بسم الله الرحمن الرحيم
Huru-Hara Hari Kiamat
Segala puji bagi Allah
Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para
sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat,
amma ba'du:
Berikut pembahasan
huru-hara hari Kiamat sebagaimana yang diterangkan Ahli Ilmu yang mereka simpulkan dari
Al Qur’an dan As Sunnah, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya
dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pengantar
Imam Syathibi rahimahullah
berkata, "Berbahagialah orang yang meninggal dunia dalam keadaan
dosa-dosanya ikut wafat meninggalkannya,
dan kesengsaraan yang panjang bagi orang yang meninggal dunia, sedangkan
dosa-dosanya masih tetap menemaninya. Oleh karena itu selama seratus atau dua
ratus tahun dia disiksa di kubur dan terus diminta pertanggungjawaban hingga
habis dosa-dosanya. Allah Ta'ala berfirman,
وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ
"Kami
catat apa yang mereka kerjakan dan sisa-sisa peninggalan mereka." (Terj. Qs. Yasin : 12)
Maksudnya Kami catat
pula sisa-sisa peninggalan amal mereka sebagaimana Kami catat semua yang mereka
kerjakan." (Al Muwafaqat 1/361)
Sebagian kaum salaf
(generasi pertama Islam) berkata, “Kalau bukan karena musibah, tentu kita akan
mendatangi hari Kiamat dalam keadaan bangkrut.” (Uddatush Shabirin karya
Ibnul Qayyim hal. 147)
Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata, “Seorang hamba tidak masuk ke dalam surga kecuali setelah
dibersihkan dari dosa. Pembersihan dirinya ini jika di dunia terdiri dari empat
perkara, yaitu: (1) taubat, (2) istighfar, (3) kebaikan yang dapat menghapuskan
dosa, (4) musibah yang memang menghilangkan kesalahan. Jika keempat ini tidak
membuatnya bersih dari dosa, maka ia dibersihkan di alam barzakh dengan tiga
perkara ini, yaitu: (1) shalat kaum mukmin untuknya, permintaan ampunan dari
mereka, serta syafaat mereka, (2) fitnah kubur, (3) hadiah amal dari kaum
muslimin. Jika ketiga hal ini tidak juga membersihkannya dari dosa, maka ia
dibersihkan di mauqif (tempat pemberhentian di padang mahsyar) dengan tiga hal,
yaitu: (1) peristiwa menegangkan dan mengerikan pada hari Kiamat, (2) syafaat
dari orang-orang yang dizinkan memberikan syafaat, (3) mendapatkan maaf dari
Allah Azza wa Jalla. Jika ketiga hal ini juga tidak membersihannya dari dosa,
maka neraka akan menjadi pembersihnya dari dosa dan kesalahannya. Dan tinggalnya
dia di neraka sesuai banyaknya dosa dan sedikitnya, besar dan kecilnya, serta
berdasarkan akumulasi(rata-rata)nya. Jika kesalahannya telah dibersihkan, maka
ia pun menjadi bersih dan baik, lalu dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga.” (Madarijus Salikin 1/463-467).
Kebenaran hari
kebangkitan
Kebenaran hari kiamat
atau hari kebangkitan didukung oleh dalil naqli (wahyu) maupun aqli (akal).
Dalil naqli yang
menerangkan adanya hari Kiamat sangat banyak, bahkan seluruh kitab-kitab samawi
(yang diturunkan Allah Azza wa Jalla) menyatakan adanya hari kebangkitan.
Allah Azza wa Jalla
berfirman,
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي
لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Orang-orang
yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah, "Bahkan, demi Tuhanku, kamu benar-benar akan dibangkitkan,
kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." Yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Qs. At Taghabun: 7)
Ayat ini menunjukkan,
bahwa orang yang mengingkari hari kebangkitan adalah orang yang kafir.
Allah Azza wa Jalla juga
berfirman,
إِنَّ السَّاعَةَ لَآتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
لَا يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya
hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi
kebanyakan manusia tidak beriman.” (Qs. Ghaafir: 59)
وَهُوَ الَّذِي يَبْدأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
“Dan
Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah
bagi-Nya.” (Qs. Ar Ruum: 27)
Jika Allah sanggup
menciptakan manusia pertama kali, sedangkan sebelumnya mereka tidak ada, tentu
menghidupkan lagi setelah mereka mati lebih mudah bagi-Nya, karena sebelumnya
mereka sudah ada.
Dia juga berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا
عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى
إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan
di antara tanda-tanda-(kekuasaan)-Nya (adalah) bahwa engkau lihat bumi kering
dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan
subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, pasti dapat menghidupkan yang
mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Fushshilat: 39)
Kita dapat menyaksikan,
bagaimana sebutir biji yang kering dan telah mati, kemudian kita lempar ke
tanah yang subur, maka lama-kelamaan biji itu hidup kembali, mengeluarkan tunas
dan berkembang. Ini menunjukkan, bahwa kebangkitan itu sejalan dengan akal
sehat dan bukan sesuatu yang mustahil.
