِنَّهُ
لَمْ يَحِلَّ الْقِتَالُ فِيهِ لأَحَدٍ قَبْلِي , وَلَمْ يَحِلَّ لِي إلاَّ سَاعَةً
مِنْ نَهَارٍ فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. لا يُعْضَدُ
شَوْكُهُ , وَلا يُنَفَّرُ صَيْدُهُ , وَلا يَلْتَقِطُ لُقْطَتَهُ إلاَّ مَنْ عَرَّفَهَا.
وَلا يُخْتَلَى خَلاهُ. فَقَالَ الْعَبَّاسُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ , إلاَّ الإِذْخِرَ.
فَإِنَّهُ لِقَيْنِهِمْ وَبُيُوتِهِمْ. فَقَالَ: إلاَّ الإِذْخِرَ)) .
226. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata,
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda pada saat Fathu Makkah,
“Tidak ada hijrah setelah penaklukkan (Mekkah), yang ada adalah jihad dan niat.
Jika kalian diminta berangkat, maka berangkatlah.” Beliau juga bersabda pada
saat Fathu Makkah, “Sesungguhnya negeri ini telah Allah sucikan sejak Dia
menciptakan langit dan bumi. Ia tetap suci dengan kesucian yang diberikan Allah
sampai pada hari Kiamat. Tidak dihalalkan berperang di tanah itu untuk seorang
pun sebelumku, dan tidak halal untukku kecuali sesaat di siang hari. Tanah itu
tetap suci dengan kesucian yang diberikan Allah sampai pada hari Kiamat.
Durinya tidak boleh dipotong, hewan buruannya tidak boleh dibuat lari (apalagi
sampai dibunuh), tidak ada yang boleh mengambil barang temuannya kecuali orang
yang akan mengumumkannya, dan rerumputannya tidak boleh dipotong,” Al Abbas
berkata, “Wahai Rasulullah, kecuali idzkhir (rumput yang wangi), karena itu
dibutuhkan oleh tukang besi dan untuk kebutuhan rumah.” Beliau bersabda, “Kecuali
idzkhir.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa
Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar