Qunut Nazilah Untuk Kaum Muslimin Suriah

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫حلب تحترق‬‎
Qunut Nazilah Untuk Kaum Muslimin Suriah
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Sudah kita ketahui bersama kondisi secara umum saudara kita di Suriah saat ini meskipun berita ini tidak disampaikan di beberapa media elektronik kita seperti stasiun televisi? Kalau pun diberitakan, biasanya diputarbalikkan fakta. Tetapi Alhamdulillah berita yang sebenarnya telah tersebar di beberapa media sosial.
Kondisi Suriah
Berikut kami paparkan berita singkat mengenai Suriah dari beberapa sumber.
www.pedulimuslim.com Lima tahun sudah perang berkecamuk di bumi Suriah, yang merupakan kawasan terbesar bumi Syam. Rakyat Suriah masih berada di bawah kebrutalan pemerintahan diktator sosialis syi’ah Nushairiyyah Basyar Al Assad, yang disokong pemerintahan sosialis, Rusia, dan didukung pemerintahan syi’ah, Iran. Syrian Centre for Policy Research (Februari 2016) memperkirakan bahwa total jiwa yang terbunuh dalam perang ini mencapai 470.000 jiwa
Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, UNHCR, mengestimasikan bahwa jumlah pengungsi Suriah mencapai lebih dari 7.600.000 orang.
Dari pantauan Tim Peduli Muslim yang awal tahun 2016 ini menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Suriah, didapati bahwa kondisi masyarakat Suriah sangat memprihatinkan. Di malam hari, mereka harus waspada dari serangan udara dari langit, sedangkan di siang hari harus bertahan dan berjaga dari luncuran peluru.  (Sumber: http://pedulimuslim.com/insidental/bantuan-kemanusiaan-ramadhan-syam-2016/)
KIBLAT.NET, Jakarta – Selama sembilan hari sejak 22 April 2016, rezim Suriah di bawah kendali Basyar Assad yang didukung Iran dan Rusia melakukan lebih dari 260 serangan udara, 110 artileri, 18 peluru kendali, 68 bom, membantai lebih dari 200 warga, serta melukai ratusan lainnya. Demikian laporan satuan tugas kedaruratan warga Syria Civil Defence, yang dikenal secara internasional bertugas menolong korban-korban serangan militer yang sudah berlangsung selama lebih dari lima tahun.
Akibat gempuran dan agresi militer itu, Sahabat Suriah salah satu LSM Indonesia peduli Suriah memaparkan bahwa untuk pertama kalinya dalam kurun lebih dari 1 milenium (1000 tahun), masjid-masjid Aleppo tidak melakukan shalat Jum’at pada 29 April 2016. Demikian dilaporkan kantor-kantor berita diantaranya Asy-Syarq al-Awsath. Rumah sakit, sekolah, pertokoan, pasar, juga rumah-rumah, semua dihujani rudal, bom meriam, bom gentong, dan mortir.
(Sumber: http://www.kiblat.net/2016/05/02/sahabat-suriah-tragedi-aleppo-adalah-kisah-ashabul-ukhdud-abad-21/)
Di mana kepedulian kita?
Entah di mana letak kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita? Sepertinya kita sibuk dengan urusan kita masing-masing dan berusaha menutup mata terhadap nasib saudara kita di sana, padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بالْحُمَّى والسَّهَرِ
“Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi adalah seperti sebuah jasad; jika salah satunya sakit, maka yang lain ikut merasakannya dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Tidakkah kita takut teguran Allah Subhaanahu wa Ta'ala pada hari Kiamat kepada seorang hamba karena tidak peduli dengan saudaranya, sebagaimana firman-Nya dalam hadits Qudsi:
يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِى . قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ . قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِى فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِى عِنْدَهُ يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِى . قَالَ يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ . قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِى . قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تَسْقِهِ أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى » .  
"Wahai anak Adam! Aku sakit, namun kamu tidak menjengukku." Ia (anak Adam) berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana aku menjengukmu, sedangkan Engkau Rabbul 'alamin?" Allah berfirman, "Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Kalau sekiranya kamu mau menjenguk, tentu kamu akan mendapati-Ku di dekatnya. Wahai anak Adam! aku meminta makan kepadamu, namun kamu tidak memberi-Ku makan." Ia berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu makan, padahal Engkau Rabbul 'alamin?" Allah berfirman, "Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberi, tentu kamu akan mendapatkan yang demikian di sisi-Ku. Wahai anak Adam! aku meminta minum kepadamu, namun kamu tidak memberi-Ku minum." Ia berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Rabbul 'alamin?" Allah berfirman, "Hamba-Ku si fulan telah meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberinya, tentu kamu akan mendapatkan yang demikian itu di sisi-Ku." (HR. Muslim)
Maka bantulah saudaramu dengan bantuan yang bisa kita lakukan, dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya.
Termasuk membantu saudara kita adalah dengan mendoakan mereka, seperti dengan melakukan Qunut Nazilah (qunut yang dilakukan karena musibah dan penindasan yang menimpa kaum muslimin).