Allah Azza wa Jalla juga
berfirman,
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs. Ghaafir: 57)
Jika Allah sanggup
menciptakan langit dan bumi yang sangat besar, apalagi menciptakan manusia.
Di samping itu,
kebijaksanaan dan keadilan Allah menghendaki untuk megadakan hari Kiamat, agar
diputuskan permasalahan yang diperselisihkan manusia, agar orang-orang yang
zalim dan menganiaya manusia diberikan balasan, agar orang yang terzalimi
mengambil haknya, agar orang-orang yang beriman dan beramal saleh diberi
pahala, dsb. Jika tidak ada hari Kiamat atau hari pembalasan, sungguh kasihan
sekali mereka yang terzalimi, dan sungguh nyaman sekali orang yang menzalimi,
seperi Fir’aun dan pengikutnya yang tega menindas rakyatnya, bahkan sampai
menyembelih anak-anak laki-laki Bani Israil.
Urutan Peristiwa Yang
Terjadi Pada Hari Kiamat
Syaikh Shalih Alusy
Syaikh hafizhahullah menjelaskan, bahwa urutan peristiwa yang akan
terjadi pada hari Kiamat yang ditetapkan Ahli Ilmu adalah sebagai berikut:
1. Apabila manusia
dibangkitkan dari kubur, maka mereka mendatangi padang mahsyar dan berdiri di
sana dalam waktu yang lama; dimana mereka merasakan penderitaan dan kahausan
yang sangat, di samping hati mereka penuh ketakutan karena lamanya mereka di
tempat itu dan mereka yakin akan dihisab, serta meyakini bahwa amal mereka akan
segera diberikan pembalasan oleh Allah Azza wa Jalla.
2. Saat manusia berdiri
lama di padang mahsyar, maka Allah Azza wa Jalla menampakkan kepada Nabi-Nya
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam telaganya yang akan didatangi manusia.
Ketika itu, telaganya berada di tempat dihisabnya manusia saat mereka berdiri
menghadap Allah Rabbul alamin dalam sehari yang lamanya 50.000 tahun.
Barang siapa yang
meninggal dunia di atas sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam; tidak
mengubahnya dan tidak mengada-ada, maka dia dapat mendatangi telaga Beliau dan
diberi minum daripadanya, sehingga awal ia memperoleh keamanan adalah saat
dirinya diberi minum dari telaga Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Setelah
itu, telaga miliki masing-masing para nabi ditampakkan, lalu orang-orang yang
saleh dari kalangan umatnya meminum airnya.
3. Manusia terus berdiri
di padang mahsyar, hingga tiba saatnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam mendapatkan izin untuk memberikan syafaat uzhma (agung); Beliau meminta
kepada Allah agar hisab seluruh manusia disegerakan. Dalam hadits yang panjang
dan masyhur disebutkan, bahwa manusia mendatangi Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, dst.
Hingga akhirnya mereka mendatangi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
dan berkata kepada Beliau, “Wahai Muhammad…dst.” Mereka sebutkan keadaan mereka
pada saat itu dan meminta Beliau menghadap Allah agar Dia mengangkat
penderitaan yang menimpa manusia ketika itu dengan mempercepat hisab, maka
Beliau menerangkan, bahwa dirinya yang berhak untuk melakukan hal itu, lalu
Beliau datang ke dekat Arsyi (singgasana) Allah kemudian tersungkur sujud
sambil memuji Allah dengan berbagai pujian yang diajarkan-Nya, lalu dikatakan
kepada Beliau, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, engkau akan
diberi, dan berilah syafaat, engkau akan diizinkan.” (Hr. Bukhari dan
Muslim).
Demikianlah Syafaat
Uzhma (agung) yang diberikan kepada Beliau agar disegerakan proses hisab.
4. Setelah itu
diperlihatkan amal-amal manusia.
5. Seusai diperlihatkan
amal-amal manusia, maka dilakukan proses hisab.
6. Setelah proses hisab
pertama, maka catatan amal betebaran, dan hisab pertama ini bagian dari
diperlihatkan amal-amal manusia, yang di dalamnya terdapat tanya-jawab dan
pengajuan udzur, lalu catatan amal pun bertebaran. Kemudian golongan kanan
(yang memperoleh kebahagiaan) menerima catatan amal dengan tangan kanannya,
sedangkan golongan kiri (yang memperoleh kesengsaraan) menerima catatan amal
dengan tangan kirinya, lalu dibacanya catatan amal itu.
7. Seusai membaca
catatan amal, maka ada hisab lagi untuk membatalkan udzur yang diajukan serta
penegakan hujjah dengan membaca langsung catatan amal itu.
8. Selanjutnya disiapkan
timbangan, lalu ditimbanglah semua yang telah disebutkan tadi.
9. Setelah dilakukan
penimbangan amal, maka manusia terbagi ke beberapa kelompok dan jenis; dimana
setiap yang sejenis akan dikumpulkan bersama. Kemudian diangkat bendera para
nabi; bendera Nabi Muhammad shallallahu alahi wa sallam, bendera Nabi Ibrahim
alaihis salam, bendera Nabi Musa alaihis salam, dst. Ketika itu, manusia
mengikuti bendera yang ada sesuai jenis dan amalnya.
Orang-orang zalim dan
kafir akan dikumpulkan secara berpasang-pasangan sebagaimana firman Allah
Ta’ala,
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
(22) مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ (23)
(kepada
Malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta
teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,--selain
Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka.” (Terj. Qs. Ash
Shaaffaat: 22-23)
Oleh karena itu,
tokoh-tokoh kaum musyrk dikumpulkan bersama tokoh-tokohnya, orang-orang zalim
bersama orang-orang zalim, orang-orang yang mengingkari kebangkitan bersama
orang-orang yang mengingkari kebangkitan, dst.
10. Setelah itu, Allah
Azza wa Jalla mengarahkan orang-orang zalim ke neraka Jahannam, wal iyadz
billah, sedangkan manusia berjalan dengan cahaya yang diberikan kepada
mereka, lalu umat ini berjalan, namun di tengah-tengah mereka ada kaum munafik.
Ketika mereka berjalan dengan cahaya mereka, maka ditegakkan dinding pemisah. Hal
ini sebagaimana firman Allah Azzaa wa Jalla,
يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا
انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا
نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ
مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ (13) يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى
وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ
الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ (14)
Pada hari ketika
orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang
beriman, "Tunggulah Kami supaya Kami dapat mengambil sebagian dari
cahayamu." dikatakan (kepada mereka), "Kembalilah kamu ke belakang
dan carilah sendiri cahaya (untukmu)." Lalu diadakan di antara mereka
dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah
luarnya dari situ ada siksa.--Orang-orang munafik itu memanggil mereka
(orang-orang mukmin) seraya berkata, "Bukankah Kami dahulu bersama-sama
dengan kamu?" Mereka menjawab, "Benar, tetapi kamu mencelakakan
dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran Kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu
oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah
ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang sangat penipu.” (Terj. Qs. Al Hadid:
13-14)
Allah memberikan cahaya
kepada orang-orang mukmin sehingga mereka dapat melihat jalan ke shirath
(jembatan yang dibentangkan di atas neraka Jahannam), tetapi kaum munafik tidak
diberikan cahaya sehingga mereka bersama kaum kafir berjatuhan ke neraka;
mereka terus berjalan padahal di hadapan mereka ada neraka Jahannam, wal
‘iyadz billah.
11. Selanjutnya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam datang dan berada di atas shirath, Beliau meminta
kepada Allah Azza wa Jallaa kebaikan untuk dirinya dan umatnya, Beliau berdoa, “Ya
Allah, selamatanlah, selamatkanlah! Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah!”
Maka Beliau melewati
shirath, demikian pula umatnya. Masing-masing melewati shirath sesuai amalnya,
di samping itu cahayanya juga ikut bersamanya sesuai amalnya. Orang yang
diampuni Allah Azza wa Jalla dapat melintasinya, ada pula yang terjatuh ke
neraka padahal ia termasuk barisan muwahhid (orang yang mengesakan Allah)
ketika Allah berkehendak untuk menyiksanya karena dosa-dosanya.
Seusai mereka melintasi
neraka, maka mereka berkumpul di halaman surga, yakni tanah lapang yang sudah
disediakan Allah Azza wa Jalla agar orang-orang beriman saling mengqishas satu
sama lain dan untuk menyingkirkan rasa benci agar mereka masuk surga dalam
keadaan tidak membenci satu sama lain.
12. Kemudian tibalah
saatnya mereka masuk ke surga. Yang pertama memasukinya adalah Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam, kemudian diikuti oleh kaum fakir dari kalangan
Muhajirin, lalu kaum fakir dari kalangan Anshar, selanjutnya kaum fakir umat
ini. Sedangkan orang-orang kaya ditunda karena hisab yang terjadi antara mereka
dengan orang lain, dan karena dihisabnya mereka di atas hal itu.
Diterjemahkan dari kitab
Syarh Ath Thahawiyyah hal. 542 (menggunakan penomoran Maktabah Syamilah)
karya Syaikh Shalih Alusy Syaikh oleh Marwan Hadidi dengan sedikit penyesuaian.
Khatimah
Suatu ketika seseorang
menuliskan surat kepada sahabat yang mulia, Abdullah bin Umar radhiyallahu
anhuma, "Tolong tuliskan wasiat kepadaku yang mencakup seluruh
ilmu!" Ibnu Umar pun menulis, "Sesungguhnya ilmu itu banyak, akan
tetapi jika engkau mampu menghadap Allah dalam keadaan tanpa membawa dosa
menumpahkan darah manusia, perutmu kosong dari harta mereka (yang bukan hakmu),
lisanmu bersih dari menodai kehormatan mereka, dan tetap di atas jamaah kaum
muslimin, maka lakukanlah." Wassalam, (Siyar A'lamin Nubala 3/222)
Wallahu
a’lam wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa alaa alihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar