بسم الله الرحمن الرحيم
Terjemah Umdatul Ahkam (11)
Segala puji bagi Allah Rabbul
'alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat,
amma ba'du:
Berikut lanjutan terjemah
Umdatul Ahkam karya Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H) rahimahullah.
Semoga
Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan kitab ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
Bab Tasyahhud
125 - عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بنِ مَسْعُودٍ - رضي الله عنه - قَالَ: ((عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ -
صلى الله عليه وسلم - التَّشَهُّدَ - كَفِّي بَيْنَ كَفَّيْهِ - كَمَا
يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ: التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ ,
وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ , السَّلامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ
اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. السَّلامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ
الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ))
125. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepadaku tasyahhud, ketika itu telapak
tanganku di antara kedua telapaknya sebagaimana Beliau mengajarkan kepadaku
satu surat dari Al Qur’an, yaitu, “At Tahiyyatu lillah…dst.” (artinya: “Segala pengagungan untuk Allah serta semua
ibadah badan dan ucapan, salam atasmu wahai Nabi, serta rahmat Allah dan
berkah-Nya semoga dilimpahkan kepadamu. Salam untuk kami dan untuk hamba-hamba
Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya).
126 - وَفِي لَفْظٍ:
((إذَا قَعَدَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاةِ فَلْيَقُلْ: التَّحِيَّاتُ للهِ -
وَذَكَرَهُ - وَفِيهِ: فَإِنَّكُمْ إذَا فَعَلْتُمْ ذَلِكَ فَقَدْ سَلَّمْتُمْ
عَلَى كُلِّ عَبْدٍ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالأَرْضِ - وَفِيهِ -
فَلْيَتَخَيَّرْ مِنْ الْمَسْأَلَةِ مَا شَاءَ))
126. Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Apabila salah seorang di antara
kamu duduk dalam shalat, maka ucapkanlah, “At Tahiyyatu lillah…dst.”
Beliau juga bersabda, “Karena jika kamu mengucapkan demikian, maka kamu sama
saja telah mengucapkan salam kepada semua hamba yang saleh baik di langit
maupun di bumi.” Beliau juga bersabda, “Selanjutnya, pilihlah permintaan yang
ia inginkan.”
127 - عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ: ((لَقِيَنِي كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ
أَلا أُهْدِي لَكَ هَدِيَّةً؟ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ
عَلَيْنَا , فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ , قَدْ عَلَّمَنَا اللَّهُ كَيْفَ
نُسَلِّمُ عَلَيْكَ: فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ؟ فَقَالَ: قُولُوا: اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ
إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ , وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ,
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ)) .
127. Dari Abdurrahman bin Abi Laila ia berkata, “Ka’ab bin Ujrah pernah
menemuiku dan berkata, “Maukah engkau aku beri hadiah? Suatu ketika Nabi
shallallahu alaihi wa sallam keluar menemui kami, lalu kami berkata, “Wahai
Rasulullah, Allah telah mengajarkan kepada kami bagaimana kami mengucapkan
salam kepadamu, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?” Beliau
bersabda, “Ucapkanlah, “Allahumma shalli alaa Muhammad …dst.” (artinya: “Ya Allah, berilah shalawat (rahmat dan pujian,) kepada
Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah berikan shalawat
kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia. Berilah pula keberkahan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah berikan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga
Ibrahim, sesungguhnya Engkau maha Terpuji lagi Maha Mulia.).
128 - عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: ((كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
- يَدْعُو: اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ , وَعَذَابِ
النَّارِ , وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ , وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ)) .
وَفِي لَفْظٍ لِمُسْلِمٍ: ((إذَا تَشَهَّدَ
أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاَللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ , يَقُولُ: اللَّهُمَّ
إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ)) .
128. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam biasa berdoa, “Allahumma inni a’udzu bika…dst.”
(artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur,
azab neraka, fitnah (cobaan) hidup dan mati, dan dari fitnah Al Masih Ad Dajjal).”
Dalam lafaz Muslim disebutkan, “Apabila salah seorang di antara kamu
bertasyahhud, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari empat perkata, yaitu
dengan mengucapkan, “Allahumma inni a’udzu bika min adzab Jahannam…dst.”
129 - عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رضي الله عنهم
أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -: ((عَلِّمْنِي دُعَاءً
أَدْعُو بِهِ فِي صَلاتِي. قَالَ: قُلْ: اللَّهُمَّ إنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي
ظُلْماً كَثِيرَاً. وَلا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلاَّ أَنْتَ. فَاغْفِرْ لِي
مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ. وَارْحَمْنِي , إنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ))
.
129. Dari Abdullah bin Amr bin Ash, dari Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu
anhum, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam, “Ajarkanlah aku doa yang dapat aku baca dalam shalatku,” Beliau
bersabda, “Ucapkanlah, “Allahumma inni zhalamtu nafsi…dst.” (artinya: Ya
Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak.
Tidak ada yang dapat mengampuni dosa melainkan Engkau. Ampunilah aku dengan
ampunan dari sisi-Mu dan sayangilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang).
130 - عَنْ عَائِشَةَ رضي
الله عنها قَالَتْ: ((مَا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - بَعْدَ
أَنْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ «إذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ» - إلاَّ يَقُولُ
فِيهَا: سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ , اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي))
وَفِي لَفْظٍ: ((كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ: سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ , اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي))
130. Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, “Setelah turun ayat “Idzaa
jaa’a nashrullahi wal fat-h” (Qs. An Nashr) Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam selalu membaca dalam shalat, “Subhanaka Rabbanaa…dst.” (artinya:
Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, maka ampunilah aku).
Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
banyak membaca dalam ruku dan sujudnya, “Subhaanakallahumma….dst.”
(artinya: Mahasuci Engkau wahai Allah Tuhan kami, dan dengan memuji-Mu, maka
ampunilah aku).
Bab Shalat Witir
131 - عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: ((سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِيَّ - صلى الله
عليه وسلم - وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ - مَا تَرَى فِي صَلاةِ اللَّيْلِ؟ قَالَ:
مَثْنَى , مَثْنَى. فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمْ الصُّبْحَ صَلَّى وَاحِدَةً.
فَأَوْتَرَتْ لَهُ مَا صَلَّى. وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ: اجْعَلُوا آخِرَ
صَلاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْراً)) .
131. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma ia berkata, “Ada seorang
yang bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat Beliau berada di
atas mimbar, “Apa sabdamu tentang shalat malam?” Beliau menjawab, “Dua rakaat,
dua rakaat. Jika salah seorang di antara kamu khawatir tiba waktu Subuh, maka
ia kerjakan shalat Subuh satu rakaat saja untuk mengganjilkan shalat malam yang
ia lakukan.” Beliau juga bersabda, “Jadikanlah akhir shalatmu di malam hari
adalah shalat witir.”
132 - عَنْ عَائِشَةَ رضي
الله عنها قَالَتْ: ((مِنْ كُلِّ اللَّيْلِ أَوْتَرَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله
عليه وسلم -: مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ , وَأَوْسَطِهِ , وَآخِرِهِ. وَانْتَهَى
وِتْرُهُ إلَى السَّحَرِ)) .
132. Dari Aisyah radhiyallahu
anha ia berkata, “Pada setiap malam, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
berwitir, terkadang di awal malam, di tengahnya, dan di akhirnya, namun keadaan
Beliau yang terakhir adalah berwitir menjelang waktu sahur (di akhir malam).”
133 - عَنْ عَائِشَةَ رضي
الله عنها قَالَتْ: ((كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُصَلِّي مِنْ
اللَّيْلِ ثَلاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ , لايَجْلِسُ
فِي شَيْءٍ إلاَّ فِي آخِرِهَا)) .
133. Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata, “Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam shalat malam tiga belas rakaat, berwitir lima rakaat, dan
tidak duduk tasyahhud kecuali di rakaat terakhir.”
Bab Dzikr Setelah Shalat
134 - عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما: ((أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ ,
حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -)) . قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: «كُنْتُ أَعْلَمُ إذَا
انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إذَا سَمِعْتُهُ» . وَفِي لَفْظٍ «مَا كُنَّا نَعْرِفُ
انْقِضَاءَ صَلاةِ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - بِالتَّكْبِيرِ» .
134. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa mengeraskan
suara dzikr setelah orang-orang selesai shalat fardhu terjadi di zaman
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ibnu Abbas berkata, “Aku mengetahui
selesainya shalat mereka ketika mendengar suara itu.” Dalam sebuah lafaz
disebutkan, “Kami tidak mengetahui selesainya shalat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam melainkan dengan terdengarnya suara takbir.”
135 - عَنْ وَرَّادٍ
مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: أَمْلَى عَلَيَّ الْمُغِيرَةُ بْنُ
شُعْبَةَ مِنْ كِتَابٍ إلَى مُعَاوِيَةَ: ((إنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم
- كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوبَةٍ: " لا إلَهَ إلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ , وَهُوَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٍ. اللَّهُمَّ لا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلا
مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ , وَلا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ)) .
ثُمَّ وَفَدْتُ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَسَمِعْتُهُ يَأْمُرُ النَّاسَ
بِذَلِكَ.
وَفِي لَفْظٍ: ((كَانَ يَنْهَى عَنْ قِيلَ
وَقَالَ , وَإِضَاعَةِ الْمَالِ , وَكَثْرَةِ السُّؤَالِ وَكَانَ يَنْهَى عَنْ
عُقُوقِ الأُمَّهَاتِ , وَوَأْدِ الْبَنَاتِ , وَمَنْعٍ وَهَاتِ)) .
135. Dari Warrad maula Mughirah
bin Syu’bah ia berkata, “Mughirah bin Syu’bah pernah mendiktekan surat kepadaku
untuk disampaikan kepada Mu’awiyah yang isinya, bahwa Nabi shallallahu alaihi
wa sallam setiap selesai shalat fardhu mencucapkan, “Laailaahaillallahu
wahdahu…dst.” (artinya: “Tidak
ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya,
milik-Nya kerajaan dan milik-Nya segala pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan dan
tidak ada yang dapat memberikan jika Engkau menghalangi serta tidaklah
bermanfaat bagi seseorang kekayaannya (yang bermanfaat adalah iman dan amal saleh).” Setelah itu aku datang menghadap Mu’awiyah sebagai
delegasi dan aku mendengar Mu’awiyah memerintahkan demikian kepada manusia.
Dalam sebuah lafaz juga disebutkan, “Beliau melarang menyampaikan ‘dikatakan
demikian dan katanya demikian’ (ucapan yang tidak berguna), menyia-nyiakan
harta, banyak bertanya, dan melarang pula durhaka kepada orang tua, mengubur
hidup-hidup anak perempuan, serta bersikap bakhil dan rakus terhadap harta.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa
Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar