بسم الله الرحمن الرحيم
Kiat Mendidik Anak Menjadi Saleh
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut beberapa kiat mendidik anak agar
menjadi saleh, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya
dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pengantar
Semua kita tentu menginginkan anaknya menjadi anak yang saleh; anak yang
rajin beribadah kepada Allah, berbakti kepada orang tua, dan berakhlak mulia
kepada sesama. Akan tetapi untuk mencapai ke arah sana, tidak cukup keinginan
di hati tanpa ada usaha dari kita.
Banyak manfaat yang diperoleh orang tua ketika anaknya menjadi anak yang
saleh, baik di dunia maupun di akhirat.
Di dunia, anak yang saleh akan berbakti kepada orang tuanya, meringankan
bebannya, membahagiakannya, menyejukkan pandangan matanya, dan menafkahinya
saat dirinya sudah tidak mampu bekerja dan berusaha, bahkan namanya pun menjadi
harum karena kesalehan anaknya.
Adapun di akhirat, maka amal saleh dan doanya akan mengalir sampai
kepadanya, permintaan ampunan anaknya juga akan sampai kepadanya sehingga dosa
orang tuanya diampuni dan derajatnya semakin tinggi. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ
لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَّى لِي هَذِهِ؟
فَيَقُولُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan meninggikan derajat seorang hamba
yang saleh di surga, lalu ia berkata, “Ya Rabbi, darimana aku memperoleh hal
ini?” Allah berfirman, “Karena permohonan ampunan anakmu untukmu.” (Hr. Ahmad
dari Abu Hurairah, dan dinyatakan hasan oleh pentahqiq Musnad Ahmad cet.
Ar Risalah)
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا
مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ،
أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seseorang
meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara; sedekah
jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak saleh yang mendoakannya.” (Hr.
Muslim dari Abu Hurairah)
Bahkan, ia juga dapat berkumpul bersama anaknya di surga, dan tidak ada
kebahagiaan yang lebih besar bagi keluarga muslim, daripada berkumpul bersama
di surga yang kekal abadi. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ
بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ
عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ
“Orang-orang yang
beriman, dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan
anak cucu mereka dengan mereka (di surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun
pahala amal mereka.” (Qs. Ath Thuur: 21)
Kiat Mendidik Anak Menjadi Saleh
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, bahwa untuk mendidik anak
menjadi saleh tidak cukup keinginan di hati, bahkan harus ada usaha dan upaya
dari kita, maka berikut ini beberapa upaya yang bisa kita lakukan agar anak
kita menjadi anak yang saleh. Usaha tersebut ada yang sebelum seseorang menikah
dan ada pula setelah menikah.
Sebelum menikah misalnya ia mencari istri yang salehah, sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
تُنْكَحُ المَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا
وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita dinikahi
seseorang karena empat; karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan
karena agamanya. Pilihlah yang baik agamanya, niscaya kamu beruntung.” (Hr.
Bukhari dan Muslim)
Hal itu, karena istri kita yang akan senantiasa menampingi anak kita.
Jika istri kita salehah, maka anak kita insya Allah akan ikut menjadi saleh.
Jika kita mendapatkan istri kita kurang salehah, maka langkah kita
adalah mendoakannya dan mendidiknya. Jika kita tidak mampu mendidiknya, maka
ajaklah ia untuk menghadiri majlis-majlis ta’lim agar mendapatkan terus
taushiyah sehingga ia merubah jalan hidupnya.
Adapun setelah menikah dan memiliki anak, maka kiatnya adalah sebagai
berikut:
1. Mendoakannya
Doa
memiliki peranan penting dalam mendidik anak menjadi saleh. Lihatlah Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam ketika ia berdoa,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Yaa Rabbi, berikanlah
kepadaku anak yang termasuk orang-orang yang saleh.”
Maka
Allah mengabulkannya, Dia berfirman,
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
“Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang sangat
sabar.” (Terj. Qs. Ash Shaaffaat: 101)
Allah memberikan kepadanya anak yang saleh, yaitu Ismail, bahkan
dijadikan-Nya seorang nabi.
2. Mendidiknya
di atas pendidikan Islam.
Tidak dapat tidak, orang
tua harus mengajarkan dan mendidik anak dengan pendidikan Islam. Ia harus memperkenalkan
kepada anaknya akidah yang benar, ibadah, adab dan akhlak, dsb. Hal ini
sebagaimana Lukman mengajarkan hal itu kepada anaknya, lihat Qs. Luqman ayat
12-18.
Dan
ingatlah ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman
yang besar" --Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik
kepada kedua orang orang tuanya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun . Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. --Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.---
Luqman
melanjutkan kata-katanya lagi,
"Wahai anakku,
sesungguhnya jika ada seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau
di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. ---Wahai anakku,
dirikanlah shalat, suruhlah mengerjakan
yang baik dan cegahlah dari
perbuatan yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.
Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan .--Janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Terj. Qs. Luqman: 12-18).
Allah Subhanahu wa Ta’ala
tidaklah mencantumkan kisah Lukman itu melainkan agar dijadikan pelajaran oleh
para orang tua, dan agar mereka mengajarkan pendidikan agama kepada
anak-anaknya.
Oleh karena itu,
kenalkanlah kepada anak-anak kita tentang Allah dan keberkahan-Nya untuk
diibadahi, seperti yang tertera di surat Al Fatihah dan surat Al Ikhlas.
Kenalkan pula kepada mereka makna Laailaahaillallah dan Muhammad Rasulullah, agama
Islam dan tingkatannya (Islam, Iman, dan Ihsan) berikut rukunnya dan penjelasan
masing-masingnya. Demikian pula kenalkan kepada mereka Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam, dan ajarkanlah kepada mereka ibadah dan adab
serta akhlak yang mulia (silahkan lihat di sini: http://wawasankeislaman.blogspot.co.id/2016/10/ajarkan-tauhid-sejak-dini.html
)
Demikian pula hendaknya
para orang tua menyuruh anaknya menutup aurat, seperti menyuruh puterinya
menutup aurat dan memakai jilbab.
3. Memberikan teladan yang
baik
Hendaknya orang tua
memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya, karena anak memperhatikan
perilaku orang tuanya. Jangan sampai ia memerintahkan anaknya berbuat baik,
tetapi dirinya meninggalkannya, atau melarang anaknya berbuat buruk, tetapi
dirinya malah mengerjakannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ
أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan dirimu sendiri, Padahal kamu membaca kitab? Maka tidakkah kamu
berpikir?” (Qs.
Al Baqarah: 44)
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الَّذِيْ يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ
وَ يَنْسَى نَفْسَهُ مَثَلُ الْفَتِيْلَةِ تُضِيء ُلِلنَّاسِ وَ تُحَرِّقُ نَفْسَهَا
“Perumpamaan
orang yang mengajar kebaikan kepada manusia namun ia melupakan dirinya sendiri
adalah seperti sebuah sumbu, ia menerangi manusia, sedangkan dirinya sendiri
terbakar.” (HR. Thabrani dari Abu Barzah dan Jundab, dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jaami’ no. 5837)
4. Membiasakan anak beribadah kepada Allah Ta’ala
Misalnya adalah membiasakan anak shalat. Hal ini sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
مُرُوْا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلَاةِ لِسَبْعٍ
وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرٍ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي اْلمَضَاجِعِ
“Suruhlah anak-anakmu shalat ketika berumur tujuh tahun,
pukullah mereka jika meninggalkannya setelah berumur sepuluh tahun dan
pisahkanlah tempat tidurnya.“ (Hr. Ahmad dan Abu Dawud, dinyatakan hasan
shahih oleh Al Albani)
5. Melakukan amar ma’ruf
dan nahi munkar kepada mereka
Hendaknya seorang
ayah tanggap dan tidak membiarkan prilaku buruk yang muncul pada diri anak
dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar secara sabar dan kontinyu. Apalagi dia adalah seorang pemimpin, dan akan
dimintai pertanggung jawaban terhadap mereka yang di bawah pimpinannya. Jika
seorang ayah tidak tanggap terhadap perilaku buruk pada anak, maka nantinya anak
akan terbiasa berprilaku buruk, dan jika sudah seperti ini sangat sulit
diarahkan.
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa
Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah versi 3.45, Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Penulis),
Mendidik Anak Secara Islam (Penulis), dll.
0 komentar:
Posting Komentar