Qunut Nazilah
Disyariatkan qunut secara jahar pada shalat yang lima waktu ketika terjadi nawazil. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut selama sebulan secara berturut-turut baik pada shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh di akhir setiap shalat, yaitu ketika Beliau mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah” di rakaat terakhir, maka Beliau mendoakan keburukan untuk beberapa suku Bani Salim, yaitu suku Ri’il, Dzakwan, dan Ushayyah, dan diaminkan oleh makmum yang berada di belakangnya.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al Albani. Imam Ahmad menambahkan, “Beliau mengutus kepada mereka beberapa orang sahabat untuk mengajak kepada Islam, lalu mereka membunuhnya.” Ikrimah berkata, “Inilah awal mula qunut.”)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak mendoakan keburukan untuk seseorang atau kebaikan bagi seseorang, maka Beliau melakukan qunut setelah ruku. Abu Hurairah juga berkata, “Ketika Beliau mengucapkan, “Sami’allahu liman hamidah,” Beliau mengucapkan,
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، اللهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ، وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ، وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ، وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ، وَاجْعَلْهَا سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ
Rabbanaa walakal hamdu. Ya Allah, selamatkanlah Al Walid bin Al Walid, Salamah bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi’ah, dan kaum mukmin yang lemah. Ya Allah, keraskanlah hukuman-Mu kepada suku Mudhar, dan berikanlah kepadanya kemarau panjang seperti kemarau panjang Yusuf.”
Abu Hurairah berkata, “Beliau menjaharkan(mengeraskan suara)nya, dan Beliau mengucapkan pada sebagian shalatnya, yaitu shalat Subuh, “Ya Allah, laknatlah si fulan dan si fulan dari penduduk Arab,” sehingga Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat,
“Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.” (Terj. QS. Ali Imran: 128)
(HR. Ahmad dan Bukhari)
Berdasarkan riwayat-riwayat di atas, maka kita dapat membaca qunut sesuai kondisi yang menimpa kaum muslimin di Suriah seperti ini:
اللهُمَّ أَنْجِ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِي سُوْرِيَا وَفِي فِلِسْطِيْنِ،  وَ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، اللهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى بَشَّارٍ الْمُفْسِدِ فِى الْأَرْضِ وَجُنُوْدِهِ وَمَنْ شَايَعَهُمْ وَأَعَانَهُمْ ، اَللَّهُمَّ الْعَنْهُمْ
“Ya Allah, selamatkanlah saudara kami kaum muslimin Suriah dan Palestina, dan selamatkanlah kaum mukmin yang lemah. Ya Allah, keraskanlah siksaan-Mu kepada Basyar si pelaku kerusakan di muka bumi, demikian pula kepada tentaranya, sekutunya, dan orang-orang yang membantu mereka. Ya Allah, laknatlah mereka.” 
Catatan:
-   Sunnahnya, qunut karena nawazil tidak terlalu panjang.
-   Qunut karena nawazil dilakukan ketika ada nazilah atau bencana, ketika hilang, maka berhenti dari qunut.
-   Qunut Nawazil tidak ada shighat (bacaan) khusus, bahkan sesuai dengan kondisi yang terjadi ketika itu. Adapun doa, “Allahummah dini fiiman hadait…dst.” Maka dibaca pada shalat witir.
-   Disunnahkan doa qunut nawazil diaminkan oleh makmum.
-   Disunnahkan mengangkat tangan dalam doa qunut Nazilah. Hal ini berdasarkan hadits Anas radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad isnad yang shahih tentang terbunuhnya para para penghapal Al Qur’an utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
-   Tidak disyariatkan mengusap muka setelah membaca doa qunut. Imam Baihaqi berkata, “Sebaiknya tidak melakukannya dan hanya melakukan yang diamalkan kaum salaf radhiyallahu ‘anhum, yaitu mengangkat kedua tangan tanpa mengusapnya ke muka dalam shalat, wa billahit taufiq.” (Sunan Al Baihaqi 2/212).
-   Sunnahnya qunut nazilah pada shalat lima waktu dalam shalat berjamaah. Adapun dalam shalat Jum’at, shalat sunah, dan shalat sendiri, maka tidak didapatkan hadits atau atsar yang menunjukkan demikian (sebagaimana diterangkan Syaikh Yusuf Al Ahmad dalam Qunutun Nawazil). Wallahu waliyyut taufiq.
Marwan Hadidi, M.PdI,
(Kontributor yufidia.com)
Maraji’: Fiqhus Sunnah (Sayyid Sabiq), Al Fiqhul Muyassar fii Dhau’il Kitab wa Sunnah (Tim Ahli Fiqh, KSA), Qunutun Nawazil (Yusuf bin Abdullah Al Ahmad), Mausu’ah Ruwathil Hadits (Markaz Nurul Islam Li Abhatsil Qur’ani was Sunnah),  Maktabah Syamilah versi 3.45, dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